Emiten Grup Bakrie, Bumi Resources Minerals (BRMS) telah merilis laporan kinerjanya. Bagaimana prospek saham perseroan?
Emiten eksplorasi dan pertambangan mineral Grup Bakrie, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) akhirnya merilis rapor awal kinerja keuangan tahun buku 2021. Perusahaan yang belakangan kerap dihubungkan dengan Grup Salim seiring merapatnya sosok CEO baru Agus Projosasmito tersebut mampu mendulang laba hingga US$69,78 juta atau sekitar Rp1 triliun (kurs Rp14.347 per US$). Sebagai pembanding, pada 2020 BRMS hanya mampu meraup laba US$4,03 juta. Ini artinya pertumbuhan bottom line perseroan pada tahun lalu mencapai kisaran 1.625%. Menariknya, bila diperinci, kontributor utama kenaikan laba tersebut bukan murni bersumber dari bisnis eksplorasi emas seperti izin usaha perusahaan. Berdasarkan dokumen perseroan, menanjaknya bottom line memang terjadi seiring peningkatan produksi dore bullion hingga 79,06% secara year-on-year (yoy). Tepatnya dari 172 kilogram(Kg) menjadi 308 Kg. Kenaikan ini kemudian mengerek output produksi emas dan pendapatan perseroan. Hanya saja, nominal yang dibukukan BRMS pada top line produksi ini tidak ada apa-apanya dibandingkan penghasilan lain-lain yang mereka dapat. Sepanjang 2021, BRMS melaporkan total pendapatan lain-lain US$118,72 juta atau setara Rp1,7 triliun. Rapor ini bukan hanya mencerminkan kenaikan 735% secara yoy, tetapi juga setara hampir 12 kali lipat dari nominal pendapatan utama perseroan yang hanya sekitar US$10,57 juta alias Rp151,76 miliar. Sebenarnya, fenomena semacam ini bukan hal baru. Sejak tahun lalu, perseroan mulai mengalami tren kenaikan pendapatan lain-lain yang melebihi performa bisnis utamanya. Namun, perolehan hingga belasan kali lipat ini baru pertama kali terjadi.
Dalam penjelasannya, manajemen BRMS menyebut kontributor utama lonjakan tersebut adalah penyelesaian tagihan, penilaian persediaan, dan penghapusan utang yang lebih besar dari periode-periode sebelumnya. Untuk catatan, sekitar US$ 90 juta atau 75% dari pendapatan lain-lain tersebut berasal dari penyelesaian tagihan oleh pihak ketiga terhadap anak-anak usaha. Penyelesaian ini diklaim BRMS didapat dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk hak atas 80% saham pada PT Suma Heksa Sinergi (SHS). SHS sendiri merupakan perusahaan operator salah satu proyek tambang emas Kerta di Lebak, Banten. Menurut penjelasan manajemen, penyelesaian tersebut diputuskan untuk masuk sebagai pendapatan lain–lain karena mengalami impairment atau penurunan nilai pada 2018. Direktur Utama BRMS Agus Projosasmito membenarkan kalau fenomena seperti ini tidak akan terjadi setiap tahun. “Pendapatan lain-lain dalam bentuk penyelesaian tagihan, penilaian persediaan, dan penghapusan utang tersebut tidak dibukukan secara rutin,” kata Agus, Kamis (14/4). Agus menjanjikan ke depan, BRMS akan melakukan pembenahan dan penguatan bisnis. Dia masih optimistis perseroan bisa menghasilkan pendapatan yang bersumber dari pengolahan dore bullion. Dore bullion merujuk pada produk hasil penambangan berupa batangan yang mengandung campuran mineral. Campuran mineral ini biasanya terdiri dari emas, perak, tembaga dan jenis-jenis lainnya. Optimisme Agus tersebut, di satu sisi, sebenarnya terbilang rasional. Ini mengingat penyelesaian atas saham pada PT SHS otomatis akan membuat perseroan memiliki hak eksplorasi dan produksi terhadap proyek tambang emas Kerta. Kendati demikian, belum dapat dipastikan apakah proyek tersebut akan langsung memberikan kontribusi jangka pendek. “Kepemilikan BRMS atas proyek tambang emas Kerta masih menunggu penyelesaian dokumen-dokumen terkait dan persetujuan dari pemerintah,” kata Agus.
Proyek Kerta memang memiliki potensi yang tidak sedikit. Berdasarkan dokumen yang dipublikasikan perseroan, proyek ini diperkirakan mengandung potensi sumber daya hingga 75,3 juta ton. Bullion dari estimasi sumber daya tersebut ditaksir mengandung kadar emas 0,85 gram per ton dan perak 11,62 gram per ton. Dari proyeksi tersebut, jumlah cadangan atau bagian yang telah diketahui dimensi sebaran, kuantitas dan kualitasnya berkisar 18,4 juta ton. Kandungan rata-rata emas dalam estimasi cadangan ini mencapai 1,07 gram per ton, sementara cadangan peraknya berkisar 14,75 gram per ton. Direktur dan Chief Investor Relations BRMS Herwin Hidayat berkata potensi tersebut akan berusaha diimbangi perseroan dengan upaya peningkatan kapasitas produksi. “Konstruksi pabrik emas kami yang kedua di Palu masih sesuai jadwal untuk diselesaikan di tahun ini. Pabrik yang ketiga di Palu dan pabrik keempat di Gorontalo diharapkan juga dapat mulai beroperasi di kuartal pertama 2024 mendatang,” kata Herwin. Sebagai gambaran, pabrik kedua di Palu yang akan mulai beroperasi tahun ini diperkirakan akan memiliki kapasitas pengolahan 4.000 ton bijih per hari. Sementara pabrik ketiga Palu dan keempat Gorontalo yang ditarget rampung 2 tahun lagi memiliki kapasitas masing-masing 4.000 ton dan 2.000 ton bijih per hari.
Sederet rencana itu pula yang barangkali membuat saham BRMS belakangan cukup diburu investor publik, terlepas dari pro kontra soal rendahnya pendapatan utama perseroan. Hingga akhir perdagangan pekan lalu saham BRMS memang ditransaksikan seharga Rp232 per lembar yang merefleksikan penurunan 2,52% dari posisi pembukaan. Namun, level harga ini relatif masih mencerminkan tren kenaikan. Tepatnya menguat 28,18% dalam sebulan terakhir serta menguat 100% dari posisi awal Rp100 per lembar secara year-to-date (ytd). Secara teknikal, analis Samuel Sekuritas William Mamudi menilai saham BRMS masih memiliki daya tarik selama mampu bertahan melebihi level breakout resisten di level Rp220 per saham. Dalam pandangan terakhirnya, William mempertahankan rating buy dengan catatan tersebut. Penilaian tidak beda jauh juga datang dari analis teknikal CGS CIMB Sekuritas Fanny Suherman. “Rekomendasi BRMS adalah buy on weakness dengan suport di Rp234,” jelas Fanny dalam riset harian Kamis (14/4). Namun, Fanny mengingatkan investor agar berhati-hati dan menyarankan cutloss apabila harga BRMS sudah turun di bawah level Rp226 per saham. “Jika tidak break di bawah Rp226, masih berpotensi naik ke harga Rp244 hingga Rp252 untuk jangka pendek,” tukanya.
Sumber: Bisnis Indonesia (18 April 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |