Para Wanita Triliuner Indonesia

Selasa, 26 Dec 2023

JAKARTA. Daftar orang terkaya di Indonesia yang selama ini beredar di publik selalu didominasi kaum Adam. Padahal, seiring dengan peringatan Hari Ibu yang jatuh setiap 22 Desember, ada sederet ibu dan perempuan yang memiliki kekayaan dengan nilai luar biasa, bahkan tak kalah dengan taipan-taipan yang selama ini dikenal luas. Sebagian dari mereka tak kaya mendadak karena harga sahamnya melonjak tak karuan. Melainkan memang meniti usaha dari nol. Sebagian lagi memang sudah kaya raya dari sananya, juga dikenal dengan istilah old money. Namun, apapun itu, tanpa usaha mereka sendiri, sulit rasanya bisa melihat perempuan-perempuan hebat ini berada di posisinya sekarang. Di posisi puncak perempuan terkaya di Indonesia, ada nama Nancy Pangestu Tabardel. Nilai kekayaan anak kedua Prajogo Pangestu, itu melejit seiring dengan melambungnya harga saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Nancy Pangestu merupakan pemegang saham tak langsung BREN via Green Era Energy Pte Ltd. Ia juga menjabat direktur di entitas yang berbasis di Singapura itu. Perhitungan KONTAN, kepemilikan efektif Nancy di BREN sebanyak 26,53 miliar saham atau 19,83%. Nilai aset sebanyak itu, jika dihitung menggunakan harga saham BREN pada Jumat (22/12) mencapai Rp 198,96 triliun. Melejit 861,54% dibanding dengan posisi harga perdana saat IPO. Di posisi kedua ada Dewi Kam, yang makin kaya raya berkat saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Merujuk data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dewi Kam adalah pemilik 99,56% saham PT Sumber Suryadaya Prima. Entitas yang disebut terakhir ini adalah pemegang 10% saham BYAN.

Nah, jika dihitung kepemilikan efektif Dewi Kam atas saham BYAN mencapai sekitar 3,32 miliar saham atau setara 9,96%. Nilainya sebesar Rp 64,71 triliun. Sebagai catatan, PT Sumber Suryadaya Prima memborong 10% saham BYAN pada 27 Oktober 2017. Kala itu banderolnya Rp 5.309 per saham sehingga total nilai transaksinya mencapai Rp 1,77 triliun. Seiring dengan stock split tahun lalu, jumlah saham BYAN yang dimiliki PT Sumber Suryadaya Prima pun bertambah 10 kali lipat. Sementara harga saham BYAN sudah nongkrong di Rp 19.500 per saham. Alhasil, nilai aset saham itu pun sudah berbiak hingga 3.556,85%. Sosok menarik lain yang jarang muncul ke permukaan ialah Farida Bau. Eks bankir kawakan ini merupakan pengendali PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) melalui PT Candrakarya Multikreasi. Farida Bau juga menjadi pengendali PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) melalui PT Bakti Taruna Sejati dan PT Inovasi Mas Mobilitas. Tak cuma sekadar jadi pemegang saham, ia juga memegang jabatan Komisaris Utama IBST sejak 2011 hingga saat ini. Daftar 10 besar perempuan terkaya di Indonesia juga diisi oleh tiga perempuan pemilik PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Mereka adalah Theresia Harsini Setiady, Gerda Veronica dan Maria Karmila. Total nilai aset saham KLBF milik ketiganya mencapai sekitar Rp 21,87 triliun. Theresia dan Maria bersama sejumlah saudaranya yang lain merupakan para pendiri KLBF pada tahun 1966.

Keluarga mendiang taipan Benny Subianto juga ada di daftar ini. Total nilai kekayaan istri dan tiga anak perempuan Benny mencapai Rp 12,21 triliun. Sumbernya berasal dari kepemilikan tidak langsung saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dan PT Triputra Agro Persada (TAPG) lewat PT Persada Capital Investama, perusahaan yang didirikan Benny Subianto setelah pensiun dari Grup Astra pada tahun 2002. Perhitungan KONTAN, sekitar Rp 6,15 triliun atau setengah dari kekayaan itu dipegang istri Benny, yakni Meity Subianto. Sementara putri sulung mereka yang kini menjadi otak dan motor bisnis keluarga, Arini K. Subianto memiliki aset saham senilai Rp 2,16 triliun. Meski terlihat menggiurkan, tak berarti seluruh saham koleksi para perempuan triliuner itu menarik untuk dibuntuti. Saham IBST, misalnya, perdagangannya tak likuid. Selain itu, pengamat pasar modal Teguh Hidayat menunjuk saham yang tak menarik itu adalah BREN, BYAN dan DCII. Alasannya bukan karena urusan fundamental. "Tapi karena kenaikan harga sahamnya tidak wajar," kata dia.

Budi Frensidy juga tak melihat saham BYAN sebagai pilihan yang menarik. Ini jika dibanding dengan ADRO dan saham batubara lainnya seperti ITMG. "SSIA juga sudah lama tertekan karena labanyatidakkonsisten," ujar pengamat pasar modal itu. Menurut Budi, saham yang masih menarik dan murah valuasinya dilihat dari price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV), juga dividend pay out ratio adalah ADRO, MPMX, dan TAPG. Meskipun, khusus soal ADRO dan TAPG diakuinya sangat tergantung pergerakan harga komoditas di pasar global. Data RTI per Jumat (22/12) PER ADRO, MPMX dan TAPG masing-masing di 3,30 kali, 8,18 kali, dan 7,29 kali. Sedang PBV ketiganya masing-masing 0,79 kali, 0,76 kali, dan 1,03 kali. Sementara Teguh melihat KEJU sebagai pilihan yang bisa dicermati. Emiten ini merupakan produsen keju Prochiz, penguasa pasar nomor dua setelah Kraft. MPMX juga bisa menjadi pilihan. Selain mempunyai fundamental bisnis dan keuangan yang bagus, emiten saham yang dikendalikan Saratoga itu rajin membagikan dividen saban tahun. Kedua saham ini, imbuh Teguh, menarik untuk disimpan untuk jangka waktu menengah hingga panjang. Dalam durasi tersebut, ia memprediksi saham KEJU berpeluang mencapai Rp 1.500 per saham. Sementara saham MPMX berpotensi kembali ke Rp 1.300–Rp 1.400 per saham.

Sumber : Kontan 26 Desember 2023

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)