Sederet perusahaan pengelola rumah sakit afiliasi orang terkaya atau crazy rich Indonesia kini berstatus sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham pilihan mana paling menarik dikoleksi?
Jumlah emiten pengelola rumah sakit afiliasi orang terkaya alias crazy rich Indonesia di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus bertambah. Teranyar, pasar modal Indonesia kedatangan PT Murni Sadar Tbk. (MTMH) yang baru saja resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, Rabu (20/4). Murni Sadar merupakan perusahaan yang mengasuh jaringan Rumah Sakit (RS) Murni Teguh milik keluarga crazy rich pendiri Wilmar, Martua Sitorus. Sebagai gambaran, MTMH dikendalikan oleh PT Sumatera Teknindo (ST) dengan kepemilikan 37,12%. ST dikuasai Tjhin Ten Chun, suami dokter Mutiara yang notabene adik Martua. Saat ini Tjhin menjabat komisaris utama, sementara Mutiara berstatus direktur utama. Tjhin juga menggenggam 1,72% saham MTMH atas nama pribadi. Selain dia, sejumlah nama seperti Jacqueline Sitorus (24,11%), Bertha (1,1%), Ganda Sitorus (0,69%), Andy Indigo (23,4%), Clement Zichri Ang (0,05%), hingga Felix Vincent Ang juga menggenggam saham MTMH atas nama individu. Jacqueline adalah putri Martua. Sementara Ganda dan Bertha merupakan saudara kandung Martua yang juga membantu membesarkan Wilmar.Adapun, Andy merupakan saudara laki-laki Darwin Indigo yang juga anaknya Ganda. Nama Gama Group yang menjadi identitas baru keluarga ini sendiri disebut-sebut merupakan kepanjangan Ganda-Martua.
Darwin merupakan General Manager Wilmar, perusahaan rintisan Martua, dan masih aktif mengurus bisnis-bisnis Wilmar di Indonesia. Sementara dua nama tersisa, Clement dan Felix merupakan putra-putra Tjin dan Mutiara. Kehadiran MTMH sebagai emiten baru menambah persaingan emiten pengelola rumah sakit di BEI serta industri kesehatan secara umum. Presiden Direktur Murni Sadar Mutiara mengungkapkan proses penawaran umum secara keseluruhan berjalan dengan lancar terlepas dari kondisi yang belum stabil akibat pandemi Covid-19. Pihaknya mengklaim tingginya antusiasme masyarakat terhadap IPO perseroan menunjukkan kepercayaan dan harapan masyarakat yang tinggi terhadap pasar modal di Indonesia pada umumnya. Mutiara optimistis industri kesehatan khususnya rumah sakit dapat terus berkembang seiring dengan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dalam negeri. MTMH yang fokus di bidang onkologi dan kardiovaskular tersebut telah memiliki lima cabang rumah sakit yang berada di kota-kota besar, seperti Medan, Jakarta, Bali, dan Tangerang. Martua Sitorus merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia. Forbes melaporkan nilai kekayaan bersihnya mencapai US$2,9 miliar hingga 21 April 2022. Selain MTMH, pasar modal Indonesia juga memiliki beberapa emiten rumah sakit afiliasi crazy rich Indonesia. Sebagian besar mampu mendulang pertumbuhan kinerja baik dari sisi top line maupun bottom line.
PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ) misalnya, yang berada di bawah naungan PT Mayapada Healthcare Group (MHG), mencatatkan kenaikan pendapatan tertinggi year-on-year (yoy) senilai Rp1,92 triliun, atau setara 49,9%. SRAJ mampu membalikkan posisi rugi bersih Rp14,38 miliar pada 2020 menjadi Rp165,3 miliar per akhir 2021. Selanjutnya, perusahaan pengelola rumah sakit milik Keluarga Riady atau Grup Lippo, PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO), juga memperoleh peningkatan laba bersih480,33 persen yoy atau senilai Rp674,11 miliar. Posisi ini melesat jauh dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang masih di kisaran Rp116 miliar. PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) juga tak ketinggalan dengan peningkatan laba bersih 111,98% yoy menjadi Rp1 triliun. Sebagai informasi, konglomerasi Grup Astra baru saja memborong saham HEAL dengan total nilai transaksi Rp45 miliar. Sementara itu, laba bersih PT Kedoya Adyaraya Tbk. (RSGK) meningkat 164,1% yoy senilai Rp52,78 miliar. Emiten rumah sakit Grup Emtek, PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk. (SAME) tercatat menjadi pemegang saham pengendali RSGK sebesar 79,84%. Dalam perkembangan lain, Sarana Meditama Metropolitan Tbk. (SAME) tercatat mampu bangkit dari keterpurukan kinerja tahun 2020 yang sempat merugi Rp187 miliar. Pada 2021, emiten rumah sakit yang diakuisisi oleh emiten milik konglomerat Sariaatmadja ini mencatatkan laba bersih senilai Rp138 miliar.
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menilai secara umum emiten rumah sakit mengalami pertumbuhan pendapatan yang signifikan begitu memasuki masa pandemi. Menurutnya, dengan makin tingginya kebutuhan jasa kesehatan saat ini maka prospek emiten rumah sakit akan menjadi lebih menarik. Kendati demikian, bagi para pelaku pasar emiten rumah sakit tersebut masih kalah pamor dengan saham komoditas dan energi yang saat ini lebih atraktif. “Di samping itu juga kemungkinan investor masih akan melihat kinerja sepanjang 2022 dimana situasi pandemi sudah lebih terkendali dan pengaruhnya terhadap pendapatan rumah sakit,” papar Ivan kepada Bisnis, Kamis (21/4). Terkait dengan saham pilihan, Ivan merekomendasikan beberapa emiten rumah sakit dengan kinerja konsisten. Pihaknya menilai untuk emiten yang menarik dilihat dari sisi kinerja yang konsisten maupun valuasi yang relatif masih wajar yakni MIKA, SILO dan HEAL. HEAL juga menjadi pilihan Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya dari sektor emiten pengelola rumah sakit. “Saya merekomendasikan HEAL. ”Momentum pandemi menjadi peluang bagi emiten rumah sakit seiring dengan melonjaknya volume pasien yang terinfeksi virus mutasi SARS-CoV-2 tersebut. Berdasarkan data Johns Hopkins, peningkatan volume pasien paling tinggi terjadi antara Juli 2021 hingga Agustus 2021 yang mengalami penambahan hingga 2 juta kasus dalam kurun waktu satu bulan. Kinerja emiten rumah sakit tidak hanya didukung oleh peningkatan volume pasien selama masa pandemi Covid-19 tetapi juga peralihan antara masa pandemi menjadi endemi serta pelonggaran aktivitas masyarakat yang turut mendorong keberanian untuk mengunjungi fasilitas kesehatan.
Sumber: Bisnis Indonesia (25 April 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |