Saham Gocapan, Bagai Jamur di Musim Hujan

Senin, 15 Jan 2024

JAKARTA. Jumlah saham tidur yang mangkrak di level terendah Rp 50 alias gocap bak cendawan di musim hujan. Saham-saham penghuni zona gocap ini tak cuma berasal dari saham-saham emiten kecil ataupun yang saham dengan free float mini. Saham-saham milik para konglomerat juga banyak yang terkapar di zona gocap. Sejumlah saham itu bahkan punya jumlah kepemilikan publik yang lumayan besar. Dari data Bloomberg, jumlah saham yang ngepas di level gocap per 12 Januari 2024 sebanyak 120 saham. Jumlah ini naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 72 saham. Nah, dari 72 saham yang mangkrak di zona gocap pada tahun lalu, sebagian saham ambles di bawah Rp 50, bahkan ada yang menyentuh Rp 2 per saham. Jika ditotal, saham-saham yang berada di zona gocap punya nilai kapitalisasi pasar sekitar Rp 66,4 triliun. Jumlah ini belum termasuk saham-saham yang turun naik tak jauh dari Rp 50 per saham (lihat infografik). Perlu dicatat juga, tak semua saham gocap ini mendapat cap notasi khusus ataupun berada di papan pemantauan khusus. Beberapa saham ini merupakan emiten holding grup besar, seperti PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) dari Grup MNC dan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dari Grup Bakrie.

Lalu, ada saham Grup Sinarmas, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Masih dari konglomerasi milik taipan Hary Tanoesoedibjo, PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) kini tertidur di Rp 50. Ada saham yang terafiliasi Erick Thohir, PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) juga berkubang di zona gocap. Padahal di hari yang sama tahun lalu, saham MARI berada di harga Rp 124 per saham. Penghuni level gocap lainnya mayoritas diisi saham-saham anyar yang belum lama melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham-saham baru ini juga kebanyakan masuk ke papan akselerasi. Di papan ini, harga saham bisa longsor ke bawah Rp 50. CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo mengatakan, dari sekitar 120 saham yang bersarang di level gocap, sebanyak 30 saham tidak memiliki notasi khusus. Sementara 89 saham punya notasi khusus. Sebanyak 48 di antaranya memiliki status "X" atau ada di papan pemantauan khusus. Bursa Efek Indonesia (BEI) sendiri membuat Papan Pemantauan Khusus ini sebagai perlindungan investor, agar investor bisa lebih mudah mengetahui kondisi likuiditas dan fundamental emiten sebelum berinvestasi.

Duit bisa menguap

Semakin banyak saham gocap di bursa, makin banyak pula duit investor yang nyangkut. Potensi kerugian investor bisa semakin besar jika saham-saham ini kembali turun. Bahkan duit investor bisa menguap. Sebelumnya Kontan menulis, harga saham di bawah Rp 50 bikin investor tekor Rp 9,4 triliun (Harian KONTAN, 11 Januari 2024). Praska menilai, BEI perlu lebih proaktif mendorong keterbukaan publik untuk mewujudkan prinsip perlindungan investor. Khususnya saham-saham yang berada di level fraksi harga terbawah, termasuk level Rp 50 per saham untuk waktu relatif lama. "Emiten-emiten ini seharusnya memberi paparan keterbukaan publik terkait prospek atau rencana bisnis emiten ke depan. Jadi investor dapat menilai atau mendapat kejelasan prospek harga sahamnya ke depan," ujar Praska ke KONTAN Minggu (14/1). Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas mengatakan, penyebab utama saham tertidur di gocap adalah faktor fundamental, ada penurunan kinerja atau merugi. Termasuk untuk saham yang tergolong masih baru di bursa, Sukarno menyarankan investor jeli mencermati kepemilikan publiknya. Jika porsi publik di atas 50% dan sahamnya mangkrak di zona gocap, pelaku pasar sebaiknya waspada, karena market maker sulit menggerakkan saham tersebut. "Ketika minim sentimen beriringan pelaku pasar menilai waktunya jual, perspektif itu menekan harganya lebih kuat," terang Sukarno. Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani menimpali, saham-saham gocap identik dengan persepsi saham gorengan. Pergerakan harga sering tidak wajar, lalu kembali ke Rp 50, terutama setelah profit taking.Kepala Riset Praus Capital, Marolop Alfred Nainggolan bilang, sentimen penggerak harga saham gocap lebih sulit terprediksi. Jadi sebaiknya melirik saham lain saja.

Sumber : Kontan 15 Januari 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)