Bisnis, JAKARTA — Investor perlu mewaspadai koreksi di pasar saham akibat lesunya transaksi perdagangan menjelang libur Lebaran yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan catatan Bisnis, kinerja mingguan pasar saham pada pekan terakhir jelang libur Lebaran kerap diwarnai koreksi. Hal itu terjadi pada 2018 hingga 2020 dengan koreksi terdalam terjadi pada 2020 yakni nyaris 1%. Kendati demikian, pada 2021 pasar justru masih bisa menguat tipis sebesar 0,24% secara mingguan. (Lihat infografik) Analis RHB Sekuritas Michael Wilson Setjoadi mengungkapkan penurunan aktivitas bursa bisa menjadi peluang bagi investor untuk melakukan aksi beli mengingat pasar telah terkoreksi. “Ini bisa jadi buying opportunity setelah market sudah koreksi dengan indikasi bottom,” ungkap Michael saat dihubungi Bisnis, Senin (25/4). Menurut Michael, pemulihan ekonomi dalam rentang waktu medium hingga jangka panjang masih kuat. Sementara itu, penurunan aktivitas di bursa menjelang momen karena banyak pelaku pasar yang mempertebal uang tunai menjelang libur panjang untuk mengurangi paparan risiko yang ada. Terkait hal itu, RHB Sekuritas pun masih merekomendasikan saham saham di sektor barang konsumen nonprimer seperti emiten ritel PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF), dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS). Kemudian, saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), dan PT Astra International Tbk. (ASII).
Penurunan aktivitas di Bursa Efek Indonesia telah terlihat dari melemahnya indeks harga saham gabungan (IHSG) mulai dari perdagangan di akhir pekan lalu dan kemarin. Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menutup perdagangan dengan melemah 0,13% atau 9,63 poin ke level 7.215,98 pada Senin (25/4). Pasar modal pun sepanjang hari terpantau bergerak di zona merah yang bergerak di rentang 7.121,86—7.234,32. Tercatat 162 saham menguat, 388 saham melemah dan 150 saham tidak mengalami perubahan harga dari sebelumnya alias stagnan. IHSG pun mencatatkan jumlah transaksi sebesar Rp19,63 triliun. Di tengah pelemahan indeks, investor asing tampak melakukan aksi beli bersih atau net buysebesar Rp3,49 triliun. Seperti halnya investor asing yang memborong saham di tengah pelemahan indeks jelang Lebaran ini, analis juga mengungkapkan aksi beli bisa menjadi strategi bagi para investor lain. Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Desy Israhyanti menyebut pekan terakhir Ramadan menjelang Idulfitri kerap kali diwarnai penurunan aktivitas perdagangan bursa. Menurutnya, investor akan melakukan aksi jual pada pekan terakhir Ramadan. “Biasanya investor akan melakukan aksi jual, market-nya jadi sepi tetapi, bisa menjadi momentum untuk buy on weakness,” katanya saat dihubungi Bisnis.Menurutnya, saat ini investor perlu mengantisipasi sisi kenaikan suku bunga The Fed yang menyebabkan dana asing keluar dari pasar. Akibat hal ini, Desy menilai bisa terjadi tekanan di pasar saham yang bersifat jangka pendek. “Tetapi, balik lagi bisa jadi momentum beli di harga murah,” ujar Desy.
Sebagaimana diketahui, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell memperkuat sinyal kenaikan suku bunga acuan hingga 50 basis poin, untuk menekan inflasi yang jauh lebih tinggi selama empat dekade terakhir. Hal ini diutarakan Powell dalam rapat International Monetary Fund (IMF). Powell tidak menampik kenaikan suku bunga acuan The Fed hingga 50 basis poin (bps) menjadi pertimbangan anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Adapun Pilarmas Investindo Sekuritas merekomendasikan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) dan saham JSMR untuk menjadi pertimbangan saham yang bisa dilirik investor selama penurunan aktivitas perdagangan. Sementara itu, dalam laporan risetnya, Tim Infovesta Utama menyebut pasar saham masih memiliki basis sentimen positif sehingga bisa menguat. IHSG memliki bahan bakar penguatan yang berasal dari kinerja makroekonomi dan membaiknya penanganan pandemi serta stabilnya kinerja nilai tukar Garuda.
Sayangnya, modal tersebut tak bisa menepis potensi aksi ambil untung investor yang mempersempit ruang gerak IHSG. Pasalnya, IHSG terus memecahkan rekor tertingginya pada perdagangan sebelumnya. “Namun, posisi IHSG saat ini sudah mencapai titik tertinggi. ”Senada, Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan dalam risetnya menjelaskan aksi ambil untung atau profit taking bakal membayangi IHSG pada pekan ini. Pelemahan juga didorong kekhawatiran dari global ketika suku bunga The Fed akan naik pada bulan depan. Dennies memprediksi IHSG akan melemah pada perdagangan besok. Secara teknis, pergerakan IHSG membentuk lower high dan lower low dengan stochastic yang membentuk dead cross mengindikasikan potensi pelemahan. Investor akan mencermati data realisasi investasi asing yang akan dirilis. Selanjutnya, Dennies memperkirakan IHSG bergerak pada level support 7.077 dan 7.146 serta resistance 7.259 dan 7.303.
Sumber: Bisnis Indonesia (26 April 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |