China Resources Group (CRC) memperluas basis usaha di Indonesia melalui Grup Lippo.
China Resources Group (CRC) menancapkan kukunya di Indonesia melalui PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR). China Resources Group sejatinya telah menjalin hubungan dengan Grup Lippo sejak lama. Investasi pertamanya dilakukan saat meminang 4,8% saham Lippo Karawaci pada 1996. Namun, kemudian mereka pernah sama sekali tidak memiliki saham LPKR. Akuisisi kemudian baru dilakukan lagi pada 2005. Aksi akuisisi sebagian kepemilikan saham LPKR oleh CRC menjadi salah satu pemberitaan Koran Bisnis Indonesia edisi 25 Februari 2006 dalam artikel berjudul ‘Grup CRC Akuisisi 15,4% Lippo Karawaci’. CRC mengakuisisi sedikitnya 15,44% atau 452,78 juta lembar saham LPKR. Untuk aksi korporasi itu, mereka merogoh kocek Rp680 miliar. Presiden Direktur Lippo Karawaci saat itu, Viven G. Sitiabudi, menjelaskan bahwa investasi Grup CRC yang dimiliki sebagian besar sahamnya oleh pemerintah China tersebut merupakan investasi strategis jangka panjang. Dengan akuisisi, Lippo Karawaci menjadi basis perluasan usaha Grup CRC di Indonesia. “Sebaliknya, melalui investasi saham ini Grup CRC juga dipastikan dapat membuka peluang usaha bagi Lippo Karawaci di kawasan China,” ujarnya dikutip dari Koran Bisnis Indonesia, edisi 25 Februari 2005. Kehadiran Grup CRC di Lippo Karawaci, lanjut dia, saat itu sudah dilaporkan ke Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang kini telah bersalin nama menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Setelah akuisisi, komposisi pemegang saham Lippo Karawaci berubah masing-masing menjadi Grup Lippo sebesar 27,02%, RZB melalui anak perusahaan 7,76%, CRC 15,44%, dan publik 49,78%.
Untuk diketahui, Grup CRC kala itu memiliki sedikitnya 10 bidang usaha seperti properti, pakan ternak dan produk makanan beku, minuman, petrokimia, ritel, tekstil, semen, pembangkit listrik, semikonduktor, dan investasi strategis. Grup CRC mencatat penjualan HK$46 miliar dengan laba HK$2,19 miliar pada 2003, sementara asetnya mencapai HK$81,6 miliar dengan 100.000 karyawan. Lippo Karawaci meraih laba Rp290 miliar pada 2004. Jumlah tersebut sudah memperhitungkan biaya rights issue yang dilaksanakan pada tahun tersebut sebesar Rp30 miliar. “Kalau tidak ada biaya tersebut, labanya bisa mencapai Rp320 miliar,” papar Manajemen Lippo Karawaci. Lebih lanjut, LPKR kala itu harus menjalankan ketentuan dibukukannya cadangan bagi kesejahteraan karyawan sehingga membuat laba perusahaan tersebut berkurang. Terkait dengan proyeksi kinerja 2005, Viven mengatakan perusahaan tersebut menargetkan pendapatan di atas Rp2,1 triliun, atau naik sekitar 20% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp1,6 triliun. Adapun, laba bersih proyeksikan di atas Rp355 miliar dengan nilai kapitalisasi pasar sekitar Rp4,4 triliun. Laba diatas Rp355 miliar tersebut sudah memperhitungkan kemungkinan naiknya harga-harga bahan pokok karena kenaikan bahan bakar minyak (BBM). “Kami sudah memperhitungkan dampak kenaikan BBM. Yang lainnya juga seperti harga baja, itu sudah dilock [diperhitungkan],” jelas Manajemen Lippo Karawaci. Viven menambahkan Grup CRC sudah sejak lama bersinggungan dengan Grup Lippo. “Seperti orang pacaran, naksirnya sudah lama. ”Grup CRC saat itu menempatkan Ning Gaoning, mantan managing director & CEO kelompok usaha tersebut sebagai Preskom Lippo Karawaci, sekaligus sebagai ketua dewan komisaris, sementara Charley Song yang baru saja diangkat menggantikan Ning di grup usaha tersebut, akan diusulkan menjadi anggota dewan komisaris melalui RUPS. Nama CRC kemudian dilaporkan mulai meninggalkan LPKR semenjak 2009. Saat ini, nama CRC tidak lagi ada dalam entitas LPKR. Dalam data Bursa Efek Indonesia per Januari 2022, pemegang saham Lippo Karawaci terdiri dari PT Inti Anugerah Pratama (27,42%), Sierra Inc. (15,88%), PT Primantara Utama Sejahtera (10,4%), dan masyarakat (46,15 persen). Konglomerasi Lippo menunjuk Ketut Budi Wijaya sebagai Presiden Direktur dan John A. Prasetio sebagai Presiden Komisaris. Putra mahkota Grup Lippo, John Riady ikut bergabung dalam perusahaan ini sebagai direktur.
Sumber : Bisnis Indonesia (4 Maret 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |