Tahun Depan Emas Atraktif, Harga Bisa Sampai US$ 4.000

Jumat, 23 Dec 2022

BEIJING, ID – Perekonomian Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada 2023 hampir dipastikan berbeda dengan kondisi pada 2019. Para analis juga mengingatkan jalan berliku menuju pembukaan kembali secara penuh dari pandemi Covid-19. Meski demikian, mereka masih memprediksi bahwa ekonomi Tiongkok bakal bangkit kembali lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

 

Menurut para ekonom, usur-unsur yang mendasari pertumbuhan itu hampir pasti terlihat berbeda dari tiga tahun lalu. Pasalnya, model pertumbuhan Tiongkok bergeser dari ketergantungan pada real estat dan infrastruktur menuju model ekonomi digital dan hijau – yang bakal memainkan peran lebih besar. Demikian disampaikan para analis di bank investasi terkemuka Tiongkok, CICC dalam prospek 2023 yang dirilis bulan lalu. Laporan itu sekaligus menunjukkan penekanan soal inovasi dari hasil Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa. Ada pun kategori ekonomi digital mencakup peralatan komunikasi, transmisi informasi dan perangkat lunak. Sementara untuk ekonomi hijau mengacu pada industri yang perlu berinvestasi demi mengurangi emisi karbonnya, antara lain tenaga listrik, baja dan bahan kimia. CICC memprediksi, selama lima tahun ke depan, investasi kumulatif ke dalam ekonomi digital diperkirakan tumbuh lebih dari tujuh kali lipat hingga mencapai 77,9 triliun yuan (US$ 11,13 triliun).

Berdasarkan laporan, angka tersebut tentu melampaui investasi kumulatif yang diantisipasi ke dalam real estat, infrastruktur tradisional atau ekonomi hijau – yang mana menjadikan digital sebagai yang terbesar dari empat kategori. Sebagai informasi, sektor real estat mengalami kemerosotan akibat tindakan tegas pemerintah. Ekspor juga menunjukkan penurunan setelah sempat melonjak. Lebih lanjut, raksasa perusahaan e-commerce Tongkok, JD.com pada tahun ini terkena pembatasan – menggantikan Huawei. Padahal, JD.com kerap disebut sebagai perusahaan non-BUMN terbesar di Negeri Tirai Bambu berdasarkan pendapatan. Catatan menunjukkan, pada 2021 dan 2022, real estat merupakan kategori investasi terbesar. Tetapi analis CICC mengatakan bahwa tahun ini, investasi di real estat turun sekitar 22% dari tahun lalu, sedangkan di sektor digital dan hijau tumbuh masing-masing sekitar 24% dan 14%.

Langkah Pemerintah Tiongkok menindak ketergantungan pengembang yang memiliki utang tinggi pada 2020, berkontribusi terhadap gagal bayar (default), penurunan penjualan dan investasi perumahan. Namun tahun ini, pihak berwenang telah melonggarkan banyak pembatasan terkait pembiayaan tersebut. Seperti diberitakan, bulan lalu pihak berwenang Beijing tiba-tiba menghentikan mayoritas tindakan lockdown dan persyaratan pengujian Covid, yang telah membebani pertumbuhan ekonomi selama 18 bulan terakhir. Saat sebagian besar dunia berjuang mengendalikan Covid-19 pada 2020 dan 2021, gerak cepat pengendalian di Tiongkok telah membantu pabrik-pabrik lokal memenuhi permintaan global yang melonjak untuk produk kesehatan dan elektronik.

Tetapi sekarang, disampaikan oleh Wind Information bahwa laju permintaan telah menurun. Ekspor Tiongkok dilaporkan mulai turun year on-year (yoy) pada Oktober – untuk pertama kalinya sejak Mei 2020. Dalam catatan pada 16 Desember 2022, Kepala Ekonom Tiongkok Goldman Sachs Hui Shan dan tim menyampaikan, pada tahun depan, pengurangan ekspor bersih diperkirakan memangkas pertumbuhan sebesar 0,5 poin persentase. Ditambahkan oleh para analis, ekspor bersih telah mendukung pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Tiongkok selama beberapa tahun terakhir, berkontribusi sebanyak 1,7 poin persentase pada 2021. “Ekspor ke negara-negara Asean dapat berfungsi sebagai penyangga ringan terhadap tekanan di pasar UE dan AS,” ungkap Ekonom Citi Tiongkok, Xiaowen Jin dan tim dalam catatan Rabu (21/12/2022), yang dilansir CNBC.

Sumber : Investor Daily, 23 Desember 2022


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)