The Fed akan Dipaksa Longgarkan Kebijakan Tahun Depan

Jumat, 16 Dec 2022

WASHINGTON, ID – Beberapa investor meyakini bahwa resesi yang telah diprediksi bakal mendera Amerika Serikat (AS) tahun depan akan juga memaksa The Federal Reserve (The Fed) untuk melonggarkan kebijakan moneternya. Di saat bank sentral AS tersebut memproyeksikan suku bunga lebih tinggi dari ekspektasi sebelumnya dan akan mempertahankannya lebih lama karena masih berjuang memerangi inflasi.

 

Dinamika dipasar finansial tersebut menjadi fokus utama usai pertemuan kebijakan moneter The Fed pada Rabu (14/12/2022) siang waktu setempat. Yang menghasilkan kenaikan suku bunga 50 basis poin seperti diduga sebelumnya. The Fed memproyeksikan biaya pinjaman naik dengan tambahan 75 basis poin pada akhir 2023 atau 0,50 poin lebih tinggi dari perkiraan resmi pada September 2022. Langkah tersebut akan membuat fed funds rate (FFR) naik ke level 5,1%. Demikian menurut perkiraan rata-rata dalam ringkasan proyeksi ekonomi kuartalan The Fed. Level tersebut adalah yang terbesar sejak 2007. Sementara berdasarkan penaikan yang terakhir, FFR saat ini berada di kisaran 4,25% -4,50%. Namun pasar berjangka punya cerita yang berbeda. Para investor pada Rabu malam waktu setempat bertaruh bahwa The Fed akan terus menaikkan suku bunga acuan sepanjang semester pertama 2023. Sebelum kemudian memangkasnya menjadi sekitar 4,4% pada akhir tahun tersebut.

 

“The Fed sedang berjuang meyakinkan pasar untuk bergerak ke arah mereka. Ada kurang kepercayaan terhadap kemampuan Fed untuk menaikkan suku bunga secara signifikan di atas 5%,” ujar Ed Al Hussainy, ahli strategi suku bunga global senior di Columbia Threadneedle, kepada Reuters pada Kamis (15/12/2022). Pertanyaan yang mengganggu para investor selama berbulan-bulan adalah berapa besar biaya pinjaman akan naik lebih tinggi. Dan apakah kebijakan moneter yang ketat akan menjerumuskan ekonomi ke dalam resesi. Pertanyaan ini dipicu langkah The Fed yang memulai penaikan suku bunga paling agresif sejak 1980-an untuk menjinakkan lonjakan inflasi. Gubernur The Fed Jerome Powell menyampaikan pada Rabu bahwa proyeksi The Fed tidak berarti ekonomi akan jatuh ke dalam resesi. Ia pun menunjukkan risikonya sepadan dan bahwa para pembuat kebijakan tidak memiliki rencana untuk meredam pukulan dengan memangkas suku bunga. Ini adalah pesan yang telah ia gaungkan di kesempatan sebelumnya. “Pergerakan pasar benar-benar menggambarkan tantangan yang mereka hadapi. Yang tidak sebegitunya tentang kredibilitas melawan inflasi, tetapi kredibilitas menjadi hawkish dan berpegang teguh pada kebijakannya,” tutur Sonal Desai, CIO dari Franklin Templeton Fixed Income, mengacu pada The Fed.

Di antara yang memprediksi suku bunga yang lebih rendah adalah manajer dana Vanguard, Deutsche Bank dan Bank of America. Dua bank terakhir memperkirakan resesi terjadi tahun depan dan memprediksi The Fed mulai memangkas suku bunga pada Desember 2023. “Pasar percaya bahwa The Fed harus melakukan pelonggaran di akhir tahun depan dan tiada sanggahan atas gagasan tersebut dari gubernur The Fed hari ini,” ungkap RJ Gallo, manajer portofolio di Federated Hermes. Sementara itu, Christopher Alwine, kepala tim kredit global di Vanguard Fixed Income Group, percaya ekonomi AS akan jatuh ke dalam resesi dangkal di semester kedua tahun depan dan mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga di kuartal IV- 2023.

Sumber : Investor Daily 16 Desember 2022


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)