Bunga Tinggi dan Rupiah Hantui Pasar

Kamis, 02 May 2024

JAKARTA. Sebagian besar emiten penghuni Indeks LQ45 telah merilis kinerja kuartal I 2024. Catatan KONTAN, hanya ada tujuh emiten yang belum merilis laporan kinerja karena masih dalam proses audit. Artinya, sudah ada 38 emiten konstituen LQ45 yang sudah menyampaikan kinerja keuangannya. Hasilnya, ada 22 emiten yang mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi emiten dengan pertumbuhan pendapatan paling tinggi. Pendapatan GOTO melonjak 22,4% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 2,07 triliun. Menyusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dam PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) yang pendapatannya masing-masing tumbuh sebesar 17,85%, 17,77% dan 17,05%. Sisi bottom line ada 19 emiten bisa mencetak pertumbuhan laba. Lonjakan laba tertinggi diraih oleh PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) sebesar 227,96% yoy. Emiten yang terafiliasi dengan Garibaldi "Boy" Thohir ini mengantongi pendapatan US$ 10,21 juta di kuartal I-2024. Dibandingkan periode sebelumnya di 2023, laba bersih ESSA hanya mencapai US$ 3,11 juta. Pertumbuhan laba bersih hingga tiga digit diraih PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Yakni masing-masing 195,05% dan 168,34%.

Rupiah terus loyo

Investment Consultant Reliance Sekuritas, Reza Priyambada menjelaskan, sekilas kinerja para emiten di kuartal I-2024 masih cukup baik. Ini seharusnya bisa berimbas positif ke kinerja saham mereka. "Meski ada sentimen positif dari kinerja, tetapi di saat yang sama ada tekanan global," jelas Reza kepada KONTAN kemarin (1/5). Seperti diketahui, tekanan pada nilai tukar rupiah menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar emiten. Nilai tukar rupiah belum kunjung turun dari level Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Inilah yang membuat Bank Indonesia mengerek suku bunga acuan 25 basis poin. Ike Widiawati, Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas menilai, kenaikan suku bunga akan membuat likuiditas dalam negeri semakin ketat. "Harapannya nilai tukar rupiah bisa menguat dan ada sektor yang mungkin berdampak secara langsung dan tidak," ujarnya. Jika asumsinya, nilai tukar rupiah akan kembali menguat, emiten di farmasi dan kesehatan akan mendapatkan keuntungan. Mengingat mayoritas bahan baku emiten farmasi merupakan impor. Sektor lainnya adalah ritel dan barang konsumsi, yakni seperti ACES dan ICBP. Dia mencermati kenaikan suku bunga juga akan mempengaruhi kinerja emiten perbankan, terutama bank kecil yang rapuh. Menurutnya, big bank atau bank KBMI IV cenderung lebih tahan banting. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus sependapat. Meski begitu, investor masih bisa mencermati saham big banks seperti BBCA, BBRI, BBNI dan BMRI. Untuk sektor telko, investor juga dapat melirik TLKM serta EXCL.

Sumber : Kontan 2 Mei 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)