Implementasi CBDC Dorong Efisiensi Sistem Pembayaran

Rabu, 13 Jul 2022

JAKARTA – Bankir mendukung upaya Bank Indonesia (BI) dalam pengembangan mata uang digital Indonesia atau central bank digital currency (CBDC) yakni rupiah digital. Seiring dengan tingginya adopsi digital, CBDC akan cepat digunakan masyarakat, sehingga dapat mendorong efisiensi di sistem pembayaran.

“Pastinya efisien dan kompetitif dalam lanskap pembayaran di Indonesia,” kata Direktur Utama PT Bank Jago Tbk Kharim Siregar dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI), rangkaian G20, Selasa (12/7). Kharim menilai lansekap sistem pembayaran di Indonesia telah banyak berubah dan masyarakat beralih bertransaksi secara digital. Adopsi pembayaran elektronik juga semakin masif karena adopsi dari masyarakat terhadap digital juga terus meningkat. Bank Jago mempercayai bahwa mata uang digital tersebut akan menciptakan efisiensi sistem pembayaran, karena memiliki nilai yang sama dengan uang tunai, tapi secara digital. Sehingga lebih efektif dan efisien dalam pengelolaannya. Sebagai bank digital, Kharim menjelaskan bahwa peran dari Bank Jago sangat penting untuk mempromosikan CBDC kepada masyarakat, terlebih kepada nasabahnya. Perseroan akan meningkatkan literasi digital kepada nasabah, terutama terkait penggunaan CBDC. “Kami yakin penggunaan CBDC meningkat, karena kami bekerja sama dengan salah satu e-commerce terbesar di Indonesia, dan kami dapat memperkenalkan CBDC melalui platform itu juga,” tutur Kharim. Dia juga menyebut, nasabah Bank Jago yang mayoritas adalah generasi muda memiliki kecakapan digital yang tinggi dengan literasi digital yang juga tinggi. Sehingga, pengenalan akan CBDC diperkirakan akan mudah untuk nasabah perseroan. Kharim juga mempercayai bahwa CBDC juga memberikan manfaat bagi perekonomian Indonesia, sehingga Bank Jago berkomitmen untuk berkontribusi untuk mendorong penggunaan CBDC. Penerbitan mata uang digital juga dapat digunakan untuk penyaluran bantuan tunai atau sibsidi bagi masyarakat, sehingga mendukung kebijakan moneter dan fiskal.

Pada kesempatan itu, Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro menilai bahwa implementasi CBDC merupakan inisiatif yang akan menjadi game changer ke depan. Di mana saat ini sudah lebih dari 105 negara yang mewacanakan implementasi CBDC. “CBDC meningkatkan transaksi lebih cepat, lebih murah, lebih aman bagi semua pihak. Ini memberi peluang bagi rumah tangga dan bisnis untuk memiliki akses lebih baik terhadap mata uang digital,” urai Andry. Dia juga menyebut, CBDC nantinya juga dapat memperluas inklusi keuangan, terlebih masih banyak populasi unbanked yang merupakan salah satu tantangan di Indonesia. “Tujuannya jelas, dengan inklusi keuangan jadi lebih baik, membawa pertumbuhan dan mempersempit kesenjangan antarwilayah di Indonesia,” kata Andry. Sementara itu, Bank Indonesia mengungkapkan eksplorasi penerbitan CBDC dilakukan berdasarkan enam tujuan. Pertama, menyediakan alat pembayaran digital yang tidak berisiko (risk-free) menggunakan central bank money. Kedua, memitigasi risiko nonsovereign digital currency. Ketiga, memperluas efisiensi dan ketahapan sistem pembayaran, termasuk cross border. Keempat, memperluas dan mempercepat inklusi keuangan. Kelima, menyediakan instrumen kebijakan moneter baru. Keenam, memfasilitasi distribusi subsidi fiskal. Lebih lanjut, Andry memaparkan sejumlah tantangan yang dihadapi sebelum mata uang digital ini diluncurkan. Pertama, harus adanya aturan perlindungan data dan privasi konsumen yang kuat. Kedua, bank sentral harus menjalankan komunikasi intensif dan terus-meneur dengan para pelaku industri sektor finansial dan stakeholder lainnya. “Bank Indonesia juga harus memberikan timeline yang jelas. Cara bank sentral mengkomunikasikan rencana itu akan membangun kepercayaan terhadap bank sentral sendiri,” pungkas dia.

Sumber: Investor Daily (13 Juli 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)