Prancis: Tujuan Sanksi adalah Runtuhnya Ekonomi Rusia

Rabu, 02 Mar 2022

PARIS - Pemerintah Prancis menyatakan pada Selasa (1/3) bahwa sanksi-sanksi Barat terhadap Rusia atas penyerangan ke Ukraina akan meruntuhkan ekonomi Rusia.

Kami akan menyebabkan keruntuhan ekonomi Rusia,” kata Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire kepada radio Franceinfo, Selasa. Ini disampaikan sehari setelah pemerintah Prancis, Uni Eropa (UE), dan lainnya mengatakan mereka akan memberlakukan babak baru sanksi terhadap Rusia. “Keseimbangan kekuatan ekonomi dan keuangan sepenuhnya mendukung Uni Eropa yang sedang dalam proses menemukan kekuatan ekonominya sendiri. Kami mengobarkan perang ekonomi dan keuangan total terhadap Rusia,” lanjutnya. Pada Senin (28/2), UE menambahkan oligarki yang berkaitan dengan pemerintah Rusia beserta juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin ke daftar hitam sanksinya. Di antaranya adalah nama-nama terkenal yang merupakan sekutu dekat Putin. Antara lain kepala raksasa minyak negara Rosneft Igor Sechin dan Nikolay Tokarev, yang adalah bos perusahaan pipa Transneft. Tiga orang yang masuk dalam 10 besar Rusia terkaya oleh Forbes juga ditambahkan, yakni pemimpin perusahaan besar logam Alexei Mordashov, taipan Alisher Usmanov, dan pengusaha yang juga teman Putin, Gennady Timchenko. “Para oligarki perlu diwaspadai karena daftar oligarki yang menjadi sasaran UE sangat besar,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Yves Le Drian kepada saluran BFM, Senin malam. Dia mengatakan, orang-orang tersebut tidak hanya dikenai sanksi dalam portofolio saham, tetapi juga dengan kemungkinan penyitaan aset. “Dan kami akan melakukannya di Prancis. Jadi jika saya seorang oligarki, di Rusia atau Prancis, saya akan khawatir. Saya harap dia (Putin) menyadari bagaimana keseimbangan kekuatan telah bergeser dan bahwa dia telah kalah dalam perang informasi,” jelasnya.

Le Maire mengatakan, jumlah total aset Rusia yang dibekukan berjumlah hampir US$ 1.000 miliar. Setelah bank sentral Rusia menaikkan suku bunga utamanya menjadi 20% pada Senin, perusahaan hanya dapat meminjam dengan suku bunga tinggi, kata Le Maire. Dia mengakui bahwa orang Rusia biasa juga akan menderita dari dampak sanksi. “Tetapi kami tidak tahu bagaimana kami dapat menangani ini dengan cara berbeda,” imbuhnya. Le Maire mengatakan, dirinya akan berbicara dengan dua raksasa energi Prancis TotalEnergies dan Engie dalam beberapa hari mendatang untuk memutuskan keterlibatan mereka dalam proyek energi Rusia. Sekarang ada masalah prinsip terkait kolaborasi apa pun dengan orang-orang yang dekat dengan Putin, kata Le Maire. Pernyataan menteri keuangan tersebut dirilis setelah perusahaan energi lainnya, termasuk Shell dan BP, mengumumkan bahwa mereka akan menarik diri dari Rusia. Langkah ini menyebabkan harga saham Engie merosot 5% pada awal perdagangan Selasa di bursa Paris. Engie secara khusus terlibat dalam proyek pipa Rusia Nord Stream 2. Proyek ini ditunda oleh pemerintah Jerman pekan lalu, ketika Rusia mengakui dua republik Ukraina yang memisahkan diri. TotalEnergies berjanji pada Selasa bahwa perusahaan tidak akan menginvestasikan modal dalam proyek baru di Rusia, tetapi tidak mengatakan apakah akan menarik diri dari negara tersebut. Grup ini menghasilkan antara 3%-5% dari total penjualan tahunan di Rusia. Perusahaan memiliki 19,4% saham di grup gas Novatek dan 20% di Yamal LNG, spesialis gas cair. Kelompok itu mengatakan telah menyetujui skala sanksi yang diberlakukan oleh Eropa terhadap Rusia dan berjanji untuk menerapkannya.

Sumber : Investor Daily (2 Maret 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)