JAKARTA – PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 43,25 juta atau setara Rp 629,32 miliar pada kuartal I-2022, melesat 470% dibanding periode sama tahun lalu yang rugi US$ 11,68 juta. Kenaikan laba ini seiring tingginya harga jual batu bara yang berdampak pada peningkatan pendapatan emiten grup Bakrie tersebut.
“Terlepas dari kondisi pandemi saat ini yang berdampak pada sektor batu bara, BUMI dapat menjaga kegiatan operasional yang mendekati normal. BUMI berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 32,6% di kuartal I-2022 menjadi US$ 1,37 miliar dibanding kuartal I-2021 sebesar US$ 1,04 miliar, dan tren ini masih berlanjut,” kata Director & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava dalam keterangan resminya, Rabu (1/6/2022). Dileep menegaskan, pihaknya selalu memastikan yang terbaik untuk menjaga produksi mendekati normal, seiring dengan menurunnya pandemi Covid-19. “Hujan deras dan efek La Nina di area pertambangan berimbas pada penurunan produksi kuartal I-2022 sebesar 16% menjadi 16,3 metrik ton (MT) dibanding periode sama tahun lalu 19,3 MT. Namun, harga jual rata-rata meningkat 59% dari US$ 53,1 per ton di kuartal I-2021 menjadi US$ 84,5 per ton pada kuartal I-2022,” ungkap dia. Dileep menjelaskan, peningkatan tersebut sejalan dengan pemulihan harga batu bara global dan tren bullish saat ini yang dipicu oleh ketidakseimbangan pasokan dan telah membawa harga batu bara ke level tertinggi dalam 10 tahun. “Dengan membaiknya sektor batu bara dan tren kenaikan harga batu bara yang masih berlanjut pada kuartal II-2022, perseroan berharap dapat meningkatkan kinerjanya secara signifikan di tahun 2022. Meskipun, masih terdapat berbagai macam tantangan, baik global maupun domestik yang memengaruhi pemulihan ekonomi Indonesia,” ujar dia. Dileep mengatakan, produksi batu bara di tambang anak usaha yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) diperkirakan mencapai 55-57 MT pada tahun ini. Sementara produksi batu bara di tambang anak usaha lainnya yakni PT Arutmin Indonesia akan mencapai 26- 29 MT hingga akhir tahun. “Harga batu bara KPC pada 2022 akan berkisar US$ 120-150 per ton, dan untuk Arutmin sebesar US$ 80- 100 per ton. Sementara untuk biaya yang dikeluarkan KPC sekitar US$ 40-45 per ton dan Arutmin US$ 28-34 per ton,” ujar dia.
Pada 11 April 2022, Bumi Resources telah melakukan pembayaran atas pokok utang jangka panjang Tranche A senilai US$ 63,57 juta. Perseroan juga membayar bunga dari utang tersebut sebesar US$ 4,25 juta. BUMI juga mendapat persetujuan pemegang saham untuk melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement sebanyak 138,76% dari modal perseroan. Aksi korporasi yang telah disetujui dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Jumat (14/1/2022) tersebut, dilakukan untuk memperbaiki posisi keuangan Bumi Resources. Perusahaan batu bara terbesar di Indonesia itu berencana melangsungkan penerbitan saham baru (seri C). Selain itu, perseroan akan melaksanakan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) atau private placement dalam rangka mengonversi obligasi wajib konversi (OWK). Manajemen BUMI menjelaskan, private placement ini dilakukan karena Bumi Resources memiliki modal kerja negatif dan liabilitas melebihi 80% dari aset perseroan. Pada Juni 2021, BUMI memiliki modal kerja bersih negatif US$ 805,44 juta. Modal kerja negatif ini berasal dari aset lancar konsolidasi sebesar US$ 466,21 juta dikurangi kewajiban lancar sebesar US$ 1,27 miliar. Sementara liabilitas mencapai US$ 3,3 miliar atau lebih dari 80% dibandingkan total aset sebesar US$ 3,52 miliar. Selanjutnya, sebagai tindak lanjut restrukturisasi, Bumi Resources sudah menerbitkan Obligasi Wajib Konversi (OWK) sebesar Rp 8,45 triliun yang ditawarkan dalam 8,45 triliun unit OWK. Sampai saat ini, BUMI sudah menerima permintaan konversi sebanyak 2,51 triliun unit OWK yang sebagian besar diajukan oleh Innovate Capital Pte Ltd. Dengan adanya pelaksanaan private placement ini, pemegang saham yang tidak mengambil bagiannya akan terdilusi sebesar 58,12%. Sementara pemegang saham perseroan sebelum private placement terdiri dari HSBC-Fund SVS A/C Chengdong Investment Corp-Self sebesar 19,99%, Bambang Sihono 5,99%, PT Damar Reka Energi 3,1%, Credit Suisse AG Branch 2,19%, OCBC Securities Pte Ltd-Client 1,87% dan masyarakat 66,86%.
Sumber: Investor Daily (2 Juni 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |