Harga Jagung Terus Melambung

Rabu, 20 Apr 2022

Bisnis, JAKARTA — Harga jagung terus memperbarui level tertingginya dalam satu dekade, yang diperkirakan bisa makin menekan margin emiten perunggasan yang sudah terimpit oleh lonjakan harga bahan baku pakan ternak.

 

Harga  jagung  berjangka  melanjutkan  reli  untuk  hari  kelima  dan  menembus  US$8  per  gantang.  Dilansir Bloomberg,  harga  jagung  pengiriman  Juli,  kontrak  teraktif,  di  bursa  Chicago  pada  Selasa  (19/4)  naik  0,8%  ke  US$8,1  per  gantang.  Sehari  sebelumnya,  harga  komoditas  biji-bijan  itu  sudah  mencapai US$7,9 per ton, tertinggi sejak  2012. Bloomberg  mewartakan  kenaikan  harga  terjadi  seiring  dengan  perang antara Rusia–Ukraina yang makin memanas. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyebutkan pasukan Rusia telah memulai upaya untuk menguasai wilayah Donbas di  timur  Ukraina. Pasukan Rusia telah mengepung kota  pelabuhan  Mariupol  yang  menyebabkan  hambatan  pengiriman  jagung  dari  Laut  Hitam.  Pengiriman  jagung  dari  wilayah  ini mencakup seperlima dari total ekspor  jagung  global. Pasokan dari Ukraina yang menipis membuat pembeli melirik pasar Amerika Serikat untuk mendapatkan jagung. Departemen Pertanian AS melaporkan sejumlah penjualan jagung  ke  China  yang  melebihi  1  juta  ton  bulan  ini. Sementara itu, Pemerintah China menyebutkan  pasokan  biji-bijian  negara tersebut masih mencukupi. China  juga  berencana  untuk  melepas  cadangan  tersebut  untuk  menopang  ketersediaan. Di sisi lain, pasokan jagung dari Amerika Utara kurang mencukupi seiring dengan proses penanaman yang  lambat.  Sejauh  ini,  jumlah  jagung  yang  tertanam  di  AS  baru  mencapai 4% dari total lahan yang ada, dibandingkan dengan 7% pada periode  yang  sama  tahun  lalu.

Sementara itu, produksi jagung di Brasil,  eksportir  terbesar  kedua  di  dunia setelah AS, juga tampaknya akan menghadapi masalah karena gangguan  cuaca. Dilansir S&P  Global,  musim  tanam  jagung  kedua  di  Brasil  kemungkinan  akan  menghadapi  tekanan panas, terutama di wilayah Barat Tengah, karena curah hujan diprakirakan  rendah. “Cuaca  kering  diperkirakan  di  sebagian  besar  sabuk  jagung  safrinha selama minggu depan, yang akan  memungkinkan  kekeringan  meningkat  lagi  dan  makin  luas,  meningkatkan  tekanan  pada  pertumbuhan tanaman jagung safrinha,” kata Maxar, penyedia teknologi luar angkasa dalam laporan cuaca hariannya  pada  18  April. Curah  hujan  yang  kurang  memadai  menyebabkan  beberapa  kekhawatiran  di  antara  produsen  di  Minas  Gerais  dan  Goias  barat  daya, kata Badan Pertanian Nasional Conab dalam sebuah laporan. Tanaman  jagung  pertama  di  Negeri  Samba  ditanam  pada  September—Desember  dan  dipanen  pada  Februari—Mei,  sedangkan  musim  tanam  kedua  berlangsung  Februari—Maret dan dipanen pada Juni—Juli. Menurut  Conab,  Brasil  diperkirakan  akan  memanen  115,6  juta  ton jagung pada tahun pemasaran 2021—2022, tersebar pada Februari 2022  hingga  Januari  2023. Tanaman  jagung  Brasil  2021—2022  akan  dipasarkan  mulai  Februari  2022  hingga  Januari  2023.  Importir  jagung  berharap  panen  melimpah di negara itu pada musim ini  di  tengah  peningkatan  risiko  pasokan  di  wilayah  Laut  Hitam,  harga tinggi, dan tingkat stok rendah  di  negara-negara  pengekspor  utama. Indonesia  kerap  mengimpor  jagung  untuk  kebutuhan  bahan  baku  pabrik  pakan  ternak.  Pada  2021, menurut data BPS, Indonesia mengimpor  995.990  ton  jagung,  naik sekitar 15% dari tahun sebelumnya. Impor itu senilai US$297,3 juta,  melonjak  72,2%  dari  tahun  sebelumnya. Argentina menjadi sumber paling besar, yakni 610.000 ton (US$186,3 juta),  disusul  Brasil  175.800  ton  (US$47,6  juta),  AS  147.570  ton  (US$41 juta), dan Thailand 32.540 ton  (US$12  juta).

Kenaikan  harga  jagung  diperkirakan  dapat  menekan  margin  sejumlah  emiten  perunggasan  di  Tanah  Air,  terutama  yang  mempunyai  lini  bisnis  pakan  ternak.  Direktur  PT  Japfa  Comfeed  Indonesia  Tbk.  (JPFA)  Antonius  Harwanto mengatakan perusahaan melihat sektor perunggasan menghadapi  tantangan  dari  fenomena  harga  bahan  baku.  Konflik  geopolitik  antara  Rusia  dan  Ukraina  yang  berkembang,  ditambah dengan ketidakseimbangan pasokan dan permintaan, telah membuat harga komoditas terkerek, termasuk bahan baku pakan ternak, seperti bungkil kedelai dan jagung. Perusahaan secara bertahap telah menyesuaikan  harga  jual  produk  meskipun  tidak  drastis. Bisnis  pakan  menjadi  sumber  pendapatan  utama  Japfa.  Per  usahaan membukukan penjualan bersih  Rp44,9  triliun  dengan  segmen  usaha  pakan  ternak  menyumbang  Rp28,4 triliun. Dari laba bersih JPFA senilai  Rp2,02  triliun  sepanjang  2021,  segmen  pakan  ternak  juga  menyumbang  laba  operasi  paling  besar,  yakni  Rp1,9  triliun. Sementara  itu,  PT  Malindo  Feedmill  Tbk.  (MAIN)  membukukan  laba  bersih  Rp60,37  miliar  setelah  rugi  Rp38,8  miliar  tahun  sebelumnya.

Kinerja positif MAIN sejalan dengan  penjualan  bersih  yang  tumbuh 30,4% menjadi Rp9,1 triliun. Penjualan Malindo didominasi oleh produk pakan dengan nilai Rp5,8 triliun. Di  sisi  lain,  laba  bersih  PT  Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN)  terkoreksi  5,8%  menjadi  Rp3,6  triliun.  Penurunan  tidak  lepas  dari  pembengkakan  beban  pokok penjualan sebanyak 27,1% menjadi  Rp43,6  triliun.  Sebagian  besar  beban  pokok  penjualan  Charoen  Pokphand  berasal  dari  bahan  baku  yang  senilai  Rp34,4  triliun,  naik  34,5%. “Kelompok  usaha  terkena  dampak risiko harga komoditas akibat beberapa faktor, antara lain cuaca, kebijakan pemerintah, tingkat permintaan dan penawaran pasar, dan lingkungan ekonomi global,” tulis manajemen  CPIN  dalam  laporan  keuangan. Analis  Mirae  Asset  Sekuritas  Emma  A.  Fauni  dalam  risetnya  pada pertengahan Maret 2022 menyebutkan  harga  komoditas  berpotensi  tetap  tinggi  jika  melihat  perkembangan  konflik geopolitik. Harga  bahan  baku  utama  pakan  unggas, seperti jagung dan bungkil kedelai,  yang  menyumbang  sampai  50%  pada  komposisi  pakan,  diperkirakan akan menjadi penekan bagi  bisnis  sektor  ini. “Kami  mengantisipasi  bahwa  tekanan  pada  segmen  pakan  kemungkinan  akan  berlanjut  tahun  ini,”  katanya.

Sumber: Bisnis Indonesia (20 April 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)