Berharap Biaya Investasi Lebih Murah

Selasa, 06 Feb 2024

JAKARTA. Pembangunan infrastruktur menjadi andalan pemerintah untuk mendongkrak pertumbuhan investasi. Harapannya, biaya investasi di Indonesia ikut menurun. Dalam Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2023 yang diluncurkan Bank Indonesia (BI) pada Januari lalu, disebutkan pembangunan infrastruktur seperti proyek strategis nasional (PSN) akan terus digenjot agar biaya investasi di Indonesia menjadi murah. Melalui pembangunan infrastruktur tersebut, pertumbuhan investasi diprediksi lebih tinggi dari skenario baseline sebesar 5,79% menjadi 5,94% pada 2028. Adapun di 2024, pertumbuhan investasi diperkirakan sebesar 5,08%. Di sisi lain, dengan pengembangan konektivitas infrastruktur, biaya investasi yang tecermin dari Incremental Capital Output Ratio (ICOR) akan turun dari skenario baseline 5,47% menjadi 5,35% di tahun 2028 nanti. Adapun pada 2024, ICOR Indonesia ditargetkan 6,21%, turun tipis dari target tahun 2023 yang sebesar 6,23%. Bank Indonesia memaparkan, investasi bisa meningkat dengan pengembangan konektivitas infrastruktur yang mendukung kebijakan hilirisasi industri dan ekspor sumber daya alam (SDA) yang pada umumnya merupakan industri pertambangan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta industri pengolahan dan berbagai turunannya di wilayah Jawa. Hal ini akan semakin memperkuat mata rantai pasokan nasional.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis saat infrastruktur terbangun, maka suplai logistik di Indonesia akan membaik. Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi pun bisa lebih tinggi. "Kita bisa menggenjot pertumbuhan dengan perbaikan ICOR," kata Airlangga, Senin (5/2). Hitungannya, jika angka ICOR bisa turun ke level 4%, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa merangkak ke level 6% hingga 7%. Adapun saat ini ICOR Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain seperti Filipina, Thailand dan Vietnam yang berada di bawah 5%. Meski begitu, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyampaikan, untuk menurunkan angka ICOR ke level 5% pada 2028, Indonesia masih akan kesulitan. Sebab ICOR yang tinggi menunjukkan masih banyaknya korupsi, harga tanah yang meningkat cepat, biaya logistik yang masih mahal, pun dengan harga energi untuk industri yang juga masih mahal. Menurut dia, untuk menurunkan ICOR diperlukan gebrakan yang kuat pada kelembagaan. Tak hanya itu, diperlukan pula penyelesaian untuk berbagai kendala logistik. "Namun tetap saja, untuk menurunkan ICOR ini tidak mudah," kata Eko kepada KONTAN, kemarin.

Sumber : Kontan 06 Februari 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)