DOID & PTRO Berburu Kontrak Baru

Rabu, 23 Feb 2022

Bisnis, JAKARTA — Emiten jasa kontraktor tambang, PT Delta Dunia Makmur Tbk. dan PT Petrosea Tbk. terus membidik kontrak baru di tengah langkah pemilik tambang untuk meningkatkan produksi saat harga komoditas mineral memanas. Strategi diversifikasi juga disiapkan untuk menangkap peluang anyar.

Delta Dunia Makmur mengumumkan bahwa  anak  perusahaannya,  PT  Bukit  Makmur  Mandiri  Utama  (BUMA)  melalui  anak  perusahaannya  BUMA  Australia  Pty.  Ltd.,  telah  memperbarui  kontrak  jasa  pertambangan dengan BHP Billiton dan  Mitsubishi  Alliance  (BMA). Perpanjangan kontrak tersebut terkait operasi tambang Blackwater dengan perpanjangan operasi hingga  Juni  2026. Blackwater merupakan tambang batu  bara  coking  yang  berlokasi  di  Blackwater,  Queensland.  Dari  perpanjangan  kontrak  tersebut  akan  menambahkan  sekitar  550  juta  dolar  Australia  ke  buku  pesanan  BUMA  Australia. “Lebih  lanjut  langkah  ini  juga  mendukung akuisisi perusahaan atas  BUMA  Australia,”  tulis  manajemen  emiten  berkode  saham  DOID  itu  melalui  keterbukaan  informasi,  Selasa  (22/2). Langkah ini juga mencerminkan keyakinan  yang  dimiliki  BMA,  sebagai  produsen  dan  pemasok  batu bara coking terbesar di Australia,  dan  peserta  joint  venturenya  pada  kemampuan  BUMA  Australia untuk mengoperasikan proyek-proyek pertambangan yang besar  dan  kompleks. “Produksi tahunan rata-rata dari proyek  ini  sekitar  36  juta  bcm  lapisan tanah penutup. Untuk lebih memperkuat  bisnisnya,  BUMA  Australia  akan  terus  melakukan  diskusi  dengan  pelanggan  potensial  dan  baru  untuk  kontrak  baru,”  imbuh  manajemen. DOID  menyebutkan  pembaruan  dan  upaya  berkelanjutan  untuk  tumbuh  di  Australia  ini  semakin memvalidasi komitmen perusahaan di Australia dan menegaskan akuisisi bisnis Australia oleh perusahaan melalui BUMA. Pada perkembangan lain, emiten kontraktor tambang Grup Indika, Petrosea melakukan diversifikasi bisnis  dan  terjun  ke  ranah  proyek  mineral  memasuki  usianya  ke-50.  Langkah  itu  merupakan  bagian  dari  implementasi  strategi  diversifi  kasi,  digitalisasi,  dan  dekarbonisasi.

Hanifa Indradjaya, Presiden Direktur  Petrosea,  mengungkapkan  strategi  diversifikasi  ditempuh  emiten  berkode  saham  PTRO  itu  dengan menandatangani berbagai perjanjian  kerja  sama  pekerjaan  kontraktor  tambang  bauksit  dan  emas melalui penyediaan jasa pertambangan  dan  rekayasa,  pengadaan dan konstruksi (EPC) secara berkelanjutan  di  Indonesia. Pada 2021, perusahaan juga telah menambah kegiatan usahanya di bidang digitalisasi, 3D printing& rebuild  center  dan  lembaga  pelatihan  kerja  dan  sertifikasi agar  siap  menghadapi  berbagai  tantangan persaingan usaha dan meraih setiap peluang usaha baru dengan memanfaatkan teknologi digital  yang  terus  berkembang  dengan  pesat  belakangan  ini. “Strategi  3D  Petrosea,  yaitu  Diversifikasi,  Digitalisasi,  dan  Dekarbonisasi  telah  menjadi  enabler  bagi  kami  untuk  terus  mengembangkan nilai bagi seluruh pemangku kepentingan serta memastikan sustainablesuperior performance di masa mendatang,” ujar  Hanifa  dalam  keterangan  resmi,  Selasa  (22/2). Petrosea juga terus melanjutkan transformasi secara menyeluruh dengan membangun organisasi yang lebih  gesit  dan  mengembangkan  model bisnis terbarukan agar dapat bertahan di masa mendatang. Ke  depannya,  Petrosea  akan  terus  memanfaatkan  teknologi  terkini  melalui  Minerva  Digital  Platform yang terbukti telah dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kegiatan operasionalnya, serta  mengurangi  emisi  karbon  yang  dihasilkan. Berdasarkan  catatan  Bisnis, PTRO  menganggarkan  belanja  modal  atau  capital  expenditure  mencapai US$138 juta atau setara Rp1,97  triliun  (kurs  Rp14.300)  pada  2022.  Mayoritas  dana  dipakai  pengembangan  kapasitas. Direktur  Keuangan  Petrosea  Romi Novan Indrawan memerinci 40%  dari  total  dana  tersebut  dipakai mempertahankan kapasitas yang  ada  saat  ini. “Dari  belanja  modal  US$138  juta,  60%  untuk  penambahan  kapasitas,”  urainya  dalam  paparan  publik. Lebih  lanjut,  dari  total  belanja  modal  tersebut  alokasi  tertinggi  untuk  tiga  proyek  utama,  yakni  proyek tambang Kideco Jaya Agung, Freeport Indonesia, dan Karya Bhumi Lestari  mencapai  US$70  juta.

Di lantai bursa, indeks IDX Sector Energy telah menguat 12,9% sepanjang  tahun  berjalan  2022.  Kinerja indeks tersebut mengungguli  IDX  Sector  Basic  Materials  yang  tercatat  naik  2,6%  secara  year-to-date (YtD). Penguatan  IDX  Energy  tak  terlepas  dari  penguatan  harga  saham  BYAN  33,33%  YtD  ke  level  Rp36.000,  ADMR  1.045%  ke  level  Rp1.045,  INDY  33,33%  ke level Rp2.060, dan PTBA naik 8,49% YtD ke level Rp2.940 pada akhir perdagangan Selasa (22/2). Dalam  risetnya,  analis  BRI  Danareksa  Sekuritas  Hasan  Barakwan  mengatakan  harga  batu  bara  diperkirakan  bertahan  di  level tinggi pada 2022. Salah satu katalisnya datang dari Pemerintah China  yang  menetapkan  plafon  harga  yang  relatif  lebih  tinggi  dibandingkan dengan rerata harga batu  bara  pada  2021  “Kami menilai valuasi penambang  batu  bara  saat  ini  tidak  dapat  dipungkiri  cukup  murah  dan kami harapkan mereka dapat menghasilkan  laba  yang  kuat  pada  2021  dan  2022,”  tulisnya  dalam  riset,  Selasa  (22/2).  Pada  2022,  rerata  harga  batu  bara diperkirakan stabil di kisaran US$130 per ton. Di sektor pertambangan batu bara, BRI Danareksa Sekuritas  menyukai  perusahaan  yang memiliki yield dividen tinggi sehingga  pilihan  jangka  pendek  jatuh  kepada  ITMG  dan  PTBA.  Namun,  lanjut  Hasan,  emiten  tambang batu bara yang memiliki upaya serius untuk mendiversifikasi bisnisnya seperti ADRO dan HRUM  menjadi  pilihan  untuk  jangka  panjang.

Dalam riset terpisah, analis BRI Danareksa Sekuritas Ignatius Teguh Prayoga dan Hasan Barakwan menuturkan DOID menghadapkan performa  keuangan  yang  lebih  baik    dan  raihan  kas  yang  meningkat pada 2022 sejalan dengan ekspansi jasa pertambangan yang akan  berdampak  terhadap  laba.  Teguh dan Hasan juga menyoroti raihan  kontrak  DOID  dari  dua  perusahaan tambang besar, yakni ADRO  dengan  volume  90  juta  bank cubic meter (bcm) per tahun dan BYAN sebanyak 70 juta bcm per tahun. Dengan rerata volume overburden removal 350 juta bcm, total kontrak baru tersebut dapat ditranslasikan menjadi tambahan volume  DOID  sekitar  46%. “DOID mengharapkan volume tumbuh  20%—30%  pada  2022  hanya  dari  pipeline  pekerjaan  di  Indonesia,”  imbuhnya.  Langkah akuisisi yang ditempuh emiten  yang  terafiliasi  dengan Northstar  Group  itu  juga  ikut  disoroti.  Menurutnya,  akuisisi  Downer  dan  Asia  Met  bakal  memperluas  jangkauan  DOID  di  pasar  global. Hariyanto Wijaya, Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menambahkan  sentimen  geopolitik  Rusia  dan  Ukraina  berisiko  membuat komoditas logam seperti nikel mengalami lonjakan harga. Di  sisi  lain,  kekhawatiran  pasar  terhadap  langkah  agresif  The  Fed  mengerek  suku  bunga  dan  memperketat kebijakan moneter juga  membayangi  gerak  pasar  saham  global. “Kami menilai ANTM dan INCO akan menjadi saham yang bagus untuk  memonetisasi  tensi  Rusia  dan  Ukraina.  Harga  CPO  juga  terus  naik  karena  kekhawatiran  mengetatnya  pasokan  minyak  nabati di pasar internasional,” tu-lisnya dalam riset, Selasa (22/2).

Sumber : Bisnis Indonesia (23 Februari 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)