Berlindung di Bawah Emas dan Dolar AS

Selasa, 16 Apr 2024

JAKARTA. Tensi geopolitik Timur Tengah meningkat, selepas Iran menyerang Israel dengan ratusan drone dan rudal pada Sabtu (13/4) malam. Pasar keuangan kembali terguncang dan sempat meluruhkan nilai sejumlah aset investasi menyusul ketidakpastian baru itu. Pasar saham di Asia, misalnya, melemah pada penutupan Senin (15/4). Kemarin, indeks saham Nikkei Jepang turun 0,74% ke posisi 39.232,80, sementara indeks Hang Seng terpangkas 0,72% ke level 16.600,46. Kurs rupiah melemah di kisaran Rp 16.000 per dolar AS, saat dolar AS juga unjuk gigi terhadap sejumlah mata utama dunia lainnya. Misalnya, yen terkoreksi 0,76%, sementara euro turun 0,11%. Jusua Pardede, Ekonom Bank Permata, melihat ketidakpastian global menyebabkan investor menarik dana dari aset berisiko tinggi, terutama dari negara berkembang seperti Indonesia. Dus, aliran modal keluar dari pasar saham dan obligasi Indonesia berpeluang makin deras. Nah, dalam situasi yang tak pasti ini, aset-aset safe haven. menjadi incaran investor untuk mengamankan aset investasinya. Sejauh ini ada dua aset safe haven yang tetap menjadi primadona, yakni emas dan dolar AS. Berdasarkan data Trading Economics, harga emas berada di level US$ 2.350 per ons troi pada pukul 17.25 WIB, Senin (15/4). Harga emas tersebut menguat 0,50% dalam sepekan terakhir.

Sementara indeks dolar juga masih mendaki dan berada di posisi 105. Indeks yang menunjukkan laju dolar AS tersebut menguat 1,70% dalam sepekan terakhir. Pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong menyatakan, krisis politik di kawasan Timur Tengah mendorong penguatan dolar AS dan menyokong kenaikan harga emas. Pada saat bersamaan, aksi borong emas oleh sejumlah bank sentral negaranegara besar semakin menopang kenaikan harga emas. "Untuk saat ini, hanya kedua instrumen itu yang menjadi pilihan safe haven terbaik," tutur Lukman, kemarin. Perencana keuangan, Aidil Akbar Madjid, lebih menjagokan emas sebagai safe haven ketimbang dolar AS. Argumen Aidil, 'kubu lawan' AS, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan South Africa (BRICS), sedang berupaya melepas dan mengurangi ketergantungan dari penggunaan dolar AS. Selain emas dan dolar AS, ada juga instrumen lain yang bisa dipilih sebagai safe haven. "Saya menyarankan untuk kebutuhan jangka pendek bisa fokus ke tabungan, deposito yang dijamin LPS, emas Logam Mulia (emas batangan) atau reksadana pasar uang," kata Melvin Mumpuni, CEO Finansialku.

Nah, selain tahan krisis, pilihan terhadap emas dan dolar AS juga karena nilai keduanya berpeluang masih naik untuk beberapa waktu ke depan. Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono, misalnya, memprediksikan harga emas dunia di kisaran US$ 2.250–US$ 2.550 per ons troi. Sementara harga emas Antam bakal anteng di posisi Rp 1,3 juta per gram pada semester II-2024. "Di akhir tahun (harganya) akan ada di kisaran Rp 1,3 juta–Rp 1,4 juta per gram, dengan titik tengah Rp 1,35 juta," tutur Wahyu. Berdasarkan catatan KONTAN, kemarin, harga emas Antam berada di level Rp 1,31 juta per gram. Prediksi pengamat pasar keuangan, Teguh Hidayat, kemungkinan terburuk rupiah tembus ke level Rp 17.000 per dolar AS jika situasi geopolitik makin tak menentu.

Sumber : Kontan 16 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)