Saham Bank Besar Tetap Menarik Meski Suku Bunga Naik Judul

Jumat, 26 Apr 2024

Dua bank besar sudah merilis laporan keuangan kuartal pertama 2024. Hasilnya: keduanya masih tumbuh positif meski di bawah proyeksi konsensus analis. Bank Central Asia (BBCA) mencetak laba bersih Rp 12,9 triliun, tumbuh 11,7% secara tahunan. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengantongi laba bersih Rp 15,8 triliun atau tumbuh 2,5%. Kinerja BBCA lebih bagus, meski pendapatan BBRI lebih tinggi. Sebab, biaya provisi BBRI lebih tinggi seiring kenaikan risiko kreditnya. Pendapatan operasional BBRI tumbuh 13,5% secara tahunan, sedang BBCA cuma naik 6,9%. Biaya provisi BBRI naik pesat 91,4% secara tahunan menjadi Rp 10,7 triliun. Adapun biaya BBCA hanya Rp 1 triliun, turun dari Rp 1,5 triliun di kuartal I 2023. Dari ekspansi kredit dan kualitas aset, BBCA lebih unggul. Kredit BBCA tumbuh 17,1% secara tahunan dengan rasio kredit bermasalah (NPL) di level 1,9%. Kredit BBRI tumbuh 10,9% dengan NPL di 3,11%, naik dari 2,86% per Maret 2023. Kenaikan bunga bakal mendorong biaya dana kedua bank ini. Apalagi, likuiditas mereka tak selonggar 2023, seiring kredit yang kencang. Kenaikan biaya dana mulai terlihat dengan penurunan rasio dana murah. Rasio current account saving account (CASA) BBRI turun dari 64,53% jadi 61,66%. BBCA turun dari 81,17% jadi 80,71%. Dari perbandingan rasio CASA, biaya dana BBRI lebih besar.

Keputusan BI menaikkan bunga Rabu (24/4) lalu menekan saham bank-bank besar. Data RTI mencatat, BBCA terkoreksi 1,76% ke level Rp 9.775 pada penutupan perdagangan Kamis (25/4). Padahal dua hari sebelumnya, BBCA naik terdorong kinerjanya positif. Sementara saham BBRI masih melanjutkan tren penurunan dan ditutup turun 1,44% ke Rp 5.150. Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menilai prospek saham kedua bank itu menarik. Namun, saham BBCA naik lebih dulu karena fundamentalnya lebih solid. "Dari sisi likuiditas, BBCA lebih unggul dengan loan to deposit ratio (LDR) masih 71%, sedangkan BBRI sudah di atas 82%," kata dia, Kamis (25/4). Secara teknikal, ia melihat potensi penguatan BBCA masih akan berlanjut ke level Rp 10.250 dalam jangka menengah. Untuk BBRI, ia masih merekomendasikan beli selama bertahan kuat di atas Rp 5.000-Rp 5.050 dengan target harga Rp 6.200.Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga melihat kedua saham ini menarik. Ia merekomendasikan beli dengan target BBCA di Rp 10.800 dan BBRI Rp 6.675. Nafan menilai, kedua nya punya keunggulan. BBRI kuat di sektor UMKM, BBCA mengandalkan korporasi dan individu untuk menunjang pertumbuhan kredit. Kenaikan suku bunga, kata Nafan tak berdampak besar bagi kedua bank itu karena likuiditas mereka masih oke. "Dari NPL, BBRI relatif tinggi. Tapi, sejauh mitigasi dilakukan dengan baik, NPL bisa ditekan di sekitar 3%," kata Nafan.

Sumber : Kontan 26 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)