Rupiah Perlu Bauran Kebijakan

Selasa, 16 Apr 2024

Pelemahan rupiah sudah terjadi sebelum libur panjang Lebaran. Ini murni efek global. Mulai dari geopolitik serta data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang meleset dari perkiraan ekonom. Misalnya data tenaga kerja AS. Kemudian tingkat pengangguran AS juga menurun di Maret 2024. Penguatan dolar AS juga dipengaruhi oleh pernyataan The Fed yang tidak mau terburuburu menurunkan suku bunga acuan. Seolah ini menegaskan bahwa The Fed belum akan memangkas fed funds rate pada rapat FOMC, Mei nanti. Terlebih inflasi di Amerika Serikat juga kembali tinggi. Ini adalah efek dari pertumbuhan produk domestik bruto negara ini tahun lalu dan diproyeksi bisa membaik pada tahun 2024. Inilah yang memicu spekulasi The Fed masih akan mempertahankan lebih lama lagi suku bunga tingginya yang saat ini di kisaran 5,25%-5,5%. Perkembangan ini yang menyebabkan rupiah melemah selama libur Lebaran.

Sejatinya tidak hanya rupiah. Mayoritas mata uang global lain juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Pasalnya, dolar AS saat ini menjadi salah satu instrumen yang paling diburu pasar di tengah ketidakpastian ekonomi. Maka untuk meredam pelemahan rupiah lebih dalam, perlu ada bauran kebijakan. Kami melihat Bank Indonesia (BI) akan tetap menjalankan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah melalui triple interventions di pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), dan pasar obligasi. Kami cukup optimistis, volatilitas rupiah dapat menurun jika tensi perang dapat diredam dan potensi penurunan suku bunga AS pada paruh kedua tahun ini dapat terlaksana. Apalagi fundamental ekonomi domestik masih solid dan posisi cadangan devisa juga masih mumpuni. Kami proyeksikan rupiah di Rp 15.400–Rp15.500 per dolar AS di akhir tahun dan fed funds rate turun 50 bps ke 4,75%-5% menjelang tutup tahun ini.

Sumber : Kontan 16 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)