JAKARTA. Era suku bunga tinggi memacu sejumlah bank digital mengerek tingkat bunga simpanannya. Langkah ini dilakukan bank digital sebagai strategi menghadapi persaingan ketat dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK). Maklumlah, pengetatan likuiditas masih menghantui perbankan di Tanah Air. Saat ini rata-rata bunga simpanan deposito bank digital ada di kisaran 5% sampai 6% per tahun. Bahkan ada yang menawarkan bunga di atas 8% per tahun (lihat tabel). Ambil contoh Krom Bank Indonesia Tbk. Bank digital ini menawarkan suku bunga hingga 8,75% per tahun dan 7,5% untuk tenor tiga bulan. Selain Krom Bank, Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) juga mematok suku bunga deposito 8% per tahun. Suku bunga deposito Krom dan Bank Neo Commerce lebih tinggi dari ratarata bunga simpanan bank KBMI 4. Contohnya Bank Central Asia (BCA) dan Bank Mandiri, yang menawarkan bunga deposito 2%-3% per tahun. Deretan bank digital lain yang menawarkan bunga deposito 6% per tahun adalah Superbank, Allo Bank Indonesia, dan Seabank. Sementara Bank Jago, Jenius BTPN, Bank Raya, Bank Saqu menawarkan bunga di angka 5%.
Meski menggiurkan, namun besaran bunga deposito ini tidak dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) karena melewati batas bunga penjaminan di level 4,25%. Toh, tingginya bunga simpanan masih menjadi daya tarik bank digital. Hal itu tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga sejumlah bank digital. Semisal Bank Neo Commerce yang per November 2023 mengoleksi DPK Rp 14,39 triliun, naik 2,78% year on year (yoy) dari sebelumnya Rp 14 triliun. Dari total DPK itu, deposito Bank Neo Commerce menyumbang porsi hingga sebesar Rp 10,35 triliun. Pertumbuhan DPK juga dialami total Super Bank Indonesia (Superbank). Sampai November 2023, DPK Superbank tembus Rp 639,35 miliar, naik 58,45% yoy dari Rp 403,51 miliar. Saat ini Superbank menawarkan bunga deposito 6% per tahun. Pejabat Sementara (Pjs) Direktur Utama Bank Neo Commerce, Aditya Windarwo mengatakan, tahun ini bank yang melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham BBYB ini akan terus menggenjot DPK. Ini terutama mengerek porsi dana murah (CASA) untuk menjaga biaya dana atau cost of fund (CoF). Salah satu strategi yang akan ditempuh BBYB, antara lain, melakukan edukasi dan promosi terkait produk-produk unggulannya seperti tabungan Neo Now dan deposito Neo Wow. "Tahun ini kami belum ada rencana untuk menaikkan lagi besaran bunga simpanan. Kami akan monitor secara berkala," kata Aditya, Sabtu (13/1).
Setali tiga uang, PT Bank Jago Tbk (ARTO) juga optimistis dapat menjaga pertumbuhan DPK pada tahun ini. Direktur Kepatuhan & sekretaris Perusahaan Bank Jago Tjit Siat Fun mengatakan, bank ini akan melaksanakan kolaborasi bersama mitra strategis seperti GoTo dalam menawarkan produknya. Hingga kuartal III-2023, total DPK Bank Jago berjumlah Rp 10,1 triliun, dengan porsi dana murah Rp 7,2 triliun atau setara 71,4%. "Ke depan kami akan terus memperdalam kolaborasi dengan ekosistem yang sudah ada maupun memperluas kolaborasi dengan ekosistem baru untuk genjot DPK," kata Tjit. Sementara itu Allo Bank Indonesia Tbk menargetkan DPK bisa tumbuh dua digit di tahun ini. Per September 2023, total DPK Bank Allo mencapai Rp 4,89 triliun, naik 19,94% secara tahunan. Dari total DPK itu, CASA Bank Allo naik 126,82% secara tahunan menjadi Rp 633,7 miliar. Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan, strategi Allo Bank untuk tumbuh adalah terus mengembangkan solusi perbankan yang sederhana dan berdampak bagi semua aspek kehidupan nasabah. Tahun lalu Allo Bank baru meluncurkan Allo Grow. "Produk ini dapat memberikan keleluasaan kontrol finansial bagi generasi muda yang modern namun tetap fokus terhadap kebebasan finansial," kata Indra.
Sumber : Kontan 15 Januari 2024
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |