Prospek Besar Allo Bank di Tengah Ekosistem Multiverse

Kamis, 07 Jul 2022

JAKARTA – PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) memiliki prospek yang besar seiring bergabungnya bank digital milik CT Corp ini ke dalam beberapa ekosistem multiverse. Optimisme perseroan kian bertambah pasca meluncurkan aplikasi resminya pada Mei 2022.

 

Analis Samuel Sekuritas Paula Ruth Prawinoto mengatakan, BBHI telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, serta menjadi bagian dari sejumlah ekosistem, yang memberikan peluang basis pengguna serta digital touchpoint yang cukup besar dalam jangka panjang. Beberapa ekosistem tersebut antara lain CT Corp (gaya hidup, keuangan, F&B, media, dan lainnya), Bukalapak (e-commerce, fintech, dan lainnya), serta grup lainnya (Salim, Traveloka, Grab). “Didukung dengan sejumlah kerja sama tersebut, kami memperkirakan BBHI akan membukukan pertumbuhan luar biasa dalam total jumlah pengguna, melesat 171% yoy dari 3,5 juta di 2022 menjadi 9,5 juta pada 2023. Ini dibandingkan sekitar 1 juta pada Mei 2022. Adapun aplikasi BBHI pertama kali diluncurkan pada 20 Mei 2022,” papar Paula dalam riset terbarunya. Setelah peluncuran resmi aplikasinya di Mei 2022, yang telah diuji coba secara terbatas sekitar akhir 2021, BBHI akan terus memperkuat fitur digitalnya. Manajemen menyebutkan bahwa mereka menemukan beberapa fitur dalam aplikasinya yang masih dapat ditingkatkan. Paula menyatakan, pihaknya tetap optimistis perseroan dapat meningkatkan produk dan pengalaman pengguna secara bertahap. Mengingat BBHI masih berupaya meningkatkan aplikasinya secara bertahap, saat ini analis mengasumsikan rata-rata saldo simpanan per pengguna BBHI lebih rendah dibandingkan dengan bank digital lain yang didukung ekosistem. “Proyeksi dari Samuel Sekuritas untuk periode 2022-2023 yakni saldo sebesar Rp 1,2-1,4 juta atau sekitar 19-29% lebih rendah dari segmen konvensional Bank Jago (ARTO),” ungkap Paula. Lebih lanjut, Paula optimistis bottom line BBHI positif, meski minim momentum pertumbuhan. “Kami memperkirakan BBHI mampu mencatat laba positif di sepanjang 2022, dengan asumsi sinergi dengan ekosistem berbuah positif dan terkelolanya biaya provisi,” ujar dia. Namun, kata Paula, ada potensi ketidakpastian terkait momentum pertumbuhan laba di 2022 akibat proses transformasi BBHI menjadi bank digital selama tahun ini, termasuk transfer aset & liabilitas (kemungkinan terkait dengan perbankan non-digital) ke Bank Mega. “Kami memperkirakan momentum pertumbuhan laba inti akan membaik di 2023, naik 5% secara tahunan dibanding minus 15% pada tahun ini,” tandas dia.

Dengan sejumlah faktor tersebut, Samuel Sekuritas merekomendasikan hold saham BBHI dengan target harga Rp 4.100. Target tersebut didapat dengan menggunakan rasio perbandingan EV/revenue dengan potensi pertumbuhan tahunan (CAGR) pendapatan untuk 2023-2025 sebesar 1,3 kali, dan akan turun menjadi 1 kali untuk 2025. “Kami memperkirakan, pertumbuhan pendapatan BBHI akan mencapai 55,9% CAGR untuk tahun 2023-2025. Target tersebut juga mencerminkan pendapatan dari pengguna aplikasi tahun depan mencapai Rp 9 juta, atau 29% lebih rendah dari rata-rata bank digital global, kecuali Indonesia,” kata Paula. Angka tersebut didapat dengan mempertimbangkan proses transformasi yang sedang berlangsung dan waktu yang diperlukan untuk mengembangkan aplikasi dan/ atau memperkuat kolaborasi dengan ekosistemnya. Adapun risiko dari rekomendasi ini adalah pendapatan non-inti dan eksekusi yang lebih cepat dari perkiraan.

Sebelumnya, CT Corp resmi meluncurkan aplikasi bank digital bernama Allo Bank pada 20-22 Mei 2022. Ultimate Shareholder Allo Bank Indonesia Chairul Tanjung (CT) menargetkan, bakal ada 1 juta orang menjadi pengguna Allo Bank seminggu setelah aplikasi itu dirilis. “Kami targetkan 1 juta dalam 1 minggu pertama launching. Harapannya ada 10, 20, 30 dan bisa sampai 50 juta konsumen yang terdaftar jadi nasabah Allo Bank,” kata Chairul Tanjung. CT melanjutkan, untuk setahun pertamanya, Allo Bank ditargetkan memiliki sekitar 10 juta pengguna. Jumlah itu akan bertambah di tahun-tahun berikutnya, hingga bisa mencapai 50 juta pengguna. “Satu tahun kami menargetkan 10 juta, satu tahun pertama,” ujar CT. Meskipun demikian, saham BBHI sempat anjlok pasca rilis aplikasi digital tersebut. Penurunan harga saham BBHI berlangsung sejak bank digital milik pengusaha Chairul Tanjung ini meluncurkan aplikasi resminya pada acara Allo Bank Festival (Allo Fest) pada 20-22 Mei. Peluncuran tersebut sempat mengundang ratusan ribu penonton dan menghadirkan artis mancanegara dari Korea Selatan hingga artis dalam negeri.Namun, sejak peluncuran aplikasi, dalam beberapa hari saham BBHI telah turun 18,8% dan kehilangan kapitalisasi pasar sebesar Rp 20 triliun, dari Rp 109 triliun menjadi Rp 89,09 triliun. Bila dibandingkan dengan posisi tertinggi tahun ini di Rp 7.300, saham BBHI telah anjlok 43,83%. Meski sudah turun dalam, valuasi harga saham ini tergolong mahal dibandingkan dengan rata-rata saham bank digital di Indonesia. Price to book value ratio (PBV) saham BBHI berada di 14,48 kali, sementara bank di Indonesia berada di sekitar 2 kali. Sementara itu price to earning ratio (PER) BBHI berada di 296,95 kali. Berdasarkan data Google Playstore, hingga hari ini aplikasi Allo bank telah diunduh lebih dari 500 ribu kali.

Sumber: Investor Daily (7 Juli 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)