Biaya Utang Bisa Lebih Mahal

Selasa, 16 Apr 2024

JAKARTA. Pemerintah bersiap mengeduk utang baru. Kementerian Keuangan (Kemkeu) akan kembali melelang surat berharga negara (SBN). Pada kuartal kedua tahun ini, lelang SBN akan mulai bergulir pada pekan keempat bulan April 2024. Berdasarkan informasi yang dikutip dari situs resmi Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, lelang SBN di sepanjang kuartal II-2024 ditargetkan sebanyak 10 kali. Lelang akan dimulai pada 23 April hingga 25 Juni 2024. Lelang SBN tersebut meliputi surat perbendaharaan negara (SPN), obligasi negara (ON), SPN syariah dan surat berharga syariah negara berbasis proyek alias project based sukuk (PBS). Pada kuartal kedua tahun ini, Kemkeu menargetkan lelang SBN sebesar Rp 170 triliun. Namun target tersebut turun dibandingkan target lelang pada kuartal sebelumnya yang mencapai Rp 230 triliun. Sebab pada periode Januari-Maret 2024, Kemkeu melakukan lelang SBN hingga 13 kali. Yang jelas, lelang SBN dijalani pemerintah sebagai salah satu upaya pembiayaan utang 2024 yang ditargetkan sebesar Rp 648 triliun. Adapun pembiayaan utang tersebut dilakukan untuk menutup defisit anggaran yang ditargetkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 sebesar 2,29% dari produk domestik bruto (PDB). Staf Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memprediksi target penyerapan SBN lebih sedikit pada kuartal kedua karena adanya periode libur Lebaran. Hal ini dikhawatirkan akan menurunkan kuantitas lelang yang menjadi lebih sedikit.

Meski targetnya menurun, Myrdal mengingatkan agar pemerintah tetap waspada dalam mempertimbangkan penerbitan SBN di kuartal II 2024 serta ke depan. Pertama, mempertimbangkan risiko pasar akibat ketidakpastian kondisi ekonomi yang tinggi, serta kondisi geopolitik yang kembali memanas belakangan ini akibat ketegangan antara Iran dan Israel. "Ini yang akan membuat biaya berutang menjadi lebih mahal," tutur Myrdal kepada KONTAN, Senin (15/4). Kedua, pemerintah perlu mengantisipasi risiko dari likuiditas. Sebab, investor berpotensi menahan likuiditasnya untuk melakukan investasi dan cenderung bersikap menghindari risiko alias risk averse. Pertimbangan tersebut, menurut dia, berlaku untuk mayoritas investor global. "Jadi pemerintah dalam melakukan aksi pembiayaan dapat mengandalkan investor lokal," tambah Myrdal. Ia memperkirakan, imbal hasil SBN dengan tenor 10 tahun akan meningkat ke kisaran 6,62% hingga 6,78%, dari posisi awal tahun 2024 yang berada di kisaran 6,5%.

Sumber : Kontan 16 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)