Laju Inflasi Dibayangi Volatilitas Rupiah

Jumat, 26 Apr 2024

JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan alias BI Rate sebesar 25 basis poin ke level 6,25% diharapkan mampu memperkuat otot rupiah. Dus, inflasi juga tidak akan bergerak lebih tinggi. Laju inflasi terus naik sejak menjelang akhir tahun lalu. Pada Oktober 2023, inflasi tercatat 2,56% year on year (yoy), naik dibandingkan bulan sebelumnya 2,28% yoy. Salah satu pemicunya, kenaikan harga beras. Kenaikan inflasi kemudian berlanjut hingga Desember 2023 ke level 2,61% yoy. Laju inflasi tahunan sedikit melandai pada Januari, namun kembali naik hingga Maret 2024 sebesar 3,05% yoy. Kenaikan harga pangan termasuk beras, masih jadi pemicu utamanya. Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Banjaran Surya Indrastomo menilai, kenaikan BI Rate akan menahan laju inflasi, khususnya yang berasal dari barang impor. Sebab, "Faktor penggeraknya (inflasi impor) kalau ada kenaikan harga bahan baku dan komoditas," tutur dia, kemarin. Belum lagi konflik antara Iran dan Israel yang memanas menimbulkan kecemasan naiknya biaya pengiriman barang yang berasal dari Timur Tengah, seperti minyak. Jika harga minyak melambung tinggi, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) bakal terbebani lantaran pemerintah harus menambal subsidi dan kompensasi energi.

Skenario Banjaran, jika BI Rate tak dinaikkan dan rupiah mencapai Rp 16.500 per dolar AS, maka pemerintah harus menambah anggaran 10% untuk subsidi energi. Jika harga minyak mentah Indonesia mencapai US$ 100 per barel, maka pemerintah harus menambah lagi 35% anggaran subsidi. Sementara, "Kalau BI Rate dinaikkan, risiko di harga lebih terbatas ," kata dia. Staf Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai, kenaikan BI Rate akan menjaga stabilitas rupiah maupun menahan lonjakan lebih lanjut imbal hasil (yield) surat utang pemerintah. Dengan demikian, imported inflation yang bergantung pada pergerakan rupiah tidak bergerak ke level tinggi. Ramalan Myrdal, nilai tukar rupiah masih bergerak di kisaran Rp 15.920-Rp 16.340 per dolar AS hingga sebulan ke depan. "Maka, selama nilai tukar masih di bawah Rp 16.340 per dolar AS, kami lihat inflasi total (tidak hanya imported inflation) masih di bawah 2,8%," kata Myrdal. Jika rupiah terus melemah ke level Rp 16.500, Myrdal melihat, inflasi bisa melampaui 3% pada akhir 2024. Itu artinya, laju inflasi 2024 kembali ke tahun 2018 yang saat itu menyentuh 3,18% yoy.

Sumber : Kontan 26 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)