Utang Jadi Momok Emiten Menara

Kamis, 18 Apr 2024

JAKARTA. Kinerja emiten saham menara telekomunikasi mulai tumbuh di tahun 2023, meski bottom line belum sepenuhnya lepas dari tekanan. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), misalnya. Salah satu entitas Grup Djarum ini mencetak pendapatan Rp 11,74 triliun, naik 6,39% dari Rp 11,03 triliun di 2022. Namun laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih TOWR mencapai Rp 3,25 triliun di tahun 2023. Nilai ini turun 5,49% dibanding tahun 2022 yang mencapai Rp 3,44 triliun. Kinerja PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) juga selaras dengan TOWR. Sementara pendapatan dan laba bersih PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel masih tumbuh pada tahun 2023 (lihat tabel). Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko menyatakan, pencapaian tersebut, tidak lepas dari penambahan menara terutama di Luar Jawa. Hingga tutup tahun 2023, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) ini memiliki 38.015 menara. Sebanyak 22.237 unit atau 58% dari total menara milik MTEL berada di Luar Jawa. Strategi tersebut sejalan dengan rencana bisnis operator seluler saat ini, yakni menggelar ekspansi pasar ke Luar Jawa. Para operator seluler memperluas cakupan, pangsa pasar hingga kualitas koneksi di rural area. "Permintaan sewa menara, serat optik dan penunjang lain bakal meningkat sejalan dengan rencana ekspansi, terutama di sentra pertumbuhan ekonomi baru," kata Theodorus, belum lama ini. CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo mencermati kinerja para emiten menara telekomunikasi masih dibayangi potensi penurunan suku bunga, ketimbang pelemahan nilai tukar rupiah. "Prospeknya juga dipengaruhi permintaan infrastruktur dalam negeri. Pekerjaan rumah bagi para emiten adalah bisa membayar utang," kata Praska kepada KONTAN (17/4).

Perlu biaya besar

Para emiten menara telekomunikasi ini memiliki utang yang tak kecil. Maklum, untuk menggelar ekspansi penambahan aset, para emiten menara perlu biaya yang besar. Ambil contoh, total liabilitas Mitratel naik 3,18% secara tahunan menjadi Rp 22,97 triliun per 31 Desember 2023. Jumlah liabilitas TBIG juga naik 7,40% menjadi sebesar Rp 34,60 triliun. Tim Riset Kiwoom Sekuritas memprediksikan, potensi pertumbuhan sektor menara telekomunikasi tahun 2024 masih positif. Prospek tersebut didukung oleh sejumlah sentimen. Mulai dari kebutuhan infrastruktur telekomunikasi yang meningkat, permintaan sewa menara yang stabil, serta konsolidasi industri.Saham pilihan Kiwoom Sekuritas jatuh pada MTEL dan TOWR karena memiliki valuasi lebih menarik. Hitungannya, price earning (PE) MTEL 26,39 kali dan price book value (PBV) 1,56 kali. PE TOWR 13,4 kali, PBV 2,65 kali. Sedangkan PE TBIG 27 kali dengan PBV 2,62 kali.

Sumber : Kontan 18 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)