Sembari menggenjot penjualan dalam negeri, PT Industri Jamu dan Farmsi Sido Muncul Tbk. (SIDO) getol mengeksplorasi negara tujuan ekspor baru. Ruang pertumbuhan di pasar internasional diyakini masih terbuka lebar.
Sepanjang 2021, emiten berkode saham SIDO itu mengantongi pendapatan Rp4,02 triliun. Penjualan SIDO tumbuh 20,53% dari realisasi Rp3,33 triliun pada 2020. Penjualan itu berasal dari produk jamu herbal dan suplemen Rp2,69 triliun, makanan dan minuman Rp1,19 triliun, serta farmasi Rp137,14 miliar. David Hidayat, Direktur Utama Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, mengungkapkan peningkatan penjualan sedikit banyak terpengaruh adanya sentimen positif adanya kebutuhan vitamin, obat-obatan, dan semua produk kesehatan akibat pandemi yang makin meningkat. Menurutnya, sebelum pandemi kesadaran masyarakat mengonsumsi suplemen kesehatan berbahan herbal secara berangsur-angsur memang sudah meningkat. “Nah, dengan merebaknya Covid-19 varian Delta yang dilanjut dengan varian Omicron, permintaan terus meningkat meskipun pertambahan permintaan tidak sedahsyat lonjakan pada gelombang kedua,” urainya, kepada Bisnis, Selasa (22/2). Emiten berkapitalisasi pasar sekitar Rp28 triliun itu optimistis tren pertumbuhan penjualan akan berlanjut. Pada 2022, SIDO menargetkan kenaikan penjualan dan laba bersih sebesar 15%. Dengan target tersebut, SIDO mengincarpendapatan sekitar Rp4,62 triliun. Sementara itu, laba bersihnya berpotensi naik menjadi Rp1,44 triliun pada 2022 dari realisasi Rp1,26 triliun.
“Kami melakukan settingtarget ini secara konservatif, meskipun kami menyadari bahwa kami masih memiliki pilar-pilar pertumbuhan yang belum dioptimalkan, sehingga masih banyak potensi pertumbuhan,” katanya. David membeberkan strategi yang difokuskan SIDO pada tahun ini. Pertama, pemerataan distribusi dan penetrasi beberapa produk jamu herbal, termasuk Tolak Angin, Tolak Linu, dan Esemag. Kedua, menambah produk atau varian baru pada kelompok produk minuman kesehatan yang disiapkan dalam bentuk siap diminum sesuai dengan tren saat ini sehingga dapat dikonsumsi masyarakat secara lebih praktis. Ketiga, menyasar pasar Middle East dan North Africa (MENA), serta Indo China sebagai tujuan ekspor potensial. Menurut David, pasar MENA sangat luas untuk dieksplorasi karena meliputi Algeria, Bahrain, Egypt, Iran, Iraq, Israel, Jordan, Kuwait, Lebanon, Libya, Morocco, Oman, Qatar, Saudi Arabia, Syria, Tunisia, United Arab Emirates, danYemen. “Kami juga mengupayakan peningkatan efisiensi di semua lini organisasi tetap dilanjutkan,” imbuhnya. Direktur Keuangan Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Leonard menambahkan SIDO mendorong ekspansi jaringan distribusi untuk lebih merata ke seluruh pelosok Indonesia. “Kami menargetkan kenaikan dari jumlah outlet yang menjual produk-produk Sido Muncul hingga kota-kota lapis ke-2 dan ke-3. Selain ekspansi offline channel, kami juga berfokus pada perngembangan online channel,” tuturnya. Di kanal distribusi daring, SIDO sudah bekerja sama dengan lebih dari 25 e-commerce di Indonesia, baik platform B2B dan B2C.
Untuk pasar internasional, Leonard mengatakaan strategi pasar ekspor fokus pada reaktivasi dan pemerataan distribusi terutama di negara-negara tujuan utama, seperti Nigeria, Malaysia, dan Filipina. “Kami juga akan meluncurkan beberapa SKU baru di negara-negara tersebut. Tahun ini, kami juga akan melanjutkan eksplorasi dan penetrasi ke negara-negara ekspor tujuan baru, terutama negara-negara ECOWAS [Afrika Barat] dan Asean,” paparnya. Selain itu, SIDO akan fokus dalam pengembangan bisnis baru, yaitu minyak atsiri atau essential oil. Bisnis minyak atsiri ini baru dimulai pada kuartal IV/2021 dengan fokus tujuan negara ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat. Sementara itu, Equity Analyst NH Korindo Sekuritas Indonesia Cindy Alicia Ramadhania menuturkan SIDO diperkirakan terus melakukan ekspansi, baik dari segi peluncuran produk baru, jangkauan outlet, maupun target tujuan ekspor. Menurutnya, fokus ekspansi perseroan bakal menjadi kunci pertumbuhan pada tahun ini. Perusahaan fokus ekspansi ke luar Jawa, seperti Sumatra, Kalimantan dan Timur Indonesia dengan target 150.000 outlet. Cindy juga menyoroti langkah SIDO yang telah meluncurkan 11 produk atau varian baru pada 2021 dengan kontribusi sebesar 4% terhadap penjualan. Ke depannya, lanjut Cindy, SIDO akan meluncurkan minuman kesehatan ready to drink (RTD) baru dan rangkaian herbal suplemen. “Penjualan ekspor SIDO tercatat lebih tinggi sebesar 86% pada 2021, didorong oleh pemulihan ekspor ke Nigeria dan Malaysia, dan kontribusi minyak atsiri ke Prancis,” tulisnya dalam riset yang dikutip Selasa (22/2). Penjualan ekspor diestimasi menyumbang 4% terhadap total pendapatan SIDO. Produsen Kuku Bima Ener-G! itu menargetkan kontribusi ekspor tumbuh menjadi 5%—7% terhadap penjualan perseroan.
“Tren herbal dan suplemen diharapkan masih menjadi kontributor SIDO yang utama pada 2022 karena kesadaran kesehatan terus meningkat. Sementara itu, risiko utama adalah bahan baku biaya dan permintaan yang lebih rendah untuk produk baru,” urainya.Dalam riset terpisah, Equity Analyst OCBC Sekuritas Eriza Putri menuturkan fokus SIDO untuk meningkatkan penetrasi pasar mulai membuahkan hasil. Pada 2021, outlet cakupan mencapai 135.000 tumbuh 20% dan diharapkan mencapai 150.000 grosir dan pengecer pada 2022. SIDO juga disebut akan terus memanfaatkan pasar online karena margin penjualannya yang tinggi dan kinerja yang luar biasa. “Kami mengharapkan kontribusi saluran daring yang lebih tinggi dari CAGR sepanjang 2019—2021 sebesar 22%,” urainya dalam riset yang dikutip Selasa (22/2). Sementara itu, analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto memperkirakan pendapatan SIDO pada 2022 bakal tumbuh 14,6% menjadi Rp4,6 triliun. Faktor utamanya ialah kenaikan volume penjualan produk-produk Sido Muncul. “Dengan margin yang terjaga, kami perkirakan pertumbuhan laba SIDO pada 2022 sebesar 13,8% secara tahunan menjadi Rp1,59 triliun,” tulisnya dalam riset. Natalia juga menggarisbawahi kondisi keuangan SIDO yang dalam posisi net cash dan memiliki eksposur yang minimal terhadap bahan baku impor. BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli terhadap SIDO dengan target harga saham yang dikerek menjadi Rp1.000 per saham. Senada, OCBC Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli dengan target price (TP) SIDO Rp1.160. Menurut Eriza, target harga SIDO direvisi naik sejalaln dengan estimasi laba bersih yang ditingkatkan menjadi Rp1,46 triliun pada 2022. NH Korindo Sekuritas juga merekomendasikan beli untuk SIDO dengan target harga Rp1.060 per saham. Target harga tersebut menyiratkan estimasi price to earnings (P/E) pada 2022 sebesar 22,1 kali. Hingga akhir perdagangan Selasa (22/2), SIDO mencetak kenaikan 10,4% secara year-to-date dan parkir di level Rp995 per saham.
Sumber : Bisnis Indonesia (23 Februari 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |