Emiten distributor kendaraan bermotor PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX) optimistis dapat mempertahankan target kinerja pada 2022. Mitra Pinasthika Mustika menargetkan pertumbuhan pendapatan 15% pada tahun ini.
Direktur Mitra Pinasthika Mustika Beatrice Kartika mengatakan dari seluruh lini bisnis MPMX, segmen retail masih mendominasi pendapatan perseroan. Dia menyebut, segmen retail melalui penjualan kendaraan bermotor menyumbang pendapatan sebesar 90%, dengan sisanya disumbang oleh transportasi sebesar 8%, dan asuransi sebesar 2%. “Kami dari manajemen akan berupaya meningkatkan pendapatan dari linis bisnis kami yang lain. Di samping itu, manajemen juga tetap mencari bisnis-bisnis baru yang dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan perusahaan secara keseluruhan,” ujar Beatrice dalam paparan publik, Rabu (18/5). Beatrice melanjutkan untuk tahun ini pihaknya menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp600 miliar—Rp700 miliar. Hingga kuartal I/2022, emiten yang terafiliasi dengan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) itu telah menyerap capex 25%—30%. Sebagian besar dari belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk pembelian unit mobil dan peremajaan mobil di bisnis penyewaan mobil perseroan, MPM Rent. Lalu, sekitar 10%—15% akan dialokasikan untuk program-program inisiatif digital perseroan, termasuk untuk berinvestasi ke perusahaan rintisan atau startup. Head of Digital Investment Mitra Pinasthika Mustika Budiman Wikarsa mengatakan untuk investasi ke startup ini, MPMX telah memiliki strategi tersendiri. Selama ini, dia menyebut MPMX berinvestasi ke startup sebagai limited partner (LP) kepada salah satu venture capital di Indonesia. Upaya itu dilakukan perseroan karena MPMX tengah mempelajari bisnis startup Indonesia yang berhubungan dengan operating company perseroan. Budiman menuturkan, sejak 2020 MPMX telah berinvestasi sebagai LP ke salah satu modal ventura di Indonesia.
“Dari sana kami pelajari, dan melihat startup mana saja yang bisa melakukan sinergi dan pengembangan bisnis kami,” tuturnya. Sementara itu, hingga kuartal I/2022, Beatrice menyebut seluruh lini bisnis MPMX menunjukkan kinerja yang baik. Akan tetapi, segmen distribusi dan retail perseroan melalui MPM Mulia mengalami penurunan, akibat menurunnya pasokan sepeda motor. “Tetapi hal ini kami perkirakan akan berangsur normal akhir kuartal II/2022,” ucapnya. Beatrice melanjutkan, lini bisnis transportasi perseroan semakin membaik di kuartal I/2022. Total unit kendaraan yang tersedia untuk disewakan tersedia naik 7% year-on-year (YoY), menjadi kurang lebih 12.200 unit, dengan tingkat utilisasi meningkat di level 95%. Dia juga menyebut, penjualan mobil bekas menjadi kontribusi pendorong utama pendapatan MPM Rent. penjualan mobil bekas MPM Rent meningkat 16% secara tahunan pada kuartal I/2022. Segmen asuransi juga menunjukkan kinerja yang stabil, dengan MPM Insurance mencatatkan pendapatan bersih meningkat 8% pada kuartal I/2022 menjadi sekitar Rp73 miliar. Hal itu terutama disebabkan peningkatan premi bruto. Secara kumulatif, MPMX mengemas pendapatan Rp3,11 triliun pada 3 bulan pertama 2022. Realisasi itu menyusut 3,45% dari Rp3,23 triliun sepanjang kuartal I/2021. Kendati pendapatannya menurun, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk MPMX mengalami ekspansi dengan kenaikan 21,42% YoY menjadi Rp145,61 miliar per 31 Maret 2022.
Melihat kinerja MPMX, analis BCA Sekuritas Achmad Yaki Yamani menilai penurunan penjualan sepeda motor MPMX masih bisa ditutupi dari bisnis lainnya, seperti penjualan suku cadang, servis, penjualan mobil dan motor bekas, serta sewa kendaraan. “Jadi kinerja MPMX masih bisa disokong dari lini bisnis lainnya, karena penjualan mobil bekas, servis, dan suku cadang justru meningkat. Selain itu jasa sewa mobil juga meningkat,” kata Yaki kepada Bisnis, Rabu (18/5). Sementara itu, Tim Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyoroti dividen MPMX yang tebal dari kombinasi laba bersih 2021 dan sebagian laba ditahan pada 2021. Formulasi tersebut membuat dividend yield MPMX terbilang tinggi. “Selain itu, kami pikir bisnis distribusi otomotif MPMX seharusnya didorong oleh harga komoditas yang menguntungkan,” tulis Tim Riset Mirae Asset Sekuritas. Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegaang Saham (RUPS), Direktur MPMX Beatrice Kartika mengatakan perseroan akan mendistribusikan dividen sebesar Rp180 per saham setara dengan dividend yield 14%. Secara nominal, jumlah dividen itu lebih besar dibanding tahun buku 2020 sebesar Rp115 per saham. “Sesuai hasil RUPS luar biasa, dividen yang kami distribusikan Rp180 per saham, secara total kira-kira Rp800 miliar,” ujar Beatrice. Dividen itu setara dengan 194% dari laba bersih yang dikantongi MPMX pada 2021 yang tercatat sebesar Rp411,73 miliar. Hingga akhir tahun lalu, MPMX masih menggenggam saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar Rp2,99 triliun. Dengan kinerja tersebut, secara teknikal BCA Sekuritas melihat masih ada potensi beli terhadap saham MPMX, dengan target sekitar Rp1.380—Rp1.410. Sementara itu, analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana secara teknikal mencermati dalam jangka pendek, saham MPMX diperkirakan berpeluang menguat untuk menguji level area Rp1.320 dan Rp1.430 terlebih dahulu. “Namun demikian, pelaku pasar tetap harus mencermati Rp1.160 sebagai level supportnya sedangkan untuk jangka menengah dan panjangnya, silakan untuk beli saat melemah atau buy on weakness (BoW) apabila break dari support Rp1.160,” tutur Herditya. Di lantai bursa, saham MPMX parkir di level Rp1.255 pada akhir perdagangan Rabu (18/5). Sahamnya melaju di zona hijau dengan kenaikan 9,61% secara year-to-date (YtD).
Sumber: Bisnis Indonesia (19 Mei 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |