Bisnis, JAKARTA — Strategi PT Bank Jago Tbk. (ARTO) menawarkan bunga tinggi pada produk simpanan ternyata tak cukup bertaji untuk mempertebal dana pihak ketiga (DPK) perusahaan pada 2021. Bank Jago tercatat menawarkan promosi bunga simpanan berjangka sebesar 7% selama tiga bulan, khusus bagi pengguna baru. Program ini berlaku sejak tahun lalu hingga 31 Maret 2022, dan berlaku untuk pengguna yang menghubungkan Kantong Jago dengan Gopay. Wakil Direktur Utama Bank Jago, Arief Harris Tandjung mengatakan meski perusahaan memasang bunga simpanan yang tinggi, hal itu tidak serta-merta menjadi kontribusi utama pertumbuhan DPK dari emiten bank dengan kode saham ARTO ini. “Funding bunga deposito 7% itu gimmick, tidak banyak dampak ke DPK,” ujar, dalam konferensi pers di kantor pusat perseroan, Jakarta, Jumat (11/3). Menurutnya, promo bunga tersebut dinilai cukup bagus untuk promosi. Namun, Arief mengatakan nilai yang masuk hanya berkisar di angka Rp2 juta—Rp3 juta per orang. “Itu paling Rp60.000 setahun bunganya. Bunga rata-rata deposito yang kami berikan 3,5% sampai dengan 4% secara keseluruhan.”
Sepanjang 2021, Bank Jago mencatat penghimpunan DPK melonjak 357% secara tahunan (year-on-year/yoy) atau naik dari Rp804 miliar menjadi Rp3,68 triliun. Peningkatan tersebut disebabkan oleh kemampuan perseroan dalam menekan beban bunga yang tercatat Rp63 miliar sepanjang 2021. Kemampuan ini juga tidak lepas dari kehadiran aplikasi Jago yang diluncurkan pada April 2021. Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar menambahkan, kehadiran aplikasi Jago membuat dana murah (current account savings account/CASA) perseroan mencapai Rp1,68 triliun. Jumlah ini naik 667% dibandingkan dengan 2020, yakni Rp219 miliar. Sementara itu, deposito mencapai Rp2 triliun atau meningkat 242% secara tahunan dari Rp585 miliar. Dengan demikian, porsi CASA terhadap total DPK meningkat dari 27,2% menjadi 45,6% pada akhir 2021. Sebaliknya, porsi deposito susut 1.840 basis poin menjadi 54,4%. Dia juga menyebut perusahaan membukukan kinerja positif yang solid pada 2021 dengan mencetak laba bersih setelah pajak atau net profit after tax (NPAT) sebesar Rp86 miliar. Dia menjelaskan, peningkatan laba ditopang oleh adanya pertumbuhan kredit yang solid dan efisiensi biaya. Realisasi penyaluran kredit ARTO mencapai Rp5,37 triliun atau naik signifikan, 491% secara tahunan. Pertumbuhan kredit yang tinggi mendorong pendapatan bunga mencapai Rp652 miliar atau naik 624% secara tahunan. Di tengah pertumbuhan kredit, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) mencapai 0,6%.
Sumber: Bisnis Indonesia (14 Maret 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |