Rating Naik Kurangi Beban Biaya Utang

Kamis, 18 Apr 2024

JAKARTA. Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil. Dalam laporan Moodys Ratings disebutkan, peringkat tersebut berdasarkan ketahanan perekonomian Indonesia yang berkelanjutan, didukung oleh faktor struktural seperti sumber daya alam yang melimpah dan demografi yang kuat sehingga mendukung pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang stabil dan kuat. Selain itu, lanjut Moody's, juga didukung oleh kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati yang berfokus pada disiplin dan memastikan stabilitas makroekonomi. Namun demikian, Moody's memberikan catatan bahwa penyematan peringkat Baa2 ini masih menunjukkan kekuatan fiskal Indonesia yang relatif lemah. Dalam hal ini Moody's rendahnya basis pendapatan yang berdampak terhadap penarikan utang, meski pemerintah sudah menjaga rasio utang terhadap PDB di bawah level negara-negara setingkat. Di sisi lain, Moodys berasumsi disiplin fiskal Indonesia akan terus berlanjut untuk mendukung stabilisasi beban utang pada level saat ini. Sedangkan outlook stabil mencerminkan risiko yang seimbang. Moodys berharap Indonesia dapat memperluas ukuran dan daya saing sektor manufaktur agar bisa mendukung pertumbuhan ekonomi RI yang signifikan dan tahan lama. Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, maka pendapatan negara yang akan diterima Indonesia lebih besar lagi.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bilang, afirmasi rating Indonesia dari Moody's tersebut, merupakan bentuk kepercayaan dunia internasional atas stabilitas makroekonomi yang terjaga dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang positif. Ke depan, BI akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global dan domestik, mengambil langkah-langkah kebijakan yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ekonom BCA David Sumual melihat, afirmasi peringkat utang tersebut akan membantu RI terhindar dari risiko mahalnya biaya utang imbas ketegangan tensi geopolitik. Di tengah kondisi yang masih penuh dengan ketidakpastian, kata David, akan lebih baik Indonesia untuk menganut kebijakan fiskal yang lebih prudent dibandingkan kebijakan fiskal yang agresif.

Sumber : Kontan 18 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)