Kinerja Indofood Sukses Makmur Semakin Gurih

Rabu, 20 Apr 2022

JAKARTA - PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) diproyeksikan melanjutkan kinerja positif pada tahun ini dengan estimasi kenaikan laba bersih hingga double digit. Harga saham emiten Grup Salim tersebut ditargetkan mencapai Rp 7.600 per saham.

 

Dalam riset bersama, Analis CGS CIMB Sekuritas Patricia Gabriela dan Marcella Regina mengatakan, selama 2021 perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 7,6 triliun atau naik 18% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Capaian tersebut mampu diraih di tengah penurunan laba bersih selama kuartal IV-2021. “Perolehan tersebut melampaui ekspektasi, yakni 107% dari konsensus Bloomberg dan 98% dari target CGS CIMB,” ujar Patricia dan Marcella dalam publikasinya, belum lama ini. Kinerja positif diraih berkat meningkatnya penjualan selama kuartal IV-2021 sebanyak 16% secara tahunan, yang didorong oleh sektor agribisnis yang juga meningkat 34%, dan produk Bogasari sebagai produsen mie dan tepung terbesar di dunia, yang mampu bertumbuh 16%. Kinerja dari INDF ini bahkan melebihi anak usahanya yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Analis menyampaikan, kinerja positif akan terus terpacu oleh kenaikan harga jual rata-rata produk Bogasari seiring potensi meningkatnya harga gandum Bogasari akibat perang Rusia dan Ukraina. Perseroan mengungkapkan, telah terjadi kenaikan harga gandum yang berasal dari Australia, Amerika Selatan, dan India. Sentimen lainnya berasal dari kenaikan harga produk di pasaran yang cukup signifikan. Untuk itu, perseroan diprediksi meningkatkan harga jual rata-rata secara bertahap agar dapat mempertahankan margin Earning Before Interest (EBIT) 2022 dari Bogasari Flour Mills sebesar 5-7%.

“Sesuai dengan panduan dari CGS CIMB, kami memproyeksikan volume penjualan 2022 dari Bogasari tumbuh 3%, akan mengangkat pertumbuhan penjualan segmen INDF menjadi 19%, melebihi pertumbuhan penjualan ICBP sebesar 12% secara tahunan,” ungkap Patricia dan Marcella. Selain itu, keputusan dari pemerintah pada pertengahan Maret 2022 untuk menaikan pajak dan retribusi ekspor CPO dari sebelumnya maksimal US$ 375/ton menjadi US$ 575-US$ 675/ton, menurut CIMB CGS, hal ini akan berdampak negatif dengan mengurangi keuntungan para produsen minyak dari tingginya harga CPO saat ini. Terlepas dari itu, analis memperkirakan adanya dampak terbatas pada agribisnis INDF mengingat asumsi harga CPO US$ 1.146/ton jauh di bawah harga saat ini US$ 1.787/ton. Pemerintah juga telah menghapus batasan harga minyak goreng bermerek, yang akan menghilangkan risiko margin yang lebih rendah. “Kami proyeksikan penjualan segmen agribisnis INDF selama 2022 akan berjalan flat,” kata dia. Dengan demikian, Gabriela dan Regina sepakat untuk menambahkan koleksi saham INDF dengan target harga Rp 7.600 per saham, dengan potensi up/down side 27,7%. Harga itu menyiratkan 7x Price To Earning (P/E). Selain itu, CGS CIMB juga memproyeksikan laba bersih INDF mampu bertumbuh 26% pada tahun ini, lebih tinggi dari anak perusahaan yakni ICBP pada proyeksi 19%.

Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan, pada bulan Ramadan dan Lebaran, saham-saham di sektor barang konsumsi yang bergerak cepat (Fast Moving Consumer Goods/ FMCG) diyakini bertumbuh pesat. Namun demikian, terdapat beberapa sentimen global yang perlu diperhatikan oleh investor. Beberapa top pick untuk saham di sektor konsumsi adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) memiliki potensi pertumbuhan pada tahun ini. “Saat ini saham-saham di atas sudah mengalami penurunan yang cukup dalam, sehingga masih ada potensi untuk tumbuh 10%-15%,” ujar Abdul Aziz kepada Investor Daily. Meskipun ada potensi pertumbuhan, saham-saham tersebut masih dapat terpengaruh dari sentimen Rusia dan Ukraina apabila kedua negara ini kembali memanas. Sentimen ini dinilai dapat menaikan harga komoditas dan mempengaruhi dari beban raw dan material. “Hingga akhir 2021, kami melihat saham-saham tersebut masih cukup layak dikoleksi karena secara valuasi saham-saham FMCG masih murah, tetapi perlu diperhatikan juga perkembangan risiko yang ada,” ujar dia. Kiwoom Sekuritas menargetkan saham INDF (target price/ TP) di Rp 7.300 dengan ekspektasi PER pada tahun 2022 di 7.27 kali dan PBV 0.56 kali. Target harga ini untuk jangka waktu 12 bulan. Lebih lanjut, kinerja saham di sektor FMCG juga diperkirakan bergerak stagnan, seiring dengan sentimen kenaikan harga komoditas. Sejumlah saham diproyeksikan mengalami pertumbuhan dan sebagian mengalami kinerja negatif.

Junior Research Associate HP Sekuritas Ezaridho Ibnutama dan Technical Analyst HP Sekuritas Mayang Anggita menyampaikan, kenaikan harga komoditas memberikan dampak terhadap kinerja sektor FMCG meskipun pandemi Covid-19 berakhir. Di samping itu, pandemi Covid-19 membuat sejumlah masyarakat membangun bisnis baik dalam bentuk online maupun offline. Sentimen ini menyebabkan adanya persaingan baru di sektor FMCG. “Kami melihat, kenaikan harga komoditas ini akan memberatkan konsumen. Selain itu, adanya bisnis baru pasca pandemi membuat minat konsumsi masyarakat sulit diprediksi,” jelas Ezaridho dan Mayang saat dihubungi terpisah. Lebih lanjut, secara emiten, kinerja PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) selama 10 tahun terakhir dinilai positif, yang terlihat dari perolehan pendapatan perseroan di posisi 4% selama Ramadan dan Lebaran. “Kami melihat INDF memiliki peluang tinggi untuk menunjukkan penjualan yang kuat di musim Ramadan meskipun sempat merugi pada tahun lalu akibat pandemi,” ujar Eza. Indofood saat ini terus berkembang merajai pasar makanan di Indonesia yang bergerak dari hulu ke hilir, mulai dari agribisnis, industri tepung terigu, makan, hingga distribusi. Produk perseroan di antaranya adalah mie instan dengan merek yang paling terkenal di seluruh dunia yakni Indomie dan beberapa lainnya seperti Supermi dan Sarimi, kemudian susu Indomilk, tepung terigu Bogasari seperti Segitiga Biru, Kunci Biru dan Cakra Kembar, serta komoditas yang akhir-akhir ini sedang tinggi harganya yaitu minyak goreng bermerek Bimoli hingga mentega Simas Palmia.

Sumber: Investor Daily (20 April 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)