HMSP masih menggulirkan rencananya memperlebar kantong pemasukan lewat produk rokok tanpa asap.
Akhir tahun lalu, emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) sempat kembali mendengungkan obsesinya untuk melanjutkan investasi pada produk rokok tanpa asap IQOS. Sudah separuh tahun lebih berlalu, bagaimana kelanjutan rencana tersebut?Dalam paparan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) awal Juni 2022, manajemen HMSP memastikan bahwa investasi produk IQOS yang dilakukan lewat pembangunan pabrik di Karawang masih berlanjut. Manajemen, dikutip dari materi presentasi, juga menarget pabrik tersebut dapat beroperasi selambat-lambatnya akhir tahun ini. “Fasilitas ini dijadwalkan untuk mulai beroperasi pada akhir tahun 2022 dan akan mendukung permintaan dari pasar domestik dan ekspor Asia Pasifik,” jelas manajemen. Sebagai konteks, IQOS merupakan merek pemanas tembakau tanpa asap yang diprakarsai oleh Philip Morris International (PMI). PMI merupakan perusahaan yang juga menguasai HMSP dengan kepemilikan 92,5%. Hasrat PMI untuk memboyong IQOS ke Indonesia lewat HMSP sebagai tentakelnya, sebenarnya bukan hal baru. Benih-benih usaha ini telah mereka lakukan sejak Maret 2019, tatkala PMI meluncurkan komunitas bernama IQOS Club Indonesia. Per akhir 2021, komunitas berbasis platform yang ditujukan untuk mengukur ketertarikan perokok Indonesia terhadap produk IQOS tersebut diklaim telah memiliki 65.000 anggota. Alias, naik 100% lebih dibandingkan estimasi keanggotaan 30.000 orang per akhir 2020. Gerai fisik IQOS juga terus ditambah. Per Desember 2021, IQOS Club Indonesia sudah punya 78 gerai, lebih banyak dari 14 gerai pada 2020.Usaha mempercepat penetrasi IQOS juga dilakukan PMI dan HMSP lewat pembukaan toko digital untuk produk-produk IQOS di ecommerce macam Tokopedia dan Shopee. Saat ini, IQOS sendiri baru memiliki 2 varian alat dan 8 varian HEETS yang dipasarkan di Indonesia. Sementara terkait pembangunan pabrik khusus di Karawang, rencana tersebut telah digodok sejak adanya komitmen investasi senilai US$166,1 juta atau sekitar Rp2,48 triliun (kurs Rp14.987 per US$).
Komitmen investasi ini, menurut HMSP, bukan hanya ditujukan untuk mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap produk rokok eksisting. Mereka juga mengklaim bahwa dampak dari investasi ini adalah potensi terkereknya serapan tembakau petani dalam negeri. “Sampoerna percaya hal ini dapat meningkatkan multiplier effect melalui penciptaan nilai tambah. Antara lain serapan daun tembakau dari petani lokal, membuka lapangan kerja bagi tenaga kerja berketerampilan tinggi, dan meningkatkan kepercayaan investor atas iklim investasi di Indonesia. ”Tidak mengherankan jika HMSP terus mencari jalan untuk menumbuhkan bisnisnya dengan cara-cara baru. Sebab, bukan rahasia lagi jika margin bisnis tembakau mulai bikin para produsen rokok harap-harap cemas. Kendati realitas data perokok di Indonesia masih mengalami kenaikan, kebijakan pajak cukai yang terus naik dari tahun ke tahun bikin emiten rokok seperti HMSP was-was. Pada kuartal I/2022 misalnya, produsen rokok Sampoerna Mild dan Malboro tersebut hanya mencatatkan margin laba kotor 16,3%. Angka ini cenderung lebih rendah dibandingkan margin laba kotor 17,1% yang dibukukan perseroan sepanjang tahun buku 2021. Teranyar, usaha perusahaan memperbaiki margin dengan produk rokok kemenyan Malboro Crafted Authentic juga berpotensi terganjal. Ini mengingat belakangan, ketentuan cukai baru yang diberlakukan Kementerian Keuangan juga menambahkan layer produk baru berupa rokok kemenyan. Direktur HMSP Elvira Lianita mengatakan bahwa perusahaan akan tetap kooperatif dengan kebijakan tersebut. Terkait usaha memperkukuh margin bisnis, HMSP juga akan berusaha mencari jalan terbaik. “Kami senantiasa menjaga dampak positif dari usaha kami secara nasional. Termasuk peraturan yang terkait dengan keuangan dan cukai,” kata Elvira kepada Bisnis belum lama ini (7/7).
Sejauh ini, tekanan margin terindikasi sebagai faktor yang bikin gerak saham HMSP stagnan. Dibanderol dengan harga Rp955 per saham hingga jeda perdagangan Rabu (13/7), mahar saham HMSP mencerminkan koreksi 1,03% dari posisi Rp965 per saham secara year-to-date (ytd). Masih kentalnya keraguan terhadap nasib HMSP dalam jangka panjang juga tercermin dari konsensus analis Bloomberg. Saat ini, HMSP memiliki rating konsensus 3,07.Dari 28 analis yang mengkover emiten ini, mayoritas atau 11 analis (39,3%) bertahan dengan rating hold atau netral. Sisanya, 9 analis (32,1%) menyematkan overweight dan 8 analis (28,6%) underweight. Konsensus menaksir pendapatan HMSP tahun ini bisa menyentuh Rp107,28 triliun, lebih tinggi dari realisasi Rp98,87 triliun tahun lalu. Hanya saja, seiring potensi penurunan margin, laba bersih perseroan dinilai akan tumbuh lebih terbatas hingga kisaran Rp7,18 triliun, tidak jauh beda dari realisasi Rp7,13 triliun pada 2021. Pada dasarnya, tekanan secara proporsi kenaikan pajak cukai pada tahun ini tidak lebih ekstrem jika dibandingkan kondisi awal 2021. Namun, analis menilai hal itu belum serta merta membuat tekanan terhadap sektor tembakau lebih moderat, mengingat kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat juga masih abu-abu. “Kami masih mempertahankan pandangan netral kami terhadap sektor tembakau, seiring kondisi yang menantang terhadap perekonomian,” ujar analis Mirae Asset Christine Natasya.
Sumber: Bisnis Indonesia (15 Juli 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |