Bisnis, JAKARTA — Emiten-emiten farmasi meracik strategi untuk menyiasati kenaikan harga bahan baku dan risiko gangguan pasokan agar proses produksi tidak terganggu dan margin keuntungan tetap terjaga pada 2022.
Emiten farmasi terbesar, PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) bergerak cepat dengan mengamankan stok bahan baku di tengah risiko gangguan rantai pasok global. Teranyar, China yang merupakan importir bahan baku obat ke Indonesia menerapkan lockdownakibat lonjakan kasus Covid-19. Pada April 2022, kebijakan penguncian wilayah diterapkan di Shanghai. Selain itu, rantai pasok global juga terusik oleh perang Rusia dengan Ukraina sejak Februari 2022. Chief Financial Officer Kalbe Farma Bernadus Karmin Winata menjelaskan perusahaan telah menerapkan strategi peningkatan cadangan stok bahan baku yang cukup untuk 5 bulan sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan kenaikan harga bahan baku. “Kalbe Farma saat ini menerapkan kebijakan di supply chain management untuk meningkatkan buffer stock sampai dengan kebutuhan 5 bulan,” ungkapnya kepada Bisnis, Minggu (24/4). Bernadus menyebut kinerja KLBF pada kuartal I/2022 sedikit lebih baik dari ekspektasi. Sejalan dengan itu, target kenaikan penjualan di kisaran 11% sampai 15% sepanjang 2022 diyakini dapat dicapai perseroan. “Kami menargetkan tumbuh dua digit. Pada umumnya penjualan selalu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya. Tak hanya pendapatan dan laba yang tumbuh dobel digit, margin laba bersih KLBF juga tercatat lebih dari 10% dalam 2 tahun terakhir. Dengan raihan penjualan bersih Rp26,26 triliun dan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp3,18 triliun, net profit margin (NPM) KLBF pada 2021 mencapai 12,12%. Margin laba bersih itu di atas realisasi NPM pada 2020 yang tercatat sebesar 11,83%.
Secara terpisah, Corporate Secretary PT Phapros Tbk. Zahmilia Akbar mengungkapkan terdapat dua masalah untuk mendapatkan bahan baku farmasi, yakni harga bahan baku dan isu kesulitan importasi. “Dari Phapros, kami telah berupaya mitigasi atas risiko tersebut dengan di antaranya mengelola dan memperhitungkan bahan baku yang diperhitungkan dalam 4—6 bulan ke depan untuk bisa melakukan pembelian bahan baku sebelumnya,” paparnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (24/4). Emiten berkode saham PEHA itu melakukan long term agreement pemenuhan beberapa bahan baku obat esensial, agar dapat menjadi prioritas pemenuhan dan menjaga fluktuasi harga dari bahan tersebut karena perubahan lingkungan eksternal. Phapros juga berkomitmen dan mendukung pengembangan industri bahan baku obat dalam negeri dan merancang diversifikasi portofolio produk untuk mengantisipasi penurunan angka kasus Covid-19 secara nasional. “Perubahan portofolio produk mulai kami lakukan pada kuartal II/2022 ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. David Hidayat mengungkapkan kenaikan bahan baku berdampak pada semua industri, baik bahan baku impor maupun lokal. “Hal itu tidak bisa terelakkan. Kenaikan harga jual menjadi salah satu solusi, tetapi dalam menetapkan kenaikan harga kami tidak gegabah, tetap dengan perhitungan yang matang,” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (24/4). Menurutnya, emiten berkode SIDO itu masih memiliki banyak peluang untuk mencapai target pertumbuhan pendapatan 15% pada 2022. Strateginya antara lain dilakukan dengan pemerataan distribusi, perluasan pasar ekspor dan penambahan produk, pengoptimalan kinerja anak perusahaan, memproduksi ekstraksi dan minyak atsiri, serta pengem-bangan produk baru. “Untuk menjaga pertumbuhan laba bersih, kami sudah melakukan peningkatan efisiensi dan memangkas biaya yang tidak produktif yang dapat mengurangi biaya proses,” katanya. Lebih lanjut, kinerja kuartal I/2022 diakuinya sangat menggembirakan, penjualan perseroan masih tumbuh dua digit atau 10,97% dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi Rp880,9 miliar. Mayoritas penjualan disumbang oleh segmen jamu herbal dan suplemen yang naik 4,56% year-on-year (YoY) menjadi Rp529,01 miliar.
Kontributor pendapatan selanjutnya berasal dari segmen makanan dan minuman sebesar Rp308,71 miliar dan segmen farmasi Rp42,75 miliar. “Memang pertumbuhan penjualan pada kuartal I/2022 pada umumnya tidak terlalu tinggi cenderung landai. Melalui variasi produk yang dijual SIDO berhasil mempertahankan pertumbuhan pendapatan dua digit,” tambahnya. Sementara itu, laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SIDO naik 9,66% YoY menjadi Rp295,03 miliar. NPM Sido Muncul pada kuartal I/2022 sebesar 33,49%. Margin laba bersih itu melampaui capaian sepanjang 2020 dan 2021 masing-masing 28% dan 31,36%. Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengungkapkan industri farmasi di Indonesia memiliki ketergantungan tinggi hingga 90% terhadap bahan baku impor. “Kondisi ini merupakan kondisi yang tidak sehat secara industri, bagaimana risiko gangguan rantai pasokan akan berpengaruh signifikan terhadap sektor farmasi di Tanah Air,” terangnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (24/4). Menurutnya, mitigasi risiko ter-sebut dapat dilakukan dengan diversifi kasi sumber pemasok agar tidak hanya bergantung pada 1-2 negara. Namun, kondisi pandemi, krisis geopolitik, dan kenaikan harga komoditas akan mempengaruhi kinerja produksi produsen obat-obatan di Indonesia. “Penurunan produk-produk related Covid akan tersubstitusi oleh produk kesehatan lainnya yang meningkat seiring dengan kesadaran pentingnya kesehatan masyarakat dan keseriusan Pemerintah mendorong kemandirian di sektor kesehatan,” tambahnya. Di sektor farmasi, KLBF dinilai menarik sejalan dengan posisinya sebagai perusahaan farmasi terbesar. Selain itu, beberapa saham yang memiliki valuasi multipleyang atraktif di sektor kesehatan antara lain SRAJ, PRIM, HEAL, dan IRRA.
Sumber: Bisnis Indonesia (25 April 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |