Peningkatan Konsumsi Domestik Jadi Kunci Pemulihan Tiongkok 2023

Senin, 16 Jan 2023

BEIJING, ID – Upaya meningkatkan konsumsi domestik akan menjadi hal yang sangat penting untuk rencana pemulihan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di tahun ini. Di antaranya memulihkan impor yang hanya naik 1,1% pada 2022 setelah turun tajam dari tingkat pertumbuhan 30% pada 2021. Pembelian batu bara dan tembaga Tiongkok juga dilaporkan turun pada Desember tahun lalu akibat melambatnya aktivitas industri menyusul lonjakan infeksi Covid-19. Para pembuat kebijakan sendiri telah berjanji untuk meningkatkan bantuan bagi perekonomian dengan tujuan mendukung pertumbuhan dan meredakan gangguan yang disebabkan oleh berakhirnya pembatasan Covid-19 secara tiba-tiba. Di sektor properti, khususnya, pihak berwenang mengambil langkah-langkah untuk meredakan krisis pendanaan yang melumpuhkannya, supaya dapat menghidupkan kembali penjualan rumah dan mendorong impor bahan industri dari bijih besi hingga tembaga. Lloyd Chan, ekonom senior di Oxford Economics, berharap bakal ada lebih banyak dukungan untuk para pengembang properti dan rumah tangga. Tetapi, sepertinya, perdagangan bersih masih cenderung menjadi penghambat pertumbuhan Tiongkok di tahun ini.

“Peningkatan jangka pendek apa pun tidak memungkinkan karena sentimen domestik yang lemah dan lonjakan Covid yang sedang berlangsung,” ujarnya dilansir Reuters pada Jumat (13/1/2023). Sebagai informasi, ekspor Tiongkok dilaporkan turun tajam pada Desember tahun lalu akibat permintaan global yang lemah. Kondisi tersebut menegaskan risiko pemulihan ekonomi di Negeri Tirai Bambu itu untuk tahun ini. Meski demikian, penurunan impor yang lebih moderat telah memperkuat pandangan bahwa permintaan domestik perlahan akan pulih dalam beberapa bulan mendatang. Untuk impor diprediksi mampu mengatasi gelombang permintaan yang terpendam setelah Tiongkok mengurangi langkah-langkah keras terkait Covid-19 pada Desember. Sedangkan ekspornya terlihat melemah seiring memasuki tahun baru karena ekonomi global sedang berada di ambang resesi. “Pertumbuhan ekspor yang lemah menyoroti pentingnya meningkatkan permintaan domestik sebagai pendorong utama ekonomi pada 2023,” kata Zhiwei Zhang, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management. Ia menambahkan pasar berharap bahwa Pemerintah Tiongkok mengumumkan lebih banyak kebijakan demi mendukung konsumsi.

Data bea cukai yang dirilis, Jumat menunjukkan ekspor turun 9,9% year-on-year (yoy) pada Desember, melanjutkan penurunan 8,7% pada November, meskipun sedikit melampaui ekspektasi. Penurunan tersebut diklaim merupakan yang terburuk sejak Februari 2020. Berdasarkan perhitungan Reuters dari data resmi angka permintaan dunia yang goyah juga dicerminkan lewat penurunan pengiriman ke[1]luar negeri ke Amerika Serikat (AS) sebanyak 19,5% pada Desember, sedangkan pengiriman ke Uni Eropa (UE) merosot 17,5%. Meskipun pengiriman turun tajam dalam beberapa bulan terakhir, total ekspor Tiongkok naik 7% pada 2022 berkat perdagangan yang kuat dengan negara-negara Asia Tenggara serta ledakan ekspor kendaraan energi baru. Hanya saja, tingkat pertumbuhan masih jauh dari kenaikan 29,6% yang dicatat pada 2021. Impor bulan lalu dilaporkan turun 7,5%, lebih lemah dari penurunan 10,6% di November dan lebih baik dari perkiraan penurunan 9,8%. Surplus perdagangan Tiongkok dilaporkan mencapai puncaknya sepanjang masa sebesar US$ 877,6 miliar, tertinggi sejak pencatatan dimulai pada1950, dibandingkan perolehan US$ 670,4 miliar pada 2021. Kementerian Perdagangan (Kemdag) Tiongkok pada Kamis (12/1/2023) menyampaikan, permintaan eksternal yang melambat dan meningkatnya risiko resesi global menimbulkan tekanan terbesar bagi stabilisasi perdagangan negara, juga meninggalkan tugas yang berat. Survei aktivitas pabrik resmi menunjukkan sub-indeks pesanan ekspor baru masih di area kontraksi selama 20 bulan berturut-turut.

Pihak berwenang Kemdag menjelaskan, provinsi pengekspor utama melaporkan telah melihat beberapa peningkatan dalam mendapatkan pesanan baru. Ini terjadi tiga tahun setelah otoritas Tiongkok akhirnya menghapus pembatasan anti-virus yang mengganggu logistik pelabuhan dan menutup pabrik di pusat manufaktur utama. Para analis yang disurvei Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi RRT pulih menjadi 4,9% pada 2023, sebelum stabil pada 2024. Ekonomi kemungkinan hanya tumbuh 2,8% pada 2022 di tengah meluasnya penguncian, jauh di bawah target resmi sekitar 5,5%. Sementara itu, data PDB kuarta IV dan 2022 dijadwalkan rilis pada 17 Januari. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva sempat menuturkan proyeksi bahwa Tiongkok bakal menjadi kontributor bersih bagi ekonomi global di pertengahan 2023, Ia pun telah mendesak Tiongkok untuk tetap berada di jalur yang membalikkan kebijakan nol-Covid sebelumnya. Di sisi lain, para analis di Bank of America memperkirakan konsumsi Tiongkok rebound lebih cepat dan lebih tajam daripada yang terlihat di negara Asia lainnya. Tetapi beberapa produsen memilih mewaspadai tentang prospek tersebut.

Sumber: Investor Daily, 16 Januari 2023


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)