JAKARTA. Kumpulan saham pembagi dividen besar yang tergabung dalam IDX High Dividend 20 punya komposisi baru. Indeks ini biasanya menjadi acuan para dividend hunter untuk menyaring saham-saham pembagi dividen yang likuid dan punya prospek menarik. Tapi dalam rebalancing kali ini, susunan baru konstituen IDX High Dividend 20 mendapat sorotan pelaku pasar. Pasalnya, yield dividen emiten yang baru masuk ke daftar ini, justru tak terlampau tinggi. Asal tahu saja, dalam evaluasi mayor yang berlaku 5 Februari 2024 hingga 4 Februari 2025 itu, ada tujuh saham yang keluar dan masuk dari indeks ini. Tujuh saham yang keluar dari IDX High Dividend 20 justru punya potensi memberikan yield cukup tinggi. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Handiman Soetoyo mengatakan, evaluasi mayor IDX High Dividend 20 kali ini berada di luar ekspektasi. Hitungan Handiman, tujuh saham yang keluar dari indeks ini justru punya rentang yield dividen sekitar 8%-20%. Sebaliknya, seluruh saham penghuni baru justru berpotensi memberikan imbal hasil dividen di bawah 5%. Hanya SMGR yang memberikan yield di level 4%, tertinggi di antara yang lain.
Bahkan, BRPT dan TPIA cuma menawarkan yield di bawah 1%. TPIA juga baru membagikan dividen tahun lalu, yang berasal dari laba bersih tahun 2021 karena emiten ini masih mencetak rugi. "Perlu dipertanyakan mengapa dengan historis yield yang rendah, bursa memasukkan saham-saham ini ke IDX High Dividend 20 tahun ini," kata Handiman. Di sisi lain, Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, definisi "high dividend" lebih mengarah pada besaran dividend payout ratio (DPR) yang di atas 30%. Sehingga untuk tingkat dividen yield tergantung pada rasio price earning ratio (PER) saham. Jika PER besar, maka dividen yield-nya semakin kecil.
Bukan dividen semata
Toh, otoritas bursa tetap berkukuh hasil kocok ulang IDX High Dividend 20 ini sudah sesuai dengan seluruh kriteria dalam evaluasi indeks. Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, kriteria saham masuk dalam IDX High Dividend 20 adalah dividend yield tiga tahun terakhir, nilai perdagangan di pasar reguler selama 3, 6 dan 12 bulan terakhir serta kapitalisasi pasar dan free float. Berdasarkan kriteria tersebut, saham-saham yang keluar dari IDX High Dividend 20 seperti BSSR tidak masuk dalam top 20 konstituen indeks. "Sementara TPIA, UNVR dan saham yang baru masuk ada dalam top 20 sehingga masuk dalam indeks," tegas Jeffrey. Handiman juga mengingatkan bahwa saham-saham IDX High Dividend 20 tidak selalu menawarkan yield tinggi. Misalnya pada tahun 2023, 6 dari 20 saham penghuni indeks ini cuma menawarkan yield di bawah 5%, bahkan dua di antaranya kurang dari 3%. Untuk saham yang menjadi anggota IDX High Dividend 20, Alfred menjagokan PTBA. Di sisi lain, meski tersingkir dari IDX High Dividend 20, Alfred tetap melirik HEXA dan MPMX sebagai pilihan menarik. Masih dari saham yang tersisih, Sukarno justru menilai BJBR dan BJTM masih layak koleksi. Sedangkan untuk pendatang baru, Sukarno Alatas, Analis Kiwoom Sekuritas memilih ICBP, SMGR dan KLBF.
Sumber : Kontan 31 Januari 2024