Pertambangan Topang Kinerja Alat Berat

Jumat, 29 Apr 2022

Bisnis, JAKARTA — Berlanjutnya kenaikan harga sejumlah komoditas termasuk batu bara ikut mengerek kinerja produksi dan penjualan alat berat yang banyak digunakan dalam kegiatan operasional pertambangan.

 

Bergairahnya  sektor  pertambangan  batu  bara  sejak  tahun  lalu diyakini menjadi salah satu penopang utama  moncernya  produksi  alat  berat  pada  kuartal  pertama  tahun  ini.  Hal  itu  pun  membuat pelaku usaha mematok target  produksi  yang  lebih  tinggi  dibandingkan dengan pencapaian tahun  lalu. Himpunan  Industri  Alat  Berat  Indonesia (Hinabi) mencatat produksi  pada  kuartal  I/2022  mencapai  2.113  unit  alat  berat  atau  tumbuh  49,11%  dibandingkan  dengan periode yang sama tahun lalu  yang  mencapai  1.417  unit. Ketua Umum Hinabi Jamaludin mengatakan  bahwa  rekrutmen  pekerja  yang  mulai  membaik  dibandingkan dengan tahun lalu ikut mendorong pertumbuhan produksi alat berat, meski belum sepenuhnya kembali normal. Pencapaian yang  baik  pada  kuartal  I/2022  yang  didukung  oleh berbagai sentimen membuat target produksi alat berat tahun ini dinaikkan  menjadi  9.000  hingga  10.000 unit dari 8.000 unit tahun sebelumnya. Dari total angka produksi 2.113 unit pada kuartal I/2022, hydraulic excavator untuk  usaha  pertambangan  menyumbang  kontribusi  terbesar, yakni 1.814 unit. Sisanya disumbang  oleh  motor  grader  29  unit, bulldozer 205 unit, dan dump truck 65  unit. “Target  kami  tahun  ini  9.000  sampai 10.000 unit. No change [dari awal 2022],” kata Jamaludin saat dihubungi Bisnis,  Kamis  (28/4).

Dengan  kontribusi  terbesar  disumbang oleh hydraulic excavator, Jamaludin mengatakan bahwa pendorong pertumbuhan terbesar masih dari sektor pertambangan, terutama batu bara dan mineral seperti nikel. Selanjutnya,  kata  dia,  sektor  konstruksi  ke  depan  berpeluang  untuk  tumbuh  kontribusinya  seiring  dengan  berjalannya  proyek-proyek pembangunan infrastruktur pemerintah. Angka tingkat komponen dalam negeri (TKDN) alat berat pun sudah membaik  di  kisaran  40%  hingga  50%,  sehingga  dapat  memacu  partisipasi  dalam  proyek-proyek pemerintah. Jamaludin menyebut, tantangan produksi  pada  kuartal  pertama  tahun  ini  masih  berkutat  pada  harga  material  yang  tinggi  dan  suplai  yang  ketat. Impor material produksi masih menjadi  tantangan  bagi  industri.  Selain harga pengapalannya yang melambung, ketersediaan material juga  terbatas.  Dia  pun  mengakui  bahwa permintaan alat berat sepanjang tahun lalu sangat tinggi dan pemenuhannya  secara  bertahap  dilakukan  pada  tahun  ini. “Suplai material [masih terbatas] karena  semua  industri  tumbuh,”  ujarnya. Untuk  diketahui,  produksi  alat  berat  sepanjang  tahun  lalu  mencapai  6.740  unit  atau  tumbuh  96,67%  dari  capaian  2020  yang  hanya  3.427  unit.

Tidak  hanya  dari  sisi  produksi,  penjualan alat berat di kuartal pertama tahun ini pun tercatat tumbuh hingga  92%  secara  tahunan. Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) mencatat penjualan sepanjang Januari–Maret 2022  mencapai  5.897  unit,  naik  92%  secara  year-on-year  (YoY).  Dari jumlah tersebut, yang diproduksi  di  dalam  negeri  diketahui  berjumlah  2.113  unit. Etot  Listyono,  Ketua  Umum  PAABI,  menjelaskan  bahwa  sektor  pertambangan  berkontribusi  sebanyak 39% dari total penjualan, dilanjutkan  dengan  konstruksi  38%, kehutanan 13,5%, dan 10% dari  sektor  agro. Dengan  pencapaian  dan  pertumbuhan penjualan pada kuartal pertama,  Etot  memproyeksikan  capaian penjualan alat berat sepanjang  tahun  ini  dapat  menembus  18.000  unit. “Mungkin  di  atasnya  [18.000  unit].  Bisa  jadi  tembus  18.000  kalau  kenaikan  seperti  ini  ya,”  kata  Etot  kepada  Bisnis. Menurutnya,  sektor  konstruksi  dan  pertambangan  masih  akan  bertahan sebagai kontributor terbesar  sepanjang  tahun  ini.  Adapun,  pergerakan  sektor  kehutanan  dan  agro  relatif  stabil  dan  sebagian  besar hanya berupa perawatan unit. Etot  melanjutkan,  kendala  pasokan material yang terbatas dan logistik yang lamban pada kuartal pertama  tahun  ini  masih  akan  terus  berlanjut.  Namun,  seluruh  prinsipal tetap akan berusaha memenuhi  peluang  dan  permintaan  yang  tengah  melonjak  saat  ini. “Kami belum tahu [sampai kapan hambatan berakhir] untuk masalah harga dan logistik. Mudah-mudahan segera  ada  perbaikan,”  lanjutnya. Sementara  itu,  dari  sisi  internal  perusahaan, tekanan terhadap aktivitas  operasional  sudah  banyak  berkurang dengan membaiknya situasi penanganan pandemi Covid-19 di  dalam  negeri.  Meski  mengaku  belum  sepenuhnya  kembali  ke  masa sebelum pandemi Covid-19, operasional  perusahaan  saat  ini  sudah  bisa  mendekati  100%. “Merekrut orang kan tidak mudah, ada yang sudah di cut. Tidak gampang  dan  tidak  secepat  itu,”  ujar  Etot.

Sepanjang tahun lalu, penjualan alat  berat  mencatatkan  pertumbuhan 110% menjadi 14.560 unit. Adapun,  dengan  target  produksi  dalam negeri berkisar 9.000 hingga 10.000  unit  tahun  ini,  kontribusi  produk lokal dan impor diproyeksi akan  seimbang. Di sisi lain, distributor alat berat PT  United  Tractors  Tbk.  (UNTR)  mencatatkan kinerja moncer pada penjualan  alat  berat  Komatsu  di  kuartal  pertama  tahun  ini.  Sekretaris  Perusahaan  UNTR  Sara  K.  Loebis mengatakan bahwa pihaknya tengah mempertimbangkan untuk merevisi target tahunan perseroan. Pada kuartal I/2022, penjualan Komatsu  tercatat  sebanyak  1.694  unit, melonjak 146% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu  sebesar  688  unit. Adapun,  sepanjang  tahun  ini  target penjualan Komatsu ditetapkan  sebesar  3.700  unit.  Artinya,  capaian pada kuartal pertama telah menutup 45,78% dari target yang telah  ditetapkan  tersebut. “Melihat perkembangannya, saat ini kami sedang melakukan review dan analisis apakah akan dilakukan penyesuaian atas target tahun ini,” kata  Sara  saat  dihubungi  Bisnis. Dia  pun  mengaku  sedang  melakukan  diskusi  intensif  dengan  produsen dan prinsipal untuk memastikan penyesuaian pasokan unit. Sektor pertambangan, kata dia, masih menjadi kontributor terbesar, yakni 60% dari total penjualan di kuartal pertama 2022. Selanjutnya disumbang oleh sektor konstruksi dengan  porsi  18%,  kehutanan  12%,  dan  perkebunan  9%. “Rasanya  [kontributor  terbesar  pertumbuhan] masih di tambang dan  konstruksi.  Karena  jalannya  proyek-proyek konstruksi saat ini lebih lancar dibandingkan dengan tahun  lalu  yang  masih  menyesuaikan dengan protokol kesehatan pandemi  Covid-19,”  jelasnya. Sara  juga  menjelaskan  bahwa  sejauh  ini  pihaknya  tidak  mengalami  kesulitan  untuk  masuk  ke  proyek-proyek konstruksi pemerintah. Pasalnya, tingkat kandungan dalam  negeri  (TKDN)  produk-produk Komatsu umumnya sudah berada  di  atas  40%. “Unit Komatsu ada di e-katalog, jadi  seharusnya  tidak  masalah  digunakan di proyek pemerintah,” ujarnya.

Sumber: Bisnis Indonesia (29 April 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)