Menyisir Saham Murah Anggota LQ45

Selasa, 06 Feb 2024

JAKARTA. Indeks saham LQ45 merosot 0,93% pada awal pekan ini, Senin (5/2), beberapa setelah perubahan penghuni indeks ini (rebalancing). Laju LQ45 berbalik arah usai menanjak 3,49% sepanjang pekan lalu. Identik dengan saham blue chip, pergerakan konstituen indeks LQ45 punya arah yang berbeda-beda. Pada pekan lalu, lonjakan saham emiten bank big caps menjadi pendorong indeks. Seperti BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI, yang terdongkrak sentimen positif dari rilis kinerja keuangan tahun 2023 yang mentereng. Berbeda arah, tak sedikit saham LQ45 yang sedang merana. Sejumlah saham melandai dan secara year to date masih bergerak minus. Contohnya EMTK, ANTM, HRUM, INCO, dan ASII. Di tengah fluktuasi pasar dan sejumlah sentimen, investor perlu cermat menyaring saham bluechip yang masih mempunyai valuasi dan prospek menarik. Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni mengamati empat saham big bank (BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI) secara valuasi sudah terbilang tinggi.Agung menghitung price to book value (PBV) BBCA sebesar 4,3 kali. BBRI memiliki PBV 2,6 kali, BMRI 2,2 kali dan BBNI 1,4 kali. Relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata PBV sektor keuangan yang ada di level 1,2 kali. Meski begitu, daya tarik suatu saham bukan hanya dari sisi valuasi. Agung melihat empat saham big bank tetap menarik karena mampu menjaga pertumbuhan laba. Sentimen pun akan berlanjut untuk mengantisipasi musim pembagian dividen.

Pergerakan harga sahamnya juga lebih stabil. "Itu kenapa saham bank besar yang secara valuasi cenderung tidak murah tetap menjadi pilihan investor di tengah ketidakpastian global meski limited upside," kata Agung, Senin (5/2). Di sisi lain, investor tetap bisa memilah saham-saham yang secara valuasi cenderung masih murah. Agung mencontohkan saham BBTN dengan PBV di bawah 1 kali. Kemudian, di sektor infrastruktur telekomunikasi ada TLKM dan EXCL. Agung mengukur enterprise value (EV) to EBITDA TLKM ada di level 5,3 kali. Sedangkan EV to EBITDA EXCL 4,3 kali. Menurut Agung, posisi TLKM dan EXCL relatif lebih murah dibandingkan rata-rata industrinya sebesar 10,3 kali. Associate Director Erdikha Sekuritas, Yunia Lie juga menilai, ada sejumlah saham LQ45 yang punya valuasi menarik. Yunia turut melirik BBTN yang memiliki PBV 0,61 kali dan price to earnings ratio (PER) 6 kali. Saham PGAS juga menarik dengan PER 8 kali dan PBV 0,69 kali serta INDF yang punya PER 6 kali dan PBV 0,95 kali. Di samping indikator valuasi, investor juga bisa mencermati saham yang punya dividend yield tinggi seperti ADRO, ITMG dan PTBA.

Strategi koleksi

Sementara itu, saham-saham LQ45 yang sedang melandai berpotensi membuat valuasinya lebih menarik. Investor bisa mempertimbangkan strategi averaging down untuk mengoleksi saham dengan harga murah memanfaatkan momentum tersebut. Tapi, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus memberikan catatan bahwa langkah ini tergantung dari durasi investasi dan profil risiko investor. Selain itu, jika ingin mengoleksi saham yang sedang turun, perlu cermat menakar sentimen yang membuat harganya merosot. Agung mencontohkan penurunan harga ASII dan UNVR membuat valuasi lebih murah dibandingkan historisnya. Meski begitu, investor juga mengukur prospek pertumbuhan kinerja emiten dengan memetakan potensi di industrinya. Sehingga, pelaku pasar tetap harus selektif karena tidak semua saham bluechip yang sedang merosot menarik diakumulasi. Untuk saat ini, Agung menilai investor layak menerapkan strategi dollar cost averaging untuk saham ASII, UNVR dan EMTK. Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto menimpali, strategi average down berarti membeli dengan nominal dana yang sama pada persentase penurunan tertentu. Jika ingin menerapkan strategi ini, William menyarankan agar cermat melihat momentum teknikal untuk mengukur trend pergerakan sahamnya.

"Supaya tidak average down kebanyakan dan dana keburu habis. Strategi ini juga lebih efektif untuk saham-saham investasi jangka panjang," ujar William. Secara teknikal, William menilai momentum mengoleksi saham-saham LQ45 akan lebih menarik jika IHSG mengalami koreksi terlebih dulu. Sinyalnya adalah ketika IHSG mendekati support 7.090, tapi tidak mematahkan tren yang sedang berjalan. Rekomendasi sahamnya adalah TLKM, BBRI, dan CPIN. Sementara itu, Yunia melirik saham ASII yang secara valuasi relatif murah dengan PER 7 kali dan PBV 1,13 kali. Dia menilai, saham ASII akan lebih menarik dikoleksi ketika harganya di bawah Rp 5.000 per saham. Kemudian, Yunia merekomendasikan BBTN dengan target harga Rp 1.300, PGAS dengan target harga Rp 1.200 dan INDF dengan target harga Rp 6.800 per saham. Sedangkan Nico menjagokan sejumlah saham yang punya potential upside di LQ45. Di antaranya ada BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, TLKM, EXCL, INDF, ASII, ADRO, INCO, ICBP, AKRA, MEDC, dan BRPT.

Sumber : Kontan 06 Februari 2024


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)