Waspada Koreksi Jelang Liburan

Selasa, 26 Apr 2022

Bisnis, JAKARTA — Investor perlu mewaspadai koreksi di pasar saham akibat lesunya transaksi perdagangan menjelang libur Lebaran yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan  catatan  Bisnis, kinerja mingguan  pasar  saham  pada pekan terakhir jelang libur Lebaran kerap  diwarnai  koreksi.  Hal  itu  terjadi  pada  2018  hingga 2020 dengan koreksi terdalam terjadi pada 2020 yakni nyaris 1%. Kendati demikian, pada 2021 pasar  justru  masih  bisa  menguat  tipis  sebesar  0,24%  secara  mingguan.  (Lihat  infografik) Analis  RHB  Sekuritas  Michael  Wilson Setjoadi mengungkapkan penurunan  aktivitas  bursa  bisa  menjadi  peluang  bagi  investor  untuk melakukan aksi beli mengingat  pasar  telah  terkoreksi.  “Ini  bisa  jadi  buying  opportunity setelah market sudah koreksi dengan indikasi bottom,” ungkap Michael  saat  dihubungi  Bisnis, Senin  (25/4).  Menurut  Michael,  pemulihan  ekonomi  dalam  rentang  waktu  medium  hingga  jangka  panjang  masih  kuat.  Sementara itu, penurunan aktivitas  di  bursa  menjelang  momen  karena banyak pelaku pasar yang mempertebal uang tunai menjelang libur  panjang  untuk  mengurangi  paparan  risiko  yang  ada.  Terkait  hal  itu,  RHB  Sekuritas  pun masih merekomendasikan  saham  saham  di sektor barang konsumen  nonprimer  seperti  emiten ritel PT Matahari Department  Store  Tbk.  (LPPF),  dan  PT  Ramayana  Lestari  Sentosa  Tbk. (RALS). Kemudian, saham  PT  Jasa  Marga  (Persero)  Tbk.  (JSMR),  PT Indofood CBP Sukses Makmur  Tbk.  (ICBP),  dan  PT  Astra  International  Tbk.  (ASII).

Penurunan  aktivitas  di Bursa Efek Indonesia telah  terlihat  dari  melemahnya  indeks  harga  saham gabungan (IHSG) mulai  dari  perdagangan  di  akhir  pekan  lalu  dan  kemarin.  Berdasarkan  data Bloomberg,  IHSG  menutup  perdagangan  dengan melemah 0,13% atau  9,63  poin  ke  level  7.215,98  pada  Senin  (25/4).  Pasar  modal  pun  sepanjang  hari  terpantau  bergerak  di  zona  merah  yang  bergerak  di  rentang  7.121,86—7.234,32.  Tercatat  162  saham  menguat,  388  saham  melemah  dan  150  saham  tidak  mengalami perubahan harga dari sebelumnya  alias  stagnan.  IHSG  pun mencatatkan jumlah transaksi sebesar  Rp19,63  triliun.  Di  tengah  pelemahan  indeks,  investor  asing  tampak  melakukan aksi beli bersih atau net buysebesar  Rp3,49  triliun.  Seperti  halnya  investor  asing  yang memborong saham di tengah pelemahan indeks jelang Lebaran ini,  analis  juga  mengungkapkan  aksi  beli  bisa  menjadi  strategi  bagi  para  investor  lain.  Analis  Pilarmas  Investindo  Sekuritas, Desy Israhyanti menyebut pekan  terakhir  Ramadan  menjelang  Idulfitri  kerap  kali  diwarnai  penurunan aktivitas perdagangan bursa. Menurutnya, investor akan melakukan  aksi  jual  pada  pekan  terakhir  Ramadan. “Biasanya investor akan melakukan aksi jual, market-nya jadi sepi tetapi,  bisa  menjadi  momentum  untuk buy on weakness,” katanya saat  dihubungi  Bisnis.Menurutnya, saat ini investor  perlu  mengantisipasi  sisi  kenaikan  suku  bunga  The Fed yang menyebabkan dana asing  keluar  dari  pasar.  Akibat  hal  ini,  Desy  menilai  bisa  terjadi  tekanan  di  pasar  saham  yang  bersifat  jangka  pendek.  “Tetapi, balik lagi bisa jadi momentum  beli  di  harga  murah,”  ujar  Desy.

Sebagaimana diketahui, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell memperkuat sinyal kenaikan suku bunga acuan hingga 50 basis poin, untuk menekan inflasi yang jauh lebih tinggi selama empat dekade terakhir. Hal ini diutarakan Powell dalam rapat International Monetary Fund  (IMF). Powell tidak menampik kenaikan suku bunga acuan The Fed hingga 50  basis  poin  (bps)  menjadi  pertimbangan anggota Komite Pasar Terbuka  Federal  (FOMC). Adapun Pilarmas Investindo Sekuritas merekomendasikan saham PT  Telkom  Indonesia  (Persero)  Tbk. (TLKM), PT Bank Tabungan Negara  Tbk.  (BBTN)  dan  saham  JSMR untuk menjadi pertimbangan saham yang bisa dilirik investor selama penurunan aktivitas  perdagangan. Sementara  itu,  dalam  laporan  risetnya, Tim Infovesta Utama menyebut pasar saham masih memiliki basis sentimen positif sehingga bisa menguat.  IHSG  memliki  bahan  bakar  penguatan  yang  berasal  dari  kinerja  makroekonomi  dan  membaiknya penanganan pandemi serta stabilnya kinerja nilai tukar Garuda.

Sayangnya,  modal  tersebut  tak  bisa  menepis  potensi  aksi  ambil  untung investor yang mempersempit  ruang  gerak  IHSG.  Pasalnya,  IHSG  terus  memecahkan  rekor  tertingginya  pada  perdagangan  sebelumnya. “Namun,  posisi  IHSG  saat  ini  sudah  mencapai  titik  tertinggi. ”Senada, Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan dalam risetnya  menjelaskan  aksi  ambil  untung  atau  profit  taking bakal membayangi  IHSG  pada  pekan  ini.  Pelemahan  juga  didorong  kekhawatiran  dari  global  ketika  suku  bunga  The  Fed  akan  naik  pada  bulan  depan. Dennies memprediksi IHSG akan melemah  pada  perdagangan  besok.  Secara  teknis,  pergerakan  IHSG membentuk lower high dan lower low dengan stochastic yang membentuk dead cross mengindikasikan  potensi  pelemahan.  Investor akan mencermati data realisasi investasi asing yang akan dirilis. Selanjutnya, Dennies memperkirakan  IHSG  bergerak  pada  level support  7.077  dan  7.146  serta resistance  7.259  dan  7.303.

 

Sumber: Bisnis Indonesia (26 April 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)