Kantong laba yang menggelembung sepanjang kuartal I/2022 membuat PT Harum Energy Tbk. (HRUM) percaya diri mengarungi tahun ini. Emiten pertambangan batu bara itu juga mendapat lampu hijau dari pemegang saham untuk melakukan stock split dalam waktu dekat.
Sepanjang Januari—Maret 2022, emiten bersandi saham HRUM itu mengantongi laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$62,8 juta. Raihan tersebut tumbuh 71,5% secara kuartalan atau 255% dibanding capaian kuartal I/2021 yang tercatat U$$17,69 juta. Moncernya laba bersih HRUM sejalan dengan pendapatan yang melesat 166,59% dari US$57,08 juta pada kuartal I/2021 menjadi US$152,17 juta pada 3 bulan pertama 2022. Lonjakan itu tak terlepas dari kenaikan rata-rata harga jual batu bara pada awal tahun ini. Aktivitas perdagangan batu bara mendominasi pendapatan HRUM dengan capaian sebesar US$149,3 juta. Disusul, pendapatan dari penyewaan alat berat sebesar US$966.491, jalan pengangkutan US$933.568, serta pendapatan segmen time, freight, dan voyage chartersebesar US$891.248. Sepanjang kuartal I/2022, HRUM tercatat memiliki dua pelanggan besar dalam aktivitas ekspor batu bara yang mencatatkan nilai transaksi lebih dari 10% dari jumlah pendapatan bersih, yaitu China Huaneng Group Fuel Co., Ltd sebesar US$96,21 juta dan Equentia Natural Resources Pte., Ltd sebesar US$17,06 juta. Secara historis, laba bersih HRUM pada kuartal I/2022 merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan periode yang sama sejak 2018. Bahkan, nilainya jauh melampaui prapandemi Covid-19 yang tercatat sebesar US$0,82 juta pada kuartal I/2019 dan US$6,37 juta pada kuartal I/2020. Kantong laba HRUM makin tebal karena perseroan juga membukukan laba yang berasal dari penyertaan modal di PT Infei Metal Industry (IMI) dan Nickel Mines Limited (NIC) sebesar US$11,9 juta per Maret 2022. Dividen tunai HRUM yang didapat dari investasinya di NIC mencapai US$2,4 juta. Di sisi kinerja operasional, pada kuartal I/2022, HRUM tercatat memproduksi 1 juta ton batu bara. Jumlah ini meningkat 28,3% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,8 juta ton.
Sayangnya, total volume penjualan batu bara HRUM pada kuartal I/2022 masih di kisaran 0,9 juta ton atau naik 7,7%. Hal itu karena imbas kebijakan larangan ekspor batu bara yang sempat diterapkan pemerintah pada Januari 2022. Lawrence Barki, Komisaris Utama Harum Energy, mengaku optimistis terhadap prospek usaha perseroan pada 2022. Pihaknya berharap tren kinerja yang positif pada 2021 dapat terus berlanjut, seperti peningkatan volume produksi dan efisiensi operasi. “Dewan Komisaris melihat bahwa investasi yang dilakukan perseroan pada industri nikel akan mulai dapat memberikan hasil pada 2022 yang akan mendukung kinerja dan pertumbuhan usaha Perseroan secara berkelanjutan dalam jangka panjang,” tuturnya dalam laporan tahunan 2021 yang dikutip Selasa (17/5). Sementara itu, Direktur Utama Harum Energy Ray Antonio Gunara menegaskan HRUM berencana untuk terus meningkatkan volume produksi. Pada 2022, HRUM menargetkan volume produksi batu bara naik dari realisasi 3,6 juta ton pada 2021 menjadi sekitar 4,5 juta—5 juta ton. Volume penjualan juga dipatok pada kisaran yang sama. Dengan asumsi harga batu bara menurut indeks GC Newcastle rata-rata di atas US$200 per ton selama 2022, HRUM membidik pendapatan di kisaran US$550,7 juta—US$610,6 juta. Proyeksi itu melompat tinggi dari realisasi US$336,2 juta pada 2021. Ray menambahkan HRUM akan melanjutkan investasi strategis ke sektor usaha nikel. Menurutnya, industri nikel memiliki prospek jangka panjang yang baik dan dapat menjadi sumber pertumbuhan pendapatan berikutnya bagi perseroan. Teranyar, HRUM mengumumkan akuisisi 20% atau 250.000 saham baru PT Westrong Metal Industry (PT WMI) senilai US$75 juta. PT WMI merupakan perseroan terbatas yang bergerak dalam bidang pemurnian nikel (smelter). Smelter milik PT WMI menggunakan teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF). Aksi korporasi itu dilakukan HRUM melalui melalui anak usahanya, PT Harum Nickel Industry (HNI). Rencananya, pembangunan smelter WMI akan dimulai tahun ini, berikut infrastrukturnya di dalam wilayah Kawasan Industri Weda Bay (Indonesia Weda Bay Industrial Park) di Kabupaten Halmahera Tengah.
Nantinya, smelter WMI akan memiliki kapasitas produksi tahunan antara 44.000—56.000 ton nikel dalam bentuk feronikel atau nickel pig iron. “Tujuan dari transaksi yang dilakukan oleh perseroan adalah untuk lebih mengembangkan dan memperluas kegiatan usaha perseroan ke industri nikel yang merupakan realisasi dari strategi diversifikasi usaha jangka panjang perseroan,” jelas Ray dalam keterbukaan informasi awal Mei 2022. Ekspansi anorganik itu menambah portofolio aset HRUM di sektor pertambangan dan pengolahan nikel. Pada 2021, HRUM melaporkan telah menggelontorkan dana US$27,44 juta untuk menambah kepemilikan saham di perusahaan pemurnian nikel PT Infei Metal Industry (IMI) menjadi 49%. Lang kah itu dilakukan HRUM mela lui anak usahanya, PT Tanito Harum Nickel (THN). HRUM juga tercatat membeli 51% saham PT Position senilai US$80 juta pada akhir Januari 2021. Pada medio Mei 2021, perseroan kembali membeli saham Nickel Mines Ltd. sebanyak 51,25 juta saham dengan nilai US$45 juta sehingga menggenggam 6,737% dari seluruh modal ditempatkan dalam Nickel Mines.
Aksi korporasi HRUM berlanjut pada tahun ini dengan rencana pemecahan nilai nominal saham atau stock split dengan rasio 1:5 dari Rp100 menjadi Rp20 per saham. Rencana itu telah mendapat restu dari pemegang saham dalam RUPST yang digelar pada Rabu (11/5). Sebagai gambaran, harga saham HRUM yang bertengger di level Rp10.975 pada Selasa (17/5) akan melandai ke kisaran Rp2.195 setelah stock split. Sentimen lain juga datang dari keputusan MSCI Inc. memasukkan saham HRUM ke dalam indeks MSCI Small Cap Indexes bersama 10 emiten asal Indonesia lain. Perubahan komposisi indeks tersebut akan berlaku efektif per 1 Juni 2022. Memandang prospek HRUM, analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia Fahressi Fahalmesta mengatakan harga batu bara global dalam jangka menengah akan bertahan di level yang tinggi didorong oleh stabilnya permintaan China dan risiko pasokan di Eropa akibat perang Rusia-Ukraina. HRUM diproyeksi memproduksi batu bara sebanyak 4,3 juta ton pada 2022 dan 5 juta ton pada 2023. Adapun, rerata harga jual batu bara HRUM diestimasi US$133 per ton pada 2022 sehingga pendapatannya berpotensi mencapai US$705 juta pada tahun ini. Untuk segmen usaha nikel, Fahressi melihat pendapatan dari bisnis tersebut akan mulai mengalir pada 2022. “Kami memperkirakan pendapatan bijih nikel akan berkontriusi 19,1% terhadap pendapatan konsolidasi HRUM pada 2022 dan berpotensi melebar menjadi 38,9% pada 2025,” tulisnya dalam riset yang dikutip Selasa (17/5). Saham HRUM direkomendasikan beli dengan target harga sebelum stock split Rp16.500. Menurut Fahressi, HRUM memiliki potensi kenaikan valuasi dari investasi di HPAL yang memiliki cadangan limonitedan harga nikel yang bertahan tinggi di atas asumsi harga jangka panjang US$19.000 per ton.
Sumber: Bisnis Indonesia (18 Mei 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |