Kinerja LQ45 Belum Berstamina

Senin, 29 Apr 2024

JAKARTA. Identik dengan saham blue chip dan likuid, nyatanya indeks LQ45 tak selalu mentereng. Beberapa waktu belakangan ini, kinerja LQ45 justru tertinggal dari pasar secara umum, yang tercermin dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sejak awal tahun 2024 hingga Jumat (26/4), IHSG terjungkal 3,25%. Namun LQ45 ambles lebih dalam dengan posisi minus 7,40% secara year to date (ytd). Kondisinya tak jauh berbeda dalam tiga tahun terakhir. Pada 2022, saat IHSG menguat 4,09%, Indeks LQ45 hanya melaju tipis 0,62%. Bahkan pada 2021, saat IHSG mencetak return hingga 10,08%, Indeks LQ45 malah minus 0,37%. Asal tahu saja, saham-saham plat merah atau yang terafiliasi BUMN punya porsi lumayan jumbo dalam konstituen LQ45. Saat ini ada 13 saham BUMN dan anak usahanya yang menghuni LQ45. Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menyoroti, saham BUMN cukup punya keterkaitan dalam dinamika kinerja LQ45. Terutama tiga bank besar BBRI, BMRI, dan BBNI serta TLKM. Hingga kuartal I-2024, sejatinya kinerja LQ45 cukup apik dan unggul dibanding IHSG. Namun, memasuki kuartal kedua, gerak LQ45 merosot. Salah satunya terseret oleh pelemahan sederet saham big caps, termasuk BBRI dan TLKM. Tapi, mesti dicatat, ini bukan menjadi satu-satunya faktor yang membuat LQ45 tertinggal dari IHSG. Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan, performa IHSG lebih unggul terdorong akselerasi saham big caps yang bukan konstituen LQ45. Misalnya beberapa pendatang baru big caps seperti BREN dan AMMN.

Tetap jadi benchmark

Meski kinerja LQ45 belakangan ini tertinggal dari IHSG, tapi CEO Pinnacle Persada Investama Guntur Putra menilai LQ45 masih menarik sebagai bagian dari tolok ukur (benchmark) bagi investor ritel maupun manajer investasi. "Tetap menjadi salah satu acuan investasi yang penting karena mencakup saham-saham unggulan di bursa Indonesia," turut Guntur. Hanya saja, investor juga perlu jeli mencermati alternatif indeks lain sebagai rujukan investasi di pasar saham. Termasuk dari global index provider yang menyaring saham dengan metodologi yang ketat. Investment Analyst Syailendra Capital, Michael Tjandradjaja mengingatkan, meski LQ45 merepresentasikan likuiditas saham, tapi indeks ini tidak mencerminkan prospek kinerja dari emiten tersebut. Lagi pula, secara historis tidak ada indeks equity yang memiliki kinerja terbaik secara konsisten.Adapun, saat ini indeks LQ45 sudah memiliki komposisi baru untuk periode konstituen 2 Mei hingga 31 Juli 2024. Dalam evaluasi mayor kali ini, saham EMTK dan PTMP, digantikan oleh AMMN dan ISAT. Ratih bilang, di tengah kondisi pasar yang volatile investor dapat mencermati saham TLKM, ANTM, dan MEDC. Sedangkan Arjun merekomendasikan BBRI, BMRI, BBNI, BBCA, BRIS, TLKM, EXCL, MEDC, PGAS, dan INCO.

Sumber : Kontan 29 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)