Tekanan ke Pasar Saham Belum Mereda

Jumat, 26 Apr 2024

JAKARTA. Para investor di pasar saham belum bisa bernafas lega. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergerak di zona merah sepanjang Kamis (25/4), sebelum ditutup melemah 0,27% ke posisi 7.155,29. Padahal sehari sebelumnya, IHSG mampu bertahan dengan penguatan 0,90% ketika Bank Indonesia (BI) mengerek naik suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%. Namun arus dana dari investor asing pun belum kembali mengalir masuk. Posisi net buy semakin terpangkas usai investor asing mencetak net sell senilai Rp 1,29 triliu kemarin. Head of Research Mega Capital Sekuritas, Cheril Tanuwijaya mengungkapkan, secara valuasi, pasar saham Indonesia masih terbilang atraktif, terutama di antara negara-negara Asia Tenggara. Hanya saja, situasi pasar saat ini sedang kurang kondusif lantaran aksi jual dari investor asing tidak hanya terjadi di Indonesia. "Karena bursa global juga sudah konsolidasi, apalagi makin dekat dengan FOMC The Fed," kata Cheril, Kamis (25/4). Adapun, FOMC Meeting The Fed dijadwalkan pada pekan depan, 30 April - 1 Mei 2024. Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan, nada hawkish bank sentral dan efek tensi geopolitik relatif membawa sentimen negatif. Situasi ini bisa membuat perpindahan alokasi investasi kepada aset yang lebih low risk. Tingginya suku bunga sekaligus akan membuat perilaku investor cenderung berubah kepada instrumen yang memberikan return lebih tinggi.

"Karena kekhawatiran pasar saat suku bunga tinggi adalah menyebabkan cost of fund meningkat, dan pada akhirnya akan membuat daya beli menurun yang mengakibatkan pertumbuhan kinerja emiten melambat," terang Audi. Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni menambahkan, belum adanya tanda-tanda penurunan suku bunga membuat investor akan lebih berhati-hati. Kondisi ini membuat diversifikasi portofolio ke kelas aset yang lebih aman semakin terbuka. Meski di sisi lain, Agung melihat kenaikan suku bunga BI akan turut menahan pelemahan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang sudah di atas Rp 16.000. Jika terjadi secara efektif, ini akan membawa dampak positif ke pasar saham. Agung menilai, kondisi saat ini membuat pelaku pasar akan lebih selektif. "Perubahan kebijakan bank central dari dovish ke hawkish, harga komoditas yang menguat dan tensi geopolitik, bisa menjadi faktor yang membuat pasar saham lebih menantang dan investor asing akan masih berhati-hati," ujar Agung.

Saham diskon

Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus menimpali, saat ini investor lebih cenderung melakukan penjualan dan profit taking di bursa saham Indonesia. Para investor masih menunggu hasil rapat The Fed, terutama tentang kejelasan arah penurunan suku bunga. Selain itu, mulai ramainya rilis kinerja emiten kuartal I-2024 juga akan menjadi pertimbangan para pelaku pasar. Menurut Daniel, strategi yang bisa dipertimbangkan saat ini adalah trading jangka pendek atau memilih saham-saham berfundamental apik yang sudah terdiskon cukup besar.Daniel menyarankan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project, William Hartanto punya pandangan serupa., yakni memanfaatkan pasar yang masih cenderung melemah dengan strategi buy on weakness. William menjagokan saham perbankan seperti BBRI, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Sedangkan Cheril melirik saham-saham komoditas logam seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Agung menyarankan selektif buying terhadap saham yang tergolong defensif di sektor barang konsumsi seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES). Sedangkan Audi menilai investor masih bisa memanfaatkan situasi pasar saat ini untuk trading jangka pendek. Pelaku pasar bisa mencermati saham energi berbasis komoditas, barang konsumsi dan kesehatan. Audi memberi rekomendasi buy saham MYOR, TLKM, PT Astra International Tbk (ASII), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).

Sumber : Kontan 26 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)