Suku Bunga Tinggi Bertahan Lebih Lama

Jumat, 19 Apr 2024

JAKARTA. Tingkat suku bunga global di level tinggi bisa bertahan lebih lama. Konflik antara Iran dan Israel menjadi salah satu pemicunya lantaran berisiko mengerek inflasi global sejalan dengan lonjakan harga minyak bumi. Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) mewanti-wanti dampak memanasnya konflik Iran dan Israel, juga perang Rusia dan Ukraina yang belum juga usai. Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas menyampaikan, sejumlah konflik tersebut dikhawatirkan mengerek inflasi global menjadi lebih tinggi. Walhasil, pertumbuhan ekonomi global ikut terganggu. "Kemajuan menuju target inflasi agak mengkhawatirkan karena terhenti sejak awal tahun di beberapa negara. Ini mungkin merupakan kemunduran sementara, namun ada alasan untuk tetap waspada," tutur Gourinchas. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Marie Elka Pangestu meramal, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) akan menahan suku bunga acuan lebih lama lagi, imbas konflik Iran-Israel. Menurut dia, kemungkinan The Fed menahan suku bunga acuan menjadi satu dari berbagai efek domino lain seperti kenaikan harga minyak global, harga emas, hingga menguatnya dolar AS. Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara juga mengakui pemerintah melihat The Fed akan menahan suku bunga acuannya di level tinggi dalam waktu lama karena inflasi di negara tersebut tak kunjung turun. Dia menyebutkan, awalnya berbagai pihak meramal dan mengharapkan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunganya pada pertengahan 2024. Akan tetapi, perkiraan tersebut meleset, mengingat kondisi perekonomian global juga sedang memanas.

Dengan suku bunga AS yang masih tinggi, maka akan menyebabkan arus modal berpotensi keluar dari negara-negara emerging market ke AS, sehingga akan menyulitkan berbagai negara memperoleh aliran modal. Dengan kondisi tersebut, artinya pemerintah Indonesia masih harus menjaga kondisi volatilitas yang terjadi di tingkat global. Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpendapat, ketidakpastian di pasar keuangan global saat ini masih sangat tinggi dan cepat berubah drastis. Sehingga kondisi geopolitik dan antisipasi rilis beberapa data di AS menjadi penting bagi Bank Indonesia dalam menentukan kebijakan suku bunganya. Namun, jika kondisi global tidak mendukung, dan permintaan safe haven terus meningkat sehingga terjadi risk off yang berujung pada pelemahan rupiah terus-menerus meski BI sudah melakukan intervensi, maka ada peluang BI mengerek bunga acuan. "Menaikkan BI Rate merupakan opsi terakhir BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," ungkap Josua kepada KONTAN, Kamis (18/4).

Sumber : Kontan 19 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)