Multifinance Makin Solid

Kamis, 28 Apr 2022

Bisnis, JAKARTA — Kinerja pemulihan industri pembiayaan (multifinance/leasing) pada tahun ini diproyeksi makin solid yang tecermin pada sejumlah rasio keuangan.

Ketua  Asosiasi  Perusahaan Pembiayaan Indonesia  (APPI),  Suwandi  Wiratno  mengungkap  hal  ini seiring pulihnya rasio-rasio  kinerja  industri  dari  masa-masa  gelap  era  pandemi  Covid-19,  terutama  rasio  yang  menggambarkan  pembentukan  laba. “Jadi tahun ini terbilang sangat memungkinkan  bagi  setiap  multifinance membidik target kinerja [laba-rugi]  lebih  baik  ketimbang  tahun lalu,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa  (26/4). Misalnya,  rasio  beban  operasional  terhadap  pendapatan  operasional  (BOPO)  yang  biasanya  berkisar  79%  pada  periode  nor-mal, kini menyentuh 78,48% per Februari  2022. Selain itu, return on asset (ROA) alias rasio laba terhadap aset, telah kembali ke level rata-rata periode normal  senilai  4,82%.  Adapun,  return on equity (ROE) atau rasio laba bersih terhadap total ekuitas juga  pulih  beriringan,  kembali  ke 12,04%, kendati pada periode normal  bisa  berada  di  kisaran  14,5%. Sementara itu, pembiayaan bermasalah (nonperforming financing/NPF) pun mencapai 3,25%, sedikit lagi  menyentuh  rata-rata  periode  normal  yang  biasanya  di  kisaran  2,5%. Terakhir, gearing ratio (GR) yang berada di 1,94 kali menjadi satu-satunya  yang  masih  belum  menggeliat,  akibat  masih  adanya  fenomena  kesulitan  memperoleh  pendanaan buat para multifinance kecil  di  daerah. Suwandi  mengungkap  kualitas  pembiayaan  terbilang  akan  bisa  dengan mudah dipertahankan para pemain  masing-masing  karena  APPI  mencatat  seluruh  pemain  telah bergabung dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) besutan otoritas sejak April 2019. Lalu, sebagian besar pemain juga telah  terhubung  dengan  sistem  daftar  agunan  atau  asset  registry yang  terekam  ke  dalam  PT  Rapi  Utama Indonesia (RAPINDO), badan usaha yang seluruh sahamnya dimiliki oleh APPI, yang memberikan akses verifikasi data, nomor telepon,  riwayat  pembiayaan  nasabah, selain tentunya daftar aset agunan  itu  sendiri.“Memasuki  tahun  ini,  debitur  bagus  daya  belinya  sudah  kembali pulih. Sementara itu, debitur yang bergiat di sektor yang lambat pulih dari pandemi Covid-19 pun masih  bisa  ikut  restrukturisasi.  Hasilnya, pemain multifinance bisa lebih fleksibel dalam berekspansi,” tambahnya.

Sejalan dengan ekspektasi kinerja industri  pada  tahun  ini,  emiten  pembiayaan  PT  BFI  Finance  Indonesia  Tbk.  (BFI  Finance/BFIN)  mencatatkan rekor nilai pembiayaan baru (booking) per kuartal sejak  perusahaan  berdiri.  Direktur  Keuangan  sekaligus  Corporate  Secretary BFI Finance Sudjono mengungkap pada kuartal I/2022,  realisasi  pembiayaan  baru  senilai  Rp4,8  triliun, tercatat meningkat 61,8% secara tahunan dan tumbuh  10,9%  secara  kuartalan.  “Mobilitas masyarakat yang semakin  tinggi,  serta  peningkatan  kebutuhan  dan  konsumsi  jelang  Ramadan  dan  Lebaran  juga  turut mendukung kinerja perseroan sepanjang  kuartal  I/2022  lalu,”  ujarnya  dalam  keterangan  resmi,  Rabu  (27/4). Menurut Sudjono, kendati awal tahun  masih  sempat  dibayangi  gelombang virus Covid-19 varian baru,  kinerja  BFIN  bisa  melesat  seiring  dengan  pemulihan  ekonomi  dan  daya  beli  masyarakat,  keberhasilan program vaksin, serta kembalinya aktivitas pelaku usaha di  beragam  lini  industri. Peningkatan  nilai  booking  ini  turut mengatrol jumlah total piutang  yang  dikelola  BFIN  menjadi  Rp15,6 triliun, naik 14,3% dibandingkan kuartal I/2021. Sementara itu,  nilai  aset  dilaporkan  sebesar  Rp16,4  triliun,  tercatat  tumbuh  15,4%  secara  tahunan.  Rasio  pembiayaan  bermasalah  perusahaan yang menggarap segmen multiguna mobil dan motor, mobil  bekas,  dan  alat  berat  ini  pun  tetap  stabil  di  angka  1,06%,  sementara NPF neto sebesar 0,26%. Dengan  kondisi  ekonomi  dan  kinerja yang membaik, BFIN pun mulai menurunkan cadangan kerugian  piutang  dari  sebelumnya  7,6% pada kuartal I/2021 menjadi 5,4%  pada  kuartal  I/2022. Untuk piutang pembiayaan yang dikelola  berdasarkan  jenis  aset,  komposisi mobil (bekas dan baru) mendominasi  sebesar  70,7%,  disusul  oleh  alat  berat  dan  mesin  sebesar  12,5%.

Dari  sisi  laba  bersih,  mengumpulkan  Rp396  miliar  atau  naik  72,5%  secara  tahunan.  Pertumbuhan  laba  bersih  berasal  dari  pendapatan yang mencapai Rp1,2 triliun atau tumbuh 18,4% secara tahunan. Sementara itu, pos biaya turun  3,6%.  Per  31  Maret  2022,  sisa  nilai  piutang dari kontrak yang melakukan  restrukturisasi  atau  relaksasi  terkait  pandemi  Covid-19  tersisa  6,9%  dari  keseluruhan  nilai  piutang pembiayaan yang dikelola, atau  turun  secara  signifikan  dari nilai  persentase  tertinggi  35,5%  pada  September  2020. Sebagian  besar  dari  piutang  relaksasi  tersebut  dalam  tahap  pembayaran  normal.  Adapun,  1,3%  sisanya  masih  dalam  program  relaksasi. “Diharapkan  piutang  relaksasi  atau  restrukturisasi  ini  dapat  dituntaskan  sepenuhnya  di  2022,  mengingat sejak akhir 2021 kurvanya sudah terus menurun,” ungkap Sudjono. Sekadar informasi, BFI Finance menyalurkan  Rp13,67  triliun  sepanjang  tahun  lalu,  tercatat  naik  79,8% secara tahunan dari Rp7,6 triliun. Tahun ini, BFIN menargetkan  mampu  tumbuh  di  kisaran  10%–15%. Sebelumnya, Direktur Utama PT Mandiri Utama Finance, Stanley Setia Atmadja sebelumnya mengakui tantangan  terbesar  saat  ini,  yaitu  potensi  lesunya  kredit  otomotif  akibat  tekanan  inflasi  dan  tren  pelemahan  daya  beli  masyarakat  setelah  Lebaran. Akan  tetapi,  seiring  dengan  pengalaman  MUF  selama  dua  tahun  belakangan  menghadapi  tantangan  pandemi  Covid-19,  Stanley  masih  meyakini  bahwa  2022 terbilang lebih mudah untuk bertumbuh. “Sampai saat ini keyakinan kami masih 100% dari target, baik dari volume pembiayaan maupun profitabilitas,”  ujarnya.Sebagai  informasi,  sampai  Maret  2022  alias  sepanjang  kuartal  I/2022, MUF sudah menyalurkan pembiayaan  baru  sebesar  Rp3,7  triliun. Target sepanjang tahun ini dipatok  tumbuh  5%-6%  secara  tahunan  dari  Rp12,3  triliun.

Sumber: Bisnis Indonesia (28 April 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)