Jalan berliku harus dilalui oleh Bentoel Internasional Investama (RMBA) sebelum go private seiring belum diperolehnya sikap 1.554 investor.
British American To bacco (BAT) kembali memperpanjang periode pena waran tender sukarela untuk membeli saham PT Bentoel Inter nasional Investama Tbk. (RMBA). British American Tobacco memberikan kesempatan kepada kepada pemegang saham RMBA yang belum berpartisipasi dalam penawaran tender sukarela dengan harga Rp1.000. Perpanjangan diberikan mulai dari 21 Februari 2022 sampai dengan 7 Maret 2022. “Pembayaran harga penawaran tender kepada pemegang saham publik yang menerima penawaran tender untuk jumlah saham yang mereka tawarkan untuk dijual dalam masa perpanjangan jangka waktu penawaran tender sukarela akan dilakukan paling lambat 18 Maret 2022,” tulis Manajemen British American Tobacco dalam pengumuman di media yang dikutip, Senin (21/2). BAT melaporkan jumlah penawaran dari pemegang saham publik untuk menjual saham mereka dalam tender sukarela hingga 28 Januari 2022 sebanyak 783 penawaran atau mewakili sekitar 2.723.227.055 (2,72 miliar) saham atau setara dengan 99,45% dari saham publik di RMBA. “BAT PCA selaku pihak yang melakukan penawaran tender sukarela mengimbau kepada seluruh pemegang saham RMBA yang belum berpartisipasi dalam periode penawaran tender sukarela sebelumnya yang telah berakhir pada 28 Januari 2022 untuk mempertimbangkan dan dapat memanfaatkan kesempatan berpartisipasi dalam perpanjangan,” tulis Manajemen BAT. BAT menambahkan pemegang saham publik yang tidak bersedia menjual sahamnya dalam penawaran tender sukarela berhak meminta kepada RMBA agar sahamnya dibeli dengan harga wajar sesuai dengan taksiran dari penilai independen Rp195 per saham. Selain itu, pemegang saham publik tersebut berpotensi memiliki konsekuensi dari segi pajak dalam hal saham-sahamnya dibeli oleh RMBA di luar bursa den ketika RMBA sudah menjadi perusahaan tertutup.
Sampai dengan pengumuman perpanjangan, BAT menyebut terdapat pemegang saham publik yang tidak dapat dihubungi atau tidak memberikan konfirmasi dalam bentuk apapun apakah terkait menjual dengan cara berpartisipasi dalam penawaran tender sukarela atau tidak menjual sahamnya di perseroan. Adapun, pemegang saham yang dimaksud itu berjumlah 1.554 orang yang tersebar di berbagai kota. kabupaten hingga di luar Indonesia. “Bagi pemegang saham yang namanya disebutkan di atas diharapkan menyatakan secara tegas sikapnya terkait saham-saham perseroan yang terdaftar atas nama mereka,” tulis Manajemen Bentoel Internasional Investama. Terdapat dua opsi bagi pemegang saham yang belum menyatakan sikapnya dalam program penawaran tender sukarela. Pertama, menjual saham-sahamnya kepada BAT dalam program perpanjangan tender sukarela. Kedua, menyatakan secara tegas bahwa dirinya tidak ingin menjual saham miliknya dalam RMBA dan memilih tetap menjadi pemegang saham. Setelah resmi mendapatkan restu pemegang sahamnya untuk menghapus pencatatan saham atau delisting dari Bursa Efek Indonesia, British American Tobacco pun bergegas melakukan tender offer sukarela sebagai bagian dari proses go private Bentoel Internasional Investama. Adapun, jumlah total saham yang dieksekusi dalam proses tender offer sukarela tersebut tergolong kecil, yakni 7,52% dari modal ditempatkan, di mana 7,29% dimiliki oleh satu pihak sehingga hanya 0,23% yang dimiliki pemegang saham publik lainnya.
Proses tender offer sukarela tersebut pun diputuskan dilakukan pada rentang waktu 1-30 November 2021 setelah melalui persetujuan dari pemegang saham dalam RUPSLB pada 28 September lalu. Selanjutnya harga penawaran tender offer sukarela RMBA ditetapkan ditetapkan sebesar Rp1.000 per saham. Manajemen Bentoel mengatakan harga penawaran tender offer sukarela senilai Rp1.000 per lembar merupakan harga yang secara signifikan lebih menarik dibandingkan harga penawaran yang disyaratkan dalam POJK No.3/2021 dan Peraturan BEI No.I-I. RMBA menggambarkan harga tender offer Rp1.000 lebih tinggi 356,21% dari rerata harga tertinggi perdagangan harian saham perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam jangka waktu 90 hari terakhir sebelum pengumuman rencana go private pada 20 Agustus 2021 yakni Rp281. Selanjutnya, harga penawaran tender Rp1.000 juga lebih tinggi 571,43% lebih tinggi dari hasil penilaian harga atas saham berdasarkan penilaian penilai independen yakni Rp175. Posisi itu juga lebih tinggi 2.000% dari tiap nilai nominal saham Rp50. Namun demikian, meskipun memiliki harga yang cukup menggiurkan, proses tender offer sukarela selama 1-30 November 2021 rupanya belum sesuai harapan. Sebelumnya, RMBA mengakui bahwa saham perseroan yang dipegang oleh publik tersebut tidak secara aktif diperdagangkan dan relatif tidak likuid. Oleh karena itu, perseroan mengajukan rencana go private dengan beberapa alasan.
Pertama, setelah rights issue di tahun 2016, perseroan tidak melakukan penggalangan dana dari pasar modal dan tidak ada rencana untuk melakukannya di masa depan. Kedua, kinerja keuangan perseroan merugi yang berpengaruh pada kinerja harga saham. Ketiga, perseroan tidak memberikan dividen kepada pemegang sahamnya setelah tahun buku 2010 dikarenakan posisi saldo laba yang negatif. Keempat, saham perseroan tidak aktif diperdagangkan di BEI. Kelima, karena relatif tidak likuidnya perdagangan saham perseroan, tidak mudah bagi pemegang saham untuk melakukan transaksi atas saham mereka melalui BEI. Dengan demikian RMBA menilai pemegang saham akan memiliki kesempatan untuk menjual kepemilikan Saham mereka dengan harga premium terhadap harga pasar. Sebagai catatan, rencana RMBA angkat koper dari pasar modal Indonesia akan mengakhiri kisah yang sudah dimulai sejak 1990. Bentoel Group didirikan oleh Ong Hok Siong pada 1930. Perseroan resmi tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya 60 tahun kemudian atau tepatnya pada 5 Maret 1990. Bentoel Group menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) 1,20 juta lembar saham dengan harga pelaksanaan Rp3.380 dan meraup dana segar Rp4,06 miliar. Dalam perjalanannya, Bentoel sempat berpindah beberapa kali kepemilikan dan mencuri perhatian nama-nama besar. Terakhir, setelah mengelola Bentoel cukup panjang, Rajawali Group kemudian melepaskan seluruh kepemilikan di perusahaan rokok ini pada 2009. Manajemen Rajawali dalam keterangan tertulisnya menyebutkan mereka merasa sudah saatnya meninggalkan bisnis rokok dan berfokus kepada properti, tambang dan perkebunan. Rajawali mengklaim mampu membawa perubahan di Bentoel. Pada 2008, total produksi rokok perusahaan mencapai 17,7 miliar batang dan menjadi terbesar dalam delapan dekade Bentoel berdiri. Pembeli saham Bentoel dari Rajawali dan pemegang saham lain adalah British American Tobacco. Raksasa rokok dunia. Nilai akuisisi BAT untuk 85% saham Bentoel mencapai US$494 juta. Harga tersebut setara dengan Rp873 per saham atau hampir Rp5 triliun.
Sumber : Bisnis Indonesia (23 Februari 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |