Inflasi Capai 9%, Rakyat Inggris Terbelit Kenaikan Biaya Hidup

Kamis, 19 May 2022

LONDON – Laju inflasi Inggris pada bulan lalu dilaporkan melonjak ke level tahunan tertinggi dalam 40 tahun atau sejak 1982. Kondisi ini akan memaksa Menteri Keuangan (Menkeu) Rishi Sunak untuk memberikan tambahan bantuan kepada kelompok-kelompok rumah tangga rentan dan semakin terbelit oleh kenaikan biaya hidup.

Sementara itu, Bank of England (BoE) terus menaikkan suku bunga kendati dibayangi risiko resesi. Kantor Statistik Nasional atau Office for National Statistics (ONS) menyampaikan pada Rabu (18/5) bahwa inflasi harga konsumen mencapai 9% pada April 2022. Catatan ini melampaui puncak resesi di awal 1990-an, yang diingat kebanyakan rakyat Inggris karena suku bunga tinggi dan terjadi gagal bayar (default) hipotek yang meluas. Menurut laporan, inflasi Inggris tergolong tertinggi di antara negara-negara dengan kekuatan ekonomi besar di Eropa dan hampir pasti di kalangan negara anggota G-7. Apalagi Kanada dan Jepang belum melaporkan data April. Kemungkinan tidak ada yang menandingi pertumbuhan harga Inggris, yang tampaknya juga bakal bertahan lebih lama. Bulan lalu saja, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan Inggris menghadapi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan inflasi yang lebih persisten pada 2023 daripada negara-negara besar lainnya.

Disampaikan dalam laporan, tagihan energi yang melonjak merupakan pendorong inflasi terbesar, sekaligus mencerminkan kenaikan tarif energi yang ditetapkan pada April. Ada pun dampak invasi Rusia ke Ukraina, berarti tagihan tersebut kemungkinan bakal melonjak lagi pada Oktober. “Kami tidak dapat melindungi rakyat sepenuhnya dari tantangan global ini, tetapi memberikan dukungan yang signifikan di mana kami bisa dan siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut,” ujar Sunak, yang dilansir Reuters. Hasil jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom, menunjukkan indeks 9,1%, naik dari 7,0% pada Maret, sedangkan nilai mata uang poundsterling jatuh. Para peramal anggaran Inggris mengungkapkan, kelompok rumah tangga sebagai pihak yang menghadapi tekanan biaya hidup terbesar sejak pencatatan dimulai pada 1950-an. Tingkat kepercayaan konsumen pun telah merosot ke posisi terendah sepanjang masa. Di sisi lain, para pegiat kampanye anti-kemiskinan mendesak Sunak untuk bertindak sekarang, dimulai dengan peningkatan segera dalam tunjangan kesejahteraan. “Tidak adanya tindakan (dari Sunak) akan membuat situasi yang sudah putus asa bagi banyak orang menjadi lebih buruk,” tutur Rebecca McDonald, ekonom senior dari Joseph Rowntree Foundation yang mengkampanyekan rumah tangga berpenghasilan rendah. Berdasarkan survei yang dirilis Selasa (17/5) menunjukkan, dua dari tiga orang telah mematikan alat pemanas yang biasa digunakan. Selain itu, hampir setengahnya mengurangi mengemudi atau mengganti belanja pasar swalayan, dan lebih dari seperempat mengatakan terpaksa melewatkan waktu makan.

“Harga makanan naik hampir 7% dalam 12 bulan hingga April,” kata ONS. Di hadapan anggota parlemen pada Senin (16/55), Gubernur BoE Andrew Bailey menyampaikan soal kenaikan harga pangan yang menjadi kekhawatiran utama. Ia juga meminta maaf karena keadaan menjadi agak menglami kehancuran total atau apocalyptic. Sejauh ini pemerintah telah menunjukkan paket bantuan 22 miliar pound (US$ 27,4 miliar) untuk rumah tangga, namun banyak dari paket bantuan yang dibatalkan oleh kenaikan pajak baru-baru ini untuk para pekerja. Surat kabar Times melaporkan bahwa Sunak sedang menyusun rencana untuk memangkas pajak dan meningkatkan manfaat pemanas rumah hingga ratusan pound. Ada pula kenaikan harga yang dibebankan terhadap restoran-restoran dan kafe-kafe, karena tarif pajak pertambahan nilai (PPN) telah kembali ke tingkat sebelum pandemi pada April sehingga menambah lonjakan inflasi bulan lalu. Alhasil, inflasi Inggris naik ke level tertinggi sejak 1982.

Bulan ini BoE memprediksi laju inflasi mencapai 10% di akhir tahun ini. Sedangka para investor memperkirakan bank sentral melakukan empat kali kenaikan suku bunga yang telah diterapkan sejak Desember, membuat suku bunga bank menjadi 1%, tertinggi sejak 2009. Bank of America sempat melontarkan kritik pada BoE pekan ini karena bank sentral Inggris itu dinilai tidak memberikan tanggapan yang jelas sehingga berpotensi rentan terhadap serangan politik dan ekonomi dalam situasi yang lebih buruk. “Fungsi reaksi BoE menjadi kurang transparan dan kebijakan moneter lebih berisiko dipolitisasi. Akibatnya ekspektasi inflasi mungkin kurang berlabuh sehingga kami perkirakan tingkat suku bunga, pertumbuhan dan volatilitas inflasi yang lebih tinggi,” demikian menurut laporan. Seorang mantan menteri pertahanan Konservatif, Liam Fox, pekan lalu menuduh BoE gagal melihat lonjakan inflasi yang akan datang. Bahkan surat kabar Sunday Telegraph melaporkan jika para menteri saat ini, yang tidak disebutkan namanya, turut mengkritik. Sunak menyampaikan kepada parlemen pada Selasa bahwa, terlepas dari tantangan saat ini, catatan 25 tahun independensi bank sentral sudah berbicara. Inflasi harga ritel – yang menurut ONS tidak lagi akurat tetapi banyak digunakan dalam kontrak komersial dan untuk menetapkan pembayaran bunga obligasi pemerintah terkait inflasi – menunjukkan lonjakan 11,1%, juga tertinggi sejak 1982. Ada juga tanda-tanda tekanan inflasi lebih lanjut ke depan. Sedangkan kalangan produsen mengalami kenaikan terbesar bersama terkait harga bahan baku, yang naik 18,6%, menyamai catatan tertinggi pada Maret. Pabrik-pabrik juga telah menaikkan harga sebesar 14,0% selama 12 bulan hingga April, dan merupakan lompatan terbesar sejak Juli 2008.

Sumber: Investor Daily (19 Mei 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)