Emiten Farmasi Jaga Margin Laba

Senin, 25 Apr 2022

Bisnis, JAKARTA — Emiten-emiten farmasi meracik strategi untuk menyiasati kenaikan harga bahan baku dan risiko gangguan pasokan agar proses produksi tidak terganggu dan margin keuntungan tetap terjaga pada 2022.

Emiten  farmasi  terbesar,  PT  Kalbe  Farma  Tbk.  (KLBF)  bergerak  cepat  dengan mengamankan stok  bahan  baku  di  tengah  risiko  gangguan  rantai  pasok  global.  Teranyar,  China  yang  merupakan importir bahan baku obat ke Indonesia menerapkan lockdownakibat  lonjakan  kasus  Covid-19.  Pada  April  2022,  kebijakan  penguncian  wilayah  diterapkan  di  Shanghai. Selain itu, rantai pasok global  juga  terusik  oleh  perang  Rusia dengan Ukraina sejak Februari  2022.  Chief  Financial  Officer  Kalbe Farma Bernadus Karmin Winata menjelaskan  perusahaan  telah  menerapkan strategi peningkatan cadangan stok bahan baku yang cukup  untuk  5  bulan  sehingga  tidak  terlalu  mengkhawatirkan  kenaikan  harga  bahan  baku. “Kalbe  Farma  saat  ini  menerapkan kebijakan di supply chain management  untuk  meningkatkan buffer  stock  sampai  dengan  kebutuhan 5 bulan,” ungkapnya kepada Bisnis,  Minggu  (24/4). Bernadus  menyebut  kinerja  KLBF pada kuartal I/2022 sedikit lebih  baik  dari  ekspektasi.  Sejalan  dengan  itu,  target  kenaikan  penjualan di kisaran 11% sampai 15%  sepanjang  2022  diyakini  dapat  dicapai  perseroan. “Kami menargetkan tumbuh dua digit.  Pada  umumnya  penjualan  selalu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya. Tak  hanya  pendapatan  dan  laba  yang  tumbuh  dobel  digit,  margin  laba  bersih  KLBF  juga  tercatat  lebih  dari  10%  dalam  2  tahun  terakhir.  Dengan raihan penjualan bersih Rp26,26  triliun  dan  laba  tahun  berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar  Rp3,18  triliun,  net  profit margin  (NPM)  KLBF  pada  2021  mencapai  12,12%.  Margin  laba  bersih  itu  di  atas  realisasi  NPM  pada  2020  yang  tercatat  sebesar  11,83%.

Secara terpisah, Corporate Secretary PT Phapros Tbk. Zahmilia Akbar  mengungkapkan  terdapat  dua masalah untuk mendapatkan bahan baku farmasi, yakni harga bahan  baku  dan  isu  kesulitan  importasi. “Dari Phapros, kami telah berupaya mitigasi atas risiko tersebut dengan  di  antaranya  mengelola  dan  memperhitungkan  bahan  baku  yang  diperhitungkan  dalam 4—6  bulan ke depan untuk bisa melakukan pembelian bahan baku sebelumnya,” paparnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (24/4). Emiten  berkode  saham  PEHA  itu  melakukan  long  term  agreement pemenuhan beberapa bahan baku  obat  esensial,  agar  dapat  menjadi prioritas pemenuhan dan menjaga fluktuasi harga dari bahan  tersebut  karena  perubahan  lingkungan  eksternal. Phapros juga berkomitmen dan mendukung  pengembangan  industri  bahan  baku  obat  dalam  negeri  dan  merancang  diversifikasi  portofolio  produk  untuk  mengantisipasi penurunan angka kasus  Covid-19  secara  nasional.  “Perubahan portofolio produk mulai  kami  lakukan  pada  kuartal  II/2022  ini,”  imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT  Industri  Jamu  dan  Farmasi  Sido Muncul Tbk. David Hidayat mengungkapkan kenaikan bahan baku  berdampak  pada  semua  industri, baik bahan baku impor maupun  lokal. “Hal  itu  tidak  bisa  terelakkan.  Kenaikan harga jual menjadi salah satu solusi, tetapi dalam menetapkan  kenaikan  harga  kami  tidak  gegabah, tetap dengan perhitungan  yang  matang,”  jelasnya  saat  dihubungi Bisnis, Minggu (24/4). Menurutnya,  emiten  berkode  SIDO itu masih memiliki banyak peluang  untuk  mencapai  target  pertumbuhan  pendapatan  15%  pada  2022.  Strateginya  antara  lain  dilakukan  dengan  pemerataan  distribusi,  perluasan  pasar  ekspor dan penambahan produk, pengoptimalan kinerja anak perusahaan, memproduksi ekstraksi dan minyak atsiri, serta pengem-bangan  produk  baru. “Untuk menjaga pertumbuhan laba  bersih,  kami  sudah  melakukan peningkatan efisiensi dan memangkas biaya yang tidak produktif  yang  dapat  mengurangi  biaya  proses,”  katanya. Lebih  lanjut,  kinerja  kuartal  I/2022  diakuinya  sangat  menggembirakan, penjualan perseroan masih  tumbuh  dua  digit  atau  10,97%  dibandingkan  dengan  tahun  sebelumnya  menjadi  Rp880,9  miliar.  Mayoritas  penjualan  disumbang  oleh  segmen  jamu herbal dan suplemen yang naik  4,56%  year-on-year  (YoY)  menjadi  Rp529,01  miliar.

Kontributor  pendapatan  selanjutnya  berasal  dari  segmen  makanan  dan  minuman  sebesar  Rp308,71 miliar dan segmen farmasi  Rp42,75  miliar. “Memang  pertumbuhan  penjualan pada kuartal I/2022 pada umumnya tidak terlalu tinggi cenderung  landai.  Melalui  variasi  produk yang dijual SIDO berhasil mempertahankan  pertumbuhan  pendapatan dua digit,” tambahnya. Sementara itu, laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SIDO naik 9,66% YoY menjadi Rp295,03 miliar.  NPM  Sido  Muncul  pada  kuartal  I/2022  sebesar  33,49%.  Margin laba bersih itu melampaui capaian sepanjang 2020 dan 2021 masing-masing 28% dan 31,36%. Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan  mengungkapkan  industri farmasi di Indonesia memiliki ketergantungan tinggi hingga 90% terhadap bahan baku impor. “Kondisi ini merupakan kondisi yang tidak sehat secara industri, bagaimana risiko gangguan rantai pasokan  akan  berpengaruh  signifikan  terhadap  sektor  farmasi  di  Tanah  Air,”  terangnya  saat  dihubungi Bisnis, Minggu (24/4). Menurutnya, mitigasi risiko ter-sebut  dapat  dilakukan  dengan  diversifi  kasi sumber pemasok agar tidak hanya bergantung pada 1-2 negara. Namun, kondisi pandemi, krisis  geopolitik,  dan  kenaikan  harga  komoditas  akan  mempengaruhi kinerja produksi produsen obat-obatan  di  Indonesia. “Penurunan  produk-produk  related  Covid  akan  tersubstitusi  oleh  produk  kesehatan  lainnya  yang  meningkat  seiring  dengan  kesadaran pentingnya kesehatan masyarakat dan keseriusan Pemerintah  mendorong  kemandirian  di sektor kesehatan,” tambahnya. Di sektor farmasi, KLBF dinilai menarik sejalan dengan posisinya sebagai  perusahaan  farmasi  terbesar. Selain itu, beberapa saham yang  memiliki  valuasi  multipleyang atraktif di sektor kesehatan antara  lain  SRAJ,  PRIM,  HEAL,  dan  IRRA.

Sumber: Bisnis Indonesia (25 April 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)