JAKARTA – Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat, konsumsi semen dalam negeri pada awal 2022 mencapai 5,28 juta ton, naik 7,6% secara tahunan (year on year/yoy). Kenaikan tersebut ditopang oleh konsumsi semen di luar Jawa yang meningkat tajam, sedangkan di Jawa justru turun.
Ketua Umum ASI Widodo Santoso memaparkan, pada Januari 2022, konsumsi semen di luar Jawa menunjukkan peningkatan cukup signifikan. “Hal ini kemungkinan pada awal tahun 2021 Indonesia dilanda Covid-19 yang cukup berat sehingga saat itu penjualan sangat rendah,” kata Widodo, Minggu (20/2). Dia memaparkan, berdasarkan data ASI, konsumsi semen di Sumatera mencapai 1,148 juta ton naik 4% (yoy). Untuk Kalimantan tercatat mencapai 0,342 juta ton atau naik 21% (yoy). Kenaikan tertinggi terjadi di Sulawesi mencapai 43,7% (yoy) atau menjadi 0,606 juta ton. Sedangkan di Bali dan Nusa Tenggara juga sudah mulai bergerak naik 29% (yoy) mencapai 0,284 juta ton. Begitu pula di Maluku dan Papua yang tumbuh 33% (yoy) menjadi 0,2 juta ton. Adapun untuk Pulau Jawa konsumsi semen tercatat mencapai 2,7 juta ton, angka tersebut turun 1% (yoy). “Adapun konsumsi dalam negeri pada Januari 2022 bila dibandingkan dengan Desember 2021 tercatat turun sekitar 500.000 ton atau -8,7% (mom),” ujar Widodo. Sedangkan untuk realisasi ekspor, lanjut Widodo, cukup memprihatinkan dengan adanya harga batu bara yang sangat tinggi yakni naik lebih dari dua kali lipat lebih. Hal tersebut mengakibatkan ekspor pada Januari 2022 turun drastis sekitar 28% (yoy). “Untuk total ekspor klinker dan semen pada bulan Januari 2022 mencapai 658.000 ton atau -28%. Sedangkan total penjualan dalam negeri dan ekspor Januari 2022 sebesar 5,94 juta ton atau naik hanya 2%,” ungkap dia. Kondisi tersebut, kata Widodo, masih belum optimal. Adapun penyebab utama adalah turunnya target penjualan ekspor. “Semoga bulan Februari 2022 program ekspor bisa pulih kembali dengan mulai terealisasinya kebijakan pemerintah pelaksanaan DMO untuk harga batu bara pada industri semen dan pupuk,” harap dia.
Adapun untuk konsumsi semen dalam negeri pada 2021 meningkat sekitar 5,9%. Peningkatan konsumsi semen tahun lalu terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Volume kenaikan terbesar di Pulau Jawa sebesar 5,5% dengan share sekitar 55% dari total konsumsi dalam negeri, dari 33,80 juta ton pada 2020 menjadi 35,69 juta ton pada 2021. Kemudian disusul Sulawesi yang naik 20% dari 5,36 juta ton menjadi 6,44 juta ton. Selanjutnya, Kalimantan tumbuh 7,2% dari 3,97 juta ton menjadi 4,25 juta ton pada 2021. Untuk Indonesia Timur, yakni Maluku dan Papua, juga tercatat tumbuh 3,9% dari 1,99 juta ton menjadi 2,07 juta ton. Sedangkan untuk Sumatera hanya naik 2,5% dari 13,78 juta ton menjadi 14,12 juta ton dan Nusa Tenggara 0,8% dari 3,57 juta ton menjadi 3,60 juta ton karena pariwisata terganggu pandemi Covid-19. Sementara untuk kinerja ekspor semen mencapai sebesar 11,6 juta ton, naik 24% yang masih didominasi negara-negara seperti Bangladesh, Australia, Tiongkok, Filipina, Sri Lanka, Taiwan, dan Timor Leste. “Total penjualan dalam negeri dan ekspor sebesar 77,825 juta ton atau tumbuh 8%. Hal tersebut cukup dinamis karena total penjualan dalam negeri dan ekspor tahun 2021 sudah sedikit diatas sebelum pandemi pada 2019,” kata Widodo. Sedangkan untuk konsumsi semen domestik tahun ini, pihaknya masih optimistis akan ada peningkatan 4% hingga 5% sesuai dengan target pertumbuhan ekonomi nasional 2022. “Semoga perkembangan Covid-19 tidak mengganggu jalannya pembangunan infrastruktur dan proyek strategis di tanah air begitu juga program pembangunan properti dan perumahan masyarakat,” harap dia. Lebih lanjut Widodo mengatakan, untuk tantangan kinerja industri semen tahun ini masih dibayangi dengan over supply yang berkelanjutan. Hal tersebut masih menghantui walau sudah ada komitmen dari pemerintah tidak akan ada izin baru pembangunan pabrik semen kecuali di Papua, dimana tahun 2021 utilisasi masih berkisar 67%, atau masih kelebihan kapasitas sekitar 38 juta ton.
Sumber : Investor Daily (22 Februari 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |