Mobil Listrik Murah Terus Merangsek ke Pasar City Car

Jumat, 17 May 2024

JAKARTA. Mobil listrik dengan harga murah terus berdatangan di pasar mobil di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Aneka insentif pemerintah membuat harga jual kendaraan dengan teknologi setrum kian terjangkau. Banyak pabrikan yang kini bisa menjual mobil berteknologi listrik dengan harga di bawah Rp 500 juta. Bahkan, tak sedikit mobil listrik, khususnya dari Tiongkok yang dibanderol di bawah harga Rp 200 juta per unit. (lihat tabel) Wuling Motors semisal. Pabrikan asal China ini gencar memasarkan mobil listrik murah di rentang harga jual Rp 100 juta–Rp 300 juta per unit lewat Air Ev dan Binguo. Baru-baru ini, Wuling Motors menyodorkan lagi Cloud EV dengan harga cukup miring yakni Rp 398 juta on the road (OTR) Jakarta. Manajemen Wuling menyebut, mereka bisa menjual tiga merek mobil listriknya dengan murah lantaran mendapat insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).

Ketiga merek tersebut diproduksi di Indonesia dan memenuhi syarat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) minimal 40%. Oleh sebab itu, tiga mobil listrik Wuling berhak memperoleh insentif PPN 1% dari pemerintah. Air ev memiliki TKDN 40,04%, BinguoEV sebesar 47,5%, lalu CloudEV 40%. Dengan begitu, konsumen yang membeli mobil-mobil tersebut mendapat diskon PPN 10%. Konsumen hanya membayar PPN 1% untuk bisa memilikinya. Itulah sebabnya, "Kami berharap, Cloud EV berkontribusi besar terhadap penjualan Wuling secara keseluruhan," ujar Dian Asmahani, Sales & Marketing Director Wuling Motors, Rabu (15/5). PT Neta Auto Indonesia juga berani melego mobil listrik dengan harga miring lewar Neta V-II. Harga pre-book Neta V-II dipatok sekitar Rp 200 juta. Neta menyematkan harga murah lantaran model itu bakal diproduksi di Indonesia, yakni di fasilitas milik PT Handal Indonesia Motor (HIM), Bekasi, Jawa Barat. Brand & Marketing Director Neta Auto Indonesia, Yusuf Anshori menyampaikan, Neta fokus mengembangkan mobil listrik murah melaui perakitan lokal. "Kami juga berkomitmen untuk mengikuti aturan TKDN 40% agar mendapat insentif PPN 1% dan PPnBM 0%," tutur dia, Kamis (16/5). Masih ada beberapa model mobil listrik lain yang tak merobek isi kantong. Antara lain Seres E1 yang dibanderol di kisaran Rp 189 juta–Rp 219 juta, Citroen e-C3 senilai Rp 377 juta, BYD Dolphin Rp 425 juta, MG4 EV Rp 433 juta, MG ZS EV Rp 453 juta, dan Chery Omoda E5 Rp 488,8 juta. Citroen e-C3, harga mobil ini bisa kompetitif di pasar lantaran ada insentif bebas bea masuk dan PPnBM impor mobil listrik utuh atau completely built up (CBU). Citroen memperoleh kuota impor mobil listrik CBU dengan bantuan insentif sebanyak 4.800 unit, kendati mereka belum tentu menyerap seluruh kuota yang berikan.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menilai, dukungan insentif menjadi salah satu faktor penting di balik murahnya beberapa mobil listrik yang beredar di Tanah Air. Di samping itu, mayoritas mobil listrik dengan harga di bawah Rp 500 juta telah diproduksi di dalam negeri banyak mengandalkan komponen lokal. "Kami berharap sebentar lagi, banyak juga mobil listrik dengan desain lebih besar dan harganya terjangkau," ujar dia, Kamis (16/5). Jika ditelusuri, sebagian besar mobil listrik murah yang beredar memang berukuran kompak dan termasuk kategori city car. Ini artinya mereka akan bertarung dengan mobil konvensional yang bermain di segmen city car yang harganya sebelas dua belas alias mirip yakni mulai dari Rp 160 jutaan. Toyota Agya semisal, harga di pasaran mulai Rp 170,90 juta, Suzuki S-Presso (Rp 169,1 juta), Honda Brio (Rp 167,9 juta), dan Daihatsu Sirion (Rp 230 juta). Meski begitu, pengamat otomotif Bebin Djuana menilai, mobil listrik murah tidak akan mudah menggerus pasar city car konvensional. Sebab, tak semua konsumen siap beralih ke mobil listrik untuk mobilitas sehari-hari. Selain infrastruktur, usia dan keandalan baterai mobil listrik masih perlu bukti.

Sumber : Kontan 17 Mei 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)