Mengerek Kontribusi Industri Pengolahan

Jumat, 26 Apr 2024

JAKARTA. Pemerintah mengharapkan industri pengolahan masih menjadi penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar ke depan. Bahkan, sumbangsihnya terhadap PDB 2025 ditargetkan meningkat, menyamai level sebelum pandemi Covid-19. Dalam dokumen Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025, pemerintah menargetkan sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 5,5% hingga 6,1%. Dengan pertumbuhan tersebut, kontribusi industri pengolahan terhadap PDB ditargetkan 19,3% hingga 19,6% pada 2025. Industri pengolahan memang selalu menjadi motor penggerak utama ekonomi RI. Meski demikian, persentase sumbangannya terhadap PDB mengendur dibandingkan satu dekade terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan berkontribusi 19,7% terhadap PDB RI tahun 2019. Pada tahun 2020, kontribusinya meningkat menjadi 19,88%. Namun tahun 2021 porsinya menurun menjadi sebesar 19,25% dan tahun 2022 menjadi hanya sebesar 18,34%. Pada tahun 2023, sumbangsihnya naik namun tipis, yakni menjadi 18,67% dari PDB. Dalam dokumen Rancangan Awal RKP 2025, ada beberapa faktor yang akan mendorong kinerja industri pengolahan pada tahun depan. Pertama, sejumlah proyek investasi yang diharapkan sudah masuk tahap operasional di tahun 2025, seperti proyek investasi petrokimia di Banten dan proyek hilirisasi tembaga di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Kedua, peningkatan permintaan barang konsumsi di beberapa mitra dagang. Ketiga, permintaan di dalam negeri yang diharapkan masih akan terjaga seiring dengan tingkat inflasi yang terkendali. Keempat, berlanjutnya proyek Ibu Kota Nusantara yang akan mendorong permintaan besi-baja dalam negeri. Peneliti Ekonomi Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet berpendapat, target sumbangan industri pengolahan terhadap PDB 2025 cukup berat. Pasalnya, industri dan konsumsi rumah tangga belum membaik seperti sebelum pandemi Covid-19. Ia memperkirakan, tren perlambatan konsumsi tidak hanya sampai dengan kuartal I 2024, melainkan akan berlanjut hingga tahun depan. Ditambah lagi, proses pemulihan antara satu sub sektor industri manufaktur dengan sub sektor lainnya berbeda-beda. "Kondisi inilah yang ikut menjadi salah satu faktor yang menghambat laju pertumbuhan sektor industri manufaktur ke level yang lebih tinggi," kata Yusuf kepada KONTAN, Kamis (25/4). Meski begitu, ada beberapa industri pengolahan yang masih bisa didorong. Salah satunya, industri manufaktur logam dasar.

Sumber : Kontan 26 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)