Emiten Big Caps Makin Berwarna

Selasa, 12 Apr 2022

Bisnis, JAKARTA — Komposisi emiten dengan kapitalisasi pasar terjumbo mengalami perombakan setelah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) melantai di Bursa Efek Indonesia. Saham emiten-emiten big caps sektor perbankan dan telekomunikasi dinilai menarik untuk dilirik investor.

Pada Senin (11/4), indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup di level 7.203,79. Indeks  komposit  merosot  tipis  0,1%  sehingga  kinerja  sepanjang  tahun  berjalan  2022  mengalami  penguatan  9,52%.  Pasar  saham  diramaikan  oleh  781 perusahaan tercatat, termasuk GOTO sebagai emiten baru ke-15 pada  tahun  ini.  Sejalan  dengan  penambahan jumlah emiten, emisi saham,  dan  pergerakan  harga  saham emiten, kapitalisasi pasar saham  bergerak  naik  menjadi  Rp9.400  triliun.  PT  Bank  Central  Asia  Tbk.  (BBCA) masih menduduki posisi puncak dengan kapitalisasi pasar Rp952,3 triliun. Tempat kedua diisi oleh  PT  Bank  Rakyat  Indonesia  (Persero)  Tbk.  (BBRI)  dengan  market  capitalization  Rp692,62  triliun. GOTO merangsek ke posisi keempat  dengan  kapitalisasi  pasar  Rp452,43  triliun  di  bawah  PT  Telkom  Indonesia  (Persero)  Tbk. (TLKM) dengan market cap Rp454,7  triliun.  Hal  itu  sejalan  dengan  penguatan  harga  saham  GOTO  pada  hari  perdana  perdagangan  sebesar  13,02%  dari  harga IPO Rp338 ke level Rp382 per  saham. Masuknya  GOTO  dalam  10  emiten  kapitalisasi  terbesar  menambah  warna  jajaran  big  caps  karena mewakili sektor teknologi. Di sisi lain, GOTO mendepak PT Bayan Resources Tbk. dari daftar tersebut  karena  emiten  tambang  batu bara milik Low Tuck Kwong itu  menggenggam  market  cap  Rp146,58  triliun  atau  berada  di  posisi  ke-11.

Vice  President  of  Investment  Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan emiten big  caps  dari  sektor  perbankan  masih  dalam  tren  yang  sangat  baik. “Sektor perbankan big caps sedang  bagus  sekali,  kuartet  bank  [BBCA, BBRI, BMRI, BBNI] sudah sangat diuntungkan recovery ekonomi.  ARTO  valuasi  mahal  luar  biasa, sudah turun di bawah Astra International [ASII],” jelasnya saat dihubungi Bisnis,  Senin  (11/4). Selanjutnya,  dia  masih  sangat  merekomendasikan saham-saham emiten  perbankan  di  daftar  big  caps tersebut. Emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar  keenam  sebesar  Rp283  triliun,  PT  Astra  International  Tbk.  (ASII)  pun  masih  direkomendasikan mengingat pemulihan ekonomi sangat menguntungkan bisnis  otomotifnya. Selain  itu,  saham  TLKM  juga  menarik  mengingat  momentum  Ramadan dan Lebaran membuat trafik  data  internet  meningkat.  Apalagi,  TLKM  sudah  menjadi  konglomerasi  sektor  teknologi  dengan keberadaan anak usahanya Telkomsel  dan  Mitratel  (MTEL). “TLKM  menarik,  masa  Lebaran  trafik  data  naik.  Telkom  juga  masih ada Telkomsel dan Mitratel menjadi  sektor  defensif,  ketika  PPKM  naik  lagi  paling  bertahan  ya  TLKM,”  ungkapnya. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian  Airlangga  Hartarto  mengatakan  kapitalisasi  pasar  GOTO yang pada awal pencatatan mencapai  Rp400  triliun  setara  dengan  2,8%  produk  domestik  bruto  (PDB)  Indonesia. “Saya hitung kapitalisasi pasar GOTO  itu  kira-kira  2,8%  PDB  Indonesia,” ujar Airlangga dalam pencatatan saham perdana GOTO di  BEI,  Senin  (11/4). Airlangga  berharap  IPO  GOTO  menjadi tanda perusahaan teknologi  dan  startup  tidak  perlu  lagi  melakukan  IPO  di  luar  negeri,  karena  banyak  terobosan  telah  dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memungkinkan perusahaan  digital  melantai  di  BEI. “Ini jadi tanda IPO perusahaan teknologi dan startup tidak perlu [IPO]  di  luar  negeri  lagi.  Tahap  awal bisa di Indonesia, dan setelahnya silakan ke mancanegara,” ucapnya.

Direktur  Penilaian  Perusahaan  BEI  I  Gede  Nyoman  Yetna  mengatakan,  pencatatan  saham  GOTO menjadi milestone penting bagi  perusahaan,  maupun  bagi  industri  pasar  modal  Indonesia. Menurutnya,  melalui  proses  go  public,  GOTO  menjadi  saham  karya anak bangsa dengan ekosis-tem terbesar di Indonesia dengan raihan  dana  Rp13,7  triliun  dan  kapitalisasi  pasar  Rp400  triliun. “Hal tersebut menjadikan GOTO sebagai perusahaan teknologi dengan tingkat valuasi decacorn dan merupakan decacorn pertama yang berhasil  tercatat  di  bursa  Asia,”  kata  Nyoman,  Senin  (11/4). Selain  itu,  lanjut  Nyoman,  GOTO menjadi perusahaan rintisan pertama  yang  tercatat  di  papan  utama  BEI.  GOTO  juga  menjadi  perusahaan tercatat pertama yang menerapkan struktur permodalan dengan  hak  suara  multipel  atau  multiple  voting  shares  (MVS). Nyoman  berharap  langkah  PT  Bukalapak.com Tbk. (BUKA)  dan GOTO  menjadi  pembuka  bagi  perusahaan startup lainnya untuk melakukan IPO dan mencatatkan efeknya  di  BEI,  termasuk  skala  perusahaan rintisan skala centaursatau soonicorn. “Kami  optimistis  pencapaian  GOTO  IPO  ini  menjadi  momentum yang baik untuk mendorong makin  banyaknya  perusahaan  teknologi lainnya untuk mengikuti langkah  ini,”  imbuhnya.  Oleh karena itu, lanjutnya, BEI senantiasa mendorong perusahaan dari  berbagai  industri,  termasuk  juga  perusahaan-perusahaan  di  bidang teknologi untuk memanfaatkan  pasar  modal  sebagai  house of growth dengan melakukan sosialisasi  IPO  dan  listing  baik  secara one-on-one maupun melalui workshop. Hingga 11 April 2022, terdapat 32  perusahaan  dalam  pipelinepencatatan  saham  BEI.  Adapun,  klasifikasi  aset  perusahaan  yang  saat  ini  berada  dalam  pipelinemerujuk  pada  POJK  Nomor  53/POJK.04/2017, yaitu 3 perusahaan aset  skala  kecil  dengan  aset  di  bawah Rp50 miliar, 13 perusahaan  aset  skala  menengah  dengan  aset  antara  Rp50  miliar—Rp250  miliar,  dan  16  perusahaan  aset  skala  besar  dengan  aset  di  atas  Rp250  miliar. Adapun,  perincian  sektornya  1  perusahaan  dari  sektor  basic materials, 2 perusahaan dari sektor industrials,  1  perusahaan  dari  sektor transportation & logistic, 6 perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals,  7  perusahaan  dari  sektor consumer cyclicals, 2 perusahaan  dari  sektor  technology,  2  perusahaan dari sektor healthcare, 3 perusahaan dari sektor energy, 4 perusahaan dari sektor properties &  real  estate,  dan  4  perusahaan  dari  sektor  infrastructures.

Sumber: Bisnis Indonesia (12 April 2022)

 

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)