JAKARTA - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel akan mengakuisisi 6.000 menara (tower) telekomunikasi dengan nilai Rp 7,8-9 triliun dalam dua tahun ke depan. Dana akuisisi sebagian besar akan berasal dari hasil penerbitan saham perdana (initial publc offering/IPO) perusahaan, dan sisanya dari sumber lain seperti pinjaman bank, obligasi, dan lainnya.
Direktur Investasi sekaligus Corporate Secretary PT Dayamitra Telekomunikasi T b k H e n d r a P u r n a m a mengatakan, valuasi harga menara yang akan diakuisisi berada pada kisaran 1,3-1,5 EV per menara. Dengan demikian, pengambilalihan 6.000 menara akan membutuhkan dana Rp 7,8-9 triliun. “Betul. Menaranya bisa dari Telkomsel, bisa juga dari mobile atau menara operator yang lain. Yang jelas, kami explore kesempatan apa pun. Jadi kalau ada yang berminat menjual, akan kami assess,” kata Hendra kepada Investor Daily, akhir pekan lalu. Hendra menargetkan bahwa akuisisi 6.000 menara itu tuntas dalam dua tahun, terhitung mulai tahun ini sebanyak 3.000 menara, dan 3.000 menara sisanya di tahun depan. Karena itu, perseroan berkomitmen untuk terus mempertahankan kinerja perusahaan sekaligus meningkatkan value kepada para pemegang saham. Salah satu buktinya, kata dia, dapat dilihat dari hasil kinerja positif perseroan sepanjang 2021. Hendra mengungkapkan bahwa performa kinerja MTEL pada 2021 lebih baik dibandingkan proyeksi sebelumnya. Maka dari itu, perseroan bakal terus mengembangkan bisnis organik dan anorganik ke depannya. Terlebih, lanjut Hendra, Telkom selaku induk usaha juga gencar melakukan transformasi melalui pembentukan ekosistem digital. Sehingga, hal itu akan turut mengakselerasi MTEL menuju digital infrastructure company. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasi, Mitratel berhasil mencatatkan kinerja cemerlang sepanjang 2021. Tercermin dari perolehan laba bersih 2021 MTEL yang melesat 129,4% menjadi Rp 1,38 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 602 miliar. “Mitratel yang baru melantai di bursa sekitar 4 bulan lalu atau tepatnya 22 November 2021, berhasil membukukan laba bersih 2021 sebesar Rp 1,38 triliun atau melonjak 129,4%. Hal ini menandakan Mitratel memiliki pro tabilitas yang tinggi dan dapat mengembalikan value dari investasi shareholders,” kata Hendra.
Hendra mengungkapkan, capaian laba bersih tersebut seiring naiknya pendapatan Perseroan hingga 11% pada 2021 menjadi Rp 6,87 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 6,18 triliun. Begitupun laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Mitratel pada 2021 yang mencapai Rp 5,18 triliun, meningkat 23,9% dibanding sebelumnya Rp 4,18 triliun. Dia melanjutkan, margin EBITDA naik menjadi 75,5% dari 67,6%. Sementara margin laba bersih Mitratel pada 2021 melonjak 20,1%, meningkat dibanding 2020 sebesar 9,7%. Posisi kas dan setara kas MTEL pada 2021 juga naik menjadi Rp 19,1 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 516 miliar. Lonjakan kas MTEL tersebut seiring dengan kesuksesannya meraup dana IPO sebesar Rp 18 triliun. Imbas dari kinerja positif tersebut, Mitratel berencana membagikan dividen dengan rasio maksimum sebesar 70% dari laba bersih tahun buku 2021. Rasio dividen, ujar Hendra, bakal diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham tahunan (RUPST) yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Menurut Hendra, laba bersih perseroan pada 2021 ditopang oleh pertumbuhan organik dan anorganik melalui strategi sales yang agresif dengan memanfaatkan keunggulan portofolio Mitratel yang tersebar secara luas di lokasi-lokasi atraktif. Terbukti, sepanjang tahun lalu, Mitratel telah menambah 796 tower dan 2.376 tenant secara organik. Selain itu, lanjut Hendra, perseroan juga melakukan strategi pertumbuhan anorganik yang agresif melalui akuisisi tower Telkomsel sebanyak 8.139 tower dan 8.215 tenant, serta konsolidasi aset tower Telkom sebanyak 798 tower dan 1.432 tenant.
Sumber: Investor Daily (14 Maret 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |