Kocok Ulang Portofolio Saat Bunga Tinggi

Selasa, 30 Apr 2024

JAKARTA. Pelemahan rupiah serta ketidakpastian global yang masih tinggi mengakibatkan bunga acuan semakin mekar. Bank Indonesia, pekan lalu, mengerek naik BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%. Investor tentu perlu memiliki strategi mengoptimalkan return, sekaligus meminimalkan risiko di saat bunga mekar. Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi menyebut diversifikasi portofolio perlu dilakukan di era suku bunga tinggi. Dengan memiliki berbagai jenis aset dan risiko, kerugian karena perubahan bunga dapat ditekan. Selain itu, ia menyarankan investor fokus ke sektor investasi yang lebih tahan bunga tinggi, seperti sektor teknologi dan kesehatan. "Kedua sektor tersebut cenderung kurang sensitif terhadap perubahan suku bunga dan bisa menjadi pilihan investasi yang baik," kata Reza kepada Kontan, Senin (29/4). Di instrumen surat utang, investor bisa mempertimbangkan obligasi yang memiliki jangka pendek atau obligasi dengan tingkat bunga yang mengambang. Efek jenis itu dinilai lebih tahan terhadap kenaikan suku bunga. Ia juga menilai saham emiten ketika initial public offering (IPO), obligasi korporasi, reksadana pasar uang, dan pendapatan tetap cukup menarik, karena akan memberikan yield cukup tinggi. "Intinya diversifikasi ke beberapa produk safe haven sampai kondisi stabil dengan mencermati kurs dolar AS dan perkembangan kebijakan The Fed," kata Reza.

Menurut CEO Pinnacle Investment, Guntur Putra, investor perlu menimbang instrumen investasi yang memiliki tingkat risiko yang sesuai dengan tujuan investasi dan profil risiko masing-masing. "Investor dengan profil risiko agresif bisa menaruh asetnya di saham 50%, obligasi 30%, dan kas atau pasar uang 20%," imbuh Guntur. Bagi investor dengan profil risiko moderat bisa menaruh asetnya di saham sebesar 30%, obligasi 40%, dan kas atau pasar uang 30%. Adapun investor dengan profil risiko konservatif bisa menaruh aset di saham sebanyak 15%, obligasi 45%, dan kas atau pasar uang sebanyak 40%. Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas menyatakan, secara umum kenaikan bunga akan menurunkan daya tarik berinvestasi di aset aset berisiko. Maka obligasi bisa menjadi pilihan. Lalu juga ke deposito atau emas sambil memperhatikan kondisi dan situasi ekonomi global.

Situasi ekonomi

aSementara Reza menyebutkan, bagi investor dengan profil resiko agresif bisa menaruh asetnya di pendapatan tetap sebanyak 30%, kas atau pasar uang 30%, saham 20% dan deposito 20%, Untuk investor dengan profil risiko moderate bisa menaruh asetnya di deposito sebanyak 30%, pendapatan tetap 30%, kas atau pasar uang 30%, dan saham 10%. Sedangkan bagi investor konservatif bisa menaruh aset di 50% deposito, pendapatan tetap 30%, dan pasar uang 20%. Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi menjelaskan, saham konsumer noncyclical akan tetap menarik. Selain itu saham utilitas, seperti infrastruktur telekomunikasi dan infrastruktir gas juga masih akan lebih stabil. "Jika mulai terjadi pelonggaran kebijakan moneter maka investor dapat kembali agresif dengan meningkatkan alokasi pada saham kategori cyclica," kata Audi. Audi merekomendasikan investor moderat agar menaruh investasi 40% di saham, 40% di obligasi dan 20% kas atau deposito.

Sumber : Kontan 30 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)