Bisnis, JAKARTA — Kendati tarif pajak pertambahan nilai naik dari 10% menjadi 11% mulai 1 April, sejumlah broker saham tidak akan menaikkan komisi transaksi.
PT Indo Premier Sekuritas menjadi salah satu perusahaan sekuritas yang tidak mengubah fee transaksi saham. Perusahaan memutuskan akan menanggung kenaikan tarif PPN. Dengan kata lain, nasabah dari Indo Premier tidak akan terbebani oleh kenaikan PPN sehingga tidak akan ada perubahan tarif di setiap transaksi. Head of Marketing & Retail Indo Premier Sekuritas Paramita Sari dalam keterangan resmi menyampaikan perusahaan akan menanggung selisih 1%. “Kami akan menanggung selisih kenaikan tersebut dan tidak membebankan kepada nasabah. Selain itu, Indo Premier juga tidak akan menaikkan fee transaksi saham,” jelasnya, Kamis (31/3). Paramita memaparkam fee beli tetap 0,19% dan fee jual tetap 0,29% per transaksi. Fee tersebut termasuk fasilitas edukasi gratis dari perusahaan. Oleh karena itu, menurutnya, kenaikan tarif PPN transaksi saham tidak akan menjadi sentimen negatif. Keputusan Indo Premier terkait dengan fee transaksi diyakini akan mampu mempertahankan, bahkan meningkatkan minat investasi investor. Terkait dengan kebijakan pemerintah menaikkan tarif PPN yang tertuang dalam UU No. 7/2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), termasuk untuk transaksi saham Indo Premier mengaku mendukung keputusan pemerintah itu. “Indo Premier Sekuritas mendukung pemerintah dalam upaya menjaga pemulihan ekonomi dalam negeri melalui kebijakan PPN ini,” ungkap Paramita. Seperti diketahui, pada Pasal 7 Ayat (1) UU HPP mengatur tarif PPN sebesar 11% dan berlaku mulai hari ini.
Menurut Paramita, beberapa anggota bursa lainnya juga tidak menaikkan fee transaksi saham. BNI Sekuritas juga memilih tidak menaikkan fee transaksi saham. Menurut Vice President Head of Strategic Planning Dedi Arianto, kenaikan PPN sebesar 1% merupakan nilai yang sangat kecil dari fee transaksi broker saham itu. “Makanya, kami tidak meningkatkan fee transaksi. Kami hitung, masih bisa kami serap kenaikan tersebut,” ujar Dedi kepada Bisnis. Menurutnya, pihaknya telah membuat simulasi dampak finansial kenaikan PPN terhadap pendapatan BNI Sekuritas. Dampak kenaikan PPN tersebut menurutnya kurang dari 2% dibandingkan pendapatan BNI Sekuritas. “Tahun lalu kami pendapatannya Rp440 miliar. Itu [kenaikan PPN] dampaknya kurang dari 2% dari pendapatan kami,” ujarnya.
Pada perkembangan lain, nilai transaksi perusahaan sekuritas di Indonesia pada kuartal I/2022 mencapai Rp1.728,2 triliun, turun 10,8% secara tahunan. Penurunan nilai terjadi di tengah kenaikan volume transaksi 17,1% year-on-year (YoY) menjadi 2,8 triliun saham. Koreksi nilai transaksi diperkirakan akan berlanjut pada awal kuartal II/2022 seiring dengan Ramadan yang biasanya membuat aktivitas perdagangan sepi. Berkaitan dengan ini, para broker tengah mengantisipasi potensi penurunan nilai transaksi bulan ini. Direktur Panin Sekuritas Prama Nugraha mengungkapkan bahwa umumnya investor akan mengurangi posisinya pada saat libur Lebaran untuk menekan risiko perubahan pasar global, selain karena pasar modal libur saat Hari Raya. “Jadi, yang perlu lebih diperhatikan adalah perkembangan geopolitik dan harga minyak dunia yang dapat berdampak kepada makro ekonomi global dan nasional,” papar Prama kepada Bisnis. Lebih lanjut, pada kuartal II/2022, Prama menyampaikan bahwa transaksi broker utamanya akan terpengaruh oleh perkembangan ekonomi global. Kenaikan harga minyak dunia telah mendorong pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar (BBM) bulan ini guna mengurangi tekanan pada APBN).
“Kenaikan harga BBM dapat mendorong inflasi namun Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk mempertahankan BI 7DRR guna mendukung pemulihan pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi dan tekanan eksternal terkait invasi Rusia-Ukraina,” jelas Prama. Soal transaksi saham Panin Sekuritas, Prama mengharapkan peningkatan pada kuartal II/2022 mengingat adanya rilis laporan keuangan kuartal I/2022 dan juga agenda rapat umum pemegang saham (RUPS) yang memutuskan pembagian dividen. “Secara umum, kondisi pasar pada awal 2022 sudah lebih membaik dibandingkan pada awal 2021,” tambahnya. Menurutnya, perbaikan ini karena penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi nasional serta optimisme akan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan aktivitas bisnis ke depan. Head of Corporate Secretary Mirae Asset Sekuritas Ivonne Kaharu pada kesempatan berbeda turut memproyeksikan penurunan transaksi pada bulan Ramadan. “Prospek transaksi Mirae Asset di kuartal II/2022 kemungkinan akan mengalami penurunan karena menghadapi bulan Ramadan dan Lebaran seperti tahun sebelumnya,” papar Ivonne saat dihubungi. Mirae lagi-lagi menjadi perusahaan broker saham teratas dengan nilai transaksi Rp166,9 triliun sepanjang kuartal lalu.
Sumber: Bisnis Indonesia (1 April 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |