JAKARTA - PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) mencatatkan kinerja positif dengan membukukan laba bersih Rp 348 miliar pada 2021, pasca merugi Rp 1,02 triliun pada 2020. Capain positif tersebut diyakini berlanjut pada tahun ini seiring suksesnya program restrukturisasi yang dilakukan emiten properti tersebut.
Hal ini mendorong BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan Buy saham ASRI dengan target harga (target price/TP) Rp 230. “Rekomendasi ini seiring dengan berlanjutnya perkiraan pertumbuhan positif dalam pra penjualan (marketing sales) dan laba bersih pada 2022,” tulis tim riset BRI Danareksa Sekuritas dalam publikasinya, baru-baru ini. BRI Danareksa mengungkapkan, laba bersih perseroan pada 2021 berhasil mencapai Rp 348 miliar, atau melonjak 134% dibanding periode sama 2020 yang rugi Rp 1,02 triliun. Sementara pendapatan diperoleh sebesar Rp 2,8 triliun dari sebelumnya Rp 1,41 triliun. Secara rinci, pendapatan perseroan dikontribusi dari segmen high-rise property sebesar Rp 366 miliar pada kuartal IV-2021, tertinggi sepanjang sejarah kuartalan yang diperoleh perseroan. Raihan tersebut terutama berasal dari proyek mid-rise residential, Lloyd, yang berlokasi di Alam Sutera. Proyek ini diluncurkan pada 2018 dan mencatatkan marketing sales sebesar Rp 1 triliun. BRI Danareksa Sekuritas menilai, segmen high-rise property diperkirakan masih akan menyumbang kuat terhadap pendapatan perseroan. Adapun margin laba kotor untuk segmen pengembangan properti tetap kokoh di 64% seiring dengan GPM tinggi high-rise property di posisi 56%. “Alam Suutera juga membukukan pendapatan dari segmen investasi properti sebesar Rp 125 miliar pada kuartal IV-2021, tumbuh 59% yoy dan 20% qoq. Perolehan ini merupakan yang tertinggi secara kuartalan selama pandemi Covid-19,” jelas tim riset BRI Danareksa Sekuritas. Meskipun demikian, marjin laba kotor tetap negatif di -13%, meskipun mengalami perbaikan dari marjin laba kotor kuartal IV-2020 sebesar -18%. “Kami mengharapkan margin kotor positif dari properti investasinya, meskipun hanya 1% dibandingkan -4% di sepanjang tahun 2021,” kata analis.
Pada 2021, Alam Sutera Realty dikabarkan akan melakukan restrukturisasi utang untuk memperkuat struktur permodalan. Restrukturisasi dilakukan dengan memperpanjang tenor utang jatuh tempo dan menjual aset bernilai tinggi. Presiden Direktur Alam Sutera Realty Joseph Sanusi Tjong mengatakan, perusahaan memang berkomitmen untuk segera melakukan perbaikan struktur permodalan karena terkena beban pinjaman yang cukup besar. “Kami akan melakukan berbagai upaya untuk bisa menurunkan jumlah utang,” jelas Joseph dalam paparan publik. Pada 2020, perseroan melakukan restrukturisasi utang dengan meminta perpanjangan waktu kepada investor. Joseph menjelaskan, sebanyak 87% investor memberikan perpanjangan tenor untuk global bond yang akan jatuh tempo pada 2021 dan 2022. Global bond tersebut akhirnya bisa diperpanjang hingga ke 2024 dan 2025. Adapun obligasi global itu adalah obligasi senilai US$ 171,39 juta dengan tingkat bunga 6% dan jatuh tempo 2024. Sisanya sebanyak US$ 251 juta yang jatuh tempo 2025 dilepas dengan tingkat bunga 6,25%. “Namun, ada investor yang tidak menyetujui perpanjangan waktu, sehingga tetap harus dibayar dan kami sudah bayar melalui tender offer,” terang dia. Kemudian, perseroan juga memiliki sisa global bond senilai US$ 24 juta atau sekitar Rp 350 miliar yang akan jatuh tempo pada April 2022. Untuk bisa mengurangi utang tersebut, perseroan akan membayarnya dengan dana internal. Menurut Joseph, dalam menarik utang dalam mata uang dolar AS, pihaknya selalu melakukan lindung nilai (hedging) pada saat pembayaran. Dengan memperhitungkan nilai tukar US$ 1 sebesar Rp 14.200, perseroan bisa mendapatkan kelebihan dari jumlah yang dibayar. Sementara itu, untuk global bond bernilai besar yang akan jatuh tempo pada 2024 dan 2025, perseroan akan menjual beberapa aset untuk menurunkan utang. Dengan strategi ini, perseroan bisa menutupi utang dan membuat permodalan Alam Sutera lebih tahan terhadap volatilitas pasar.
Mengenai kinerja, tahun ini Alam Sutera menargetkan marketing sales sebesar Rp 3,2 triliun. Investor Relations Alam Sutera Realty Tassa Remisha menjelaskan, marketing sales itu akan dikontribusi dari proyek residensial sebesar Rp 2,3 triliun dan proyek komersial sebesar Rp 900 miliar. Perseroan saat ini juga tengah menunggu komitmen dari China Fortune Land Development Co Ltd terkait pengembangan proyek Suvarna Sutera di kawasan Pasar Kemis. Sampai sejauh ini, China Fortune Land baru menyelesaikan pengembangan lahan seluas 180 ha dari total 500 ha. Alam Sutera juga masih membukukan sisa security deposits sebesar Rp 650 miliar yang diterima dari China Fortune Land. Di sisi lain, Alam Sutera Realty melakukan groundbreaking pembangunan EleVee Penthouses & Residences. Acara groundbreaking ini menandakan secara simbolis dimulainya tahap pembangunan hunian vertikal tersebut. Peresmian pemancangan dan peletakan batu pertama digelar, Rabu, 15 Desember 2021 di lokasi proyek EleVee Penthouses & Residences. Direktur Marketing Alam Sutera Realty Lilia Sukotjo mengatakan, antusiasme konsumen terhadap unit yang Elevee cukup tinggi. “Hingga November 2021 penjualan unit Elevee tercatat senilai Rp 1 triliun,” ujar dia saat Konferensi Pers yang digelar usai groundbreaking. Menurut Lilia, 70% pembeli unit merupakan end user, dan selebihnya adalah investor yang berniat untuk menyewakan unitnya setelah serah terima. “Profil konsumen cukup menyebar, rata-rata merupakan profesional dan keluarga yang sudah mature. Ada juga keluarga muda maupun berusia 55 tahun hingga 60 tahun. Jadi rentang usia pembeli cukup Panjang,” imbuh dia.
Sumber: Investor Daily (27 April 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |